Mengapa Kita Sepertinya Tak Dapat Mencegah atau Menyembuhkan Kanker Payudara??
MENGAPA
usaha obat-obatan modern untuk menyembuhkan kanker payudara belum
berhasil hingga kini? Melalui penelitian, kami menemukan bahwa jawaban
pertanyaan tersebut dapat ditemukan di arena perpolitikan obat-obatan,
arena perindustrian kanker, serta industri-industri lain penghasil racun
yang turut menyuburkan kanker payudara.
Kami percaya bahwa satu-satunya cara untuk benar-benar mencegah serta memgobati kanker payudara adalah dengan keluar dari cara-cara yang digunakan dalam pengobatan kanker saat ini, serta menghentikan pencemaran bumi ini dari bahan-bahan petro kimia. Namun kekuatan yang berusaha mempertahankan agar keadaan tidak berubah amatlah besar dan telah tenanam begitu dalam. Oleh karena itu, persis seperti apa yang telah di lakukan dengan Terapi Penggantian Hannon (Hormone Replacemenl Therapy-HRT), para perempuan perlu mendidik diri mereka perihal zal-zat pencemar lingkungan (polutan), perihal kanker payudara, Serta pengobatan-pengobatan Altematif untuk mengatasi kanker payudara. Mereka perlu melawan pengobatan-pengobanan tidak efektif dan berbahaya, serta sebisa mungkin membimbing dokter mereka.
Kami percaya bahwa satu-satunya cara untuk benar-benar mencegah serta memgobati kanker payudara adalah dengan keluar dari cara-cara yang digunakan dalam pengobatan kanker saat ini, serta menghentikan pencemaran bumi ini dari bahan-bahan petro kimia. Namun kekuatan yang berusaha mempertahankan agar keadaan tidak berubah amatlah besar dan telah tenanam begitu dalam. Oleh karena itu, persis seperti apa yang telah di lakukan dengan Terapi Penggantian Hannon (Hormone Replacemenl Therapy-HRT), para perempuan perlu mendidik diri mereka perihal zal-zat pencemar lingkungan (polutan), perihal kanker payudara, Serta pengobatan-pengobatan Altematif untuk mengatasi kanker payudara. Mereka perlu melawan pengobatan-pengobanan tidak efektif dan berbahaya, serta sebisa mungkin membimbing dokter mereka.
Dalam heberapa tahun
terakhir ini, peranan obat-obatan konvensional amat keci, bila Anda
terjangkit kanker payudara. Kenyataan pahitnya adalah, Anda akan
mendapatkan lebih banyak pengobatan dibanding 50 tahun yang lalu, dan
perusahaan asuransi Anda akan menghabiskan banyak uang, dan bila
keadaannya parah, hidup Anda hanya akan diperpanjang beberapa bulan
saja. Namun statistik yang ada jelas-jelas menunjukkan bahwa obat-obatan
konvensinnal untuk menangani kanker payudara seperti tamoxifen,
radiasi, serta kemolerapi tidak akan berhasil dalam jangka panjang. Saat
ini, cara penanganan kanker payudara adalah cara yang sering ditempuh
karenaa tidak banyak cara yang bisa dilakukan. Bila Anda menderita
kanker payudara yang menyebar, atau nonlokal, peluang Anda akan
meninggal karena penyakit kanker payudara tersebut tetap saja satu
banding tiga, sama dengan keadaan berpuluh-puluh tahun lalu.
Jumlah
perempuan penderita kanker payudara saat ini naik secara simultan, dan
jumlahnya tersebut sangat menakutkan: Menurut data National Cancer
Inszitute sejak tahun 1973 hingga 1998 angka penderita kanker payudara
telah naik lebih dari 40 persen. Pada tahun 2000, kurang lebih 182.800
perempuan didiagnosis menderita kanker payudara. Sebagian orang mungkin
akan berpendapat bahwa kenaikan jumlah tersebut disebabkan oleh
pendeteksian yang lebih awal dan lebih tepat. Namun, di kalangan
perempuan berusia 50 tahun ke atas pun, di mana isu pendeteksian awal
ini diragukan kebenarannya, angka penderita kanker payudara telah
meningkat selama 30 tahun terakhir ini; yang awalnya 1 dari 30 perempuan
sekarang menjadi 1 dari 8 perempuan. The American Cancer Sociezy
memperkirakan bahwa pada tahun 2000, 552.200 orang di Amerika Serikat
akan meninggal akibat kanker, dan 40.800, atau sekitar 7 persen, di
antaranya adalah perempuan penderita kanker payudara. Ini berarti 15
persen perempuan meninggal disebabkan oleh kanker payudara. Ini adalah
statistik tahunan bagi rakyat Amerika Serikat. Namun lebih menakutkan
lagi mengetahui bahwa sekitar 1.670,000 perempuan di dunia ini menderita
kanker payudara.
Angka kematian
yang disebabkan oleh kanker payudara sangat mengejutkan bila Anda
menggabungkan angka kematian di Amerika Serikat dan Kanada yang memiliki
angka penderita kanker payudara tertinggi di dunia. Di Amerika Utara,
setiap 12 menit seorang perempuan meninggal akibat kanker payudara.
Apakah Radiasi, Tamoxifen, Mamogram dan Kemoterapi Membantu Mengatasi Kanker Payudara atau Malah Menyakiti Penderita Kanker Payudara?
Kenapa
kami bisa begitu beraninya menyatakan bahwa penanganan medis
konvensional untuk kanker payudara tidak berhasil? Kenyataan ini sangat
sering didokumentasikan. Hampir tiap kali kita membuka jurnal medis
akhir-akhir ini, terdapat artiket terkait penanganan kanker payudara
secara konvensional bersifat tidak efektif membahayakan, atau bahkan
keduanya. Beberapa tahun terakhir ulasan tentang beberapa penelitian
yang sering diterbitkan di media cetak ternama mengeluarkan
pendapat-pendapat tentang pengobatan konvensionai atau disebut juga
pengobatan dengan bukti-dasar, pendapatnya antara lain:
- Mamogram tidak menyelamatkan nyawa seseorang (G. Sjonell et al., Lakarfidningen 96 [l999]: 904-913).
- Radiasi tidak menyelamatkan nyawa seseorang (The Lancet, 22 Mei 2000).
- Tamoxifen tidak menyelamatkan nyawa seseorang (Mitchell
- et al., Journal of the National Cancer Institute, November 1999)
- Kemoterapi tidak menyelamatkan nyawa seseorang (yang sebenarnya bukan berita baru, kita telah mengetahuinya sejak lama)
Jadi
apa lagi yang dapat dilakukan seorang dokter konvensional untuk
mengobati pasien kanker payudara? Tak satu pun kecuali pengangkalan
kanker melalui metode operasi, seperti 50 tahun yang lalu. Kebanyakan
praktisi kesehatan Amerika harus menghadapi kenyataan pahit bahwa
terapi-terapi yang dilakukan saat ini nyatanya tidak berhasil, dan
membuka mata mereka rerhadap altematif lain dalam penyembuhan kanker
payudara. Marilah kita membahas secara luas pengobatan- pengobatan di
era modern ini:
Radiasi
Radiasi adalah cara
pengobatan yang paling umum untuk kanker payudara. Sekalipun begitu,
baru-baru ini sebuah artikel media cetak ternama, di Inggris, The Lancet,
menunjukkan bahwa pengobatan tersebut tidaklah berhasil. Meskipun
penggunaan radiasi lokal untuk mengobati kanker payudara dapat
mengurangi risiko kematian akibat penyakit kanker payudara tersebut
hingga 13,2 persen, namun cara ini dapat meningkatkan risiko meninggal
akibat penyakit lainnya, terutama penyakit jantung, sebanyak 21,2
persen. Kesimpulan dari penelitian ini: “Pengobatannya sukses, namun
pasien meninggal”.
Dengan kata lain,
penggunaan radiasi memusnahkan tumor kanker payudara bagi segelintir
perempuan, namun dalam prosesnya juga menyebabkan kematian karena
mengakibatkan penyakit lainnya. Para pendukung penggunaan radiasi yang
lebih baru dan terfokus menyatakan bahwa radiasi seperti itu tidak akan
menyebabkan kerusakan seperti halnya radiasi yang lama, Namun ini
hanyalah sebuah pernyataan tanpa tindak lanjut jangka panjang. Artinya,
tidak terdapat manfaat jangka panjang dari penggunaan radiasi untuk
mengobati kanker payudara. Karena, meskipun kanker payudara tidak akan
kembali menjangkiti setelah mengalami radiasi, peluang untuk bertahan
hidup secara keseluruhan juga tidak meningkat, malahan makin menipis.
Akan tetapi, meskipun pada kenyataannya radiasi hanya membantu sejumlah
kecil perempuan dan pada akhirnya juga membunuh mereka. Cara pengobatan
kanker payudara ini tetaplah menjadi standar pengobatan bagi penderita
kanker payudara. Kenapa bisa begini? Ini dikarenakan obat-obatan
konvensional tidak menawarkan banyak pilihan yang dapat mereduksi
kematian, meskipun hanya 13,2 persen. Bila Anda sedang kelaparan dan ada
seseorang yang menawarkan semangkuk nasi basi yang telah berjamur, Anda
akan dengan senang hati memakannya, Anda akan memilih makan nasi itu
dibanding tidak makan sama sekali.
Meskipun
penelitian di atas telah dimuat dalam salah satu media cetak medis
paling ternama di dunia-apabila Anda terkena kanker payudara, besar
kemungkinan dokter bersikukuh agar Anda di radiasi namun tetap saja
tidak dicari altematif lain yang mungkin lebih aman.
Menggunakan
radiasi untuk mengobati penderita kanker payudara dan nantinya tetap
akan meninggal karena kerusakan yang diakibatkan oleh radiasi tersebut,
juga memengaruhi statistik kanker payudara. Ini berarti bahwa penyebab
kematian dengan diagnosis peralihan dari kanker payudara ke penyakit
kardiovaskular. Semakin banyak pasien penyakit kanker payudara yang
menjalani radioterapi, maka semakin sedikit pasien yang dinyatakan
meninggal karena kanker payudara, namun akan lebih banyak yang
dinyatakan meninggal akibat penyakit jantung yang diakibatkan radiasi.
Kematian-kematian tersebut tidak tercatat dalam statistik kanker
payudara. namun seharusnya tercatat agar kita dapat memperoleh gambaran
jujur tentang apa yang tengah terjadi pada penderita penyakit kanker
payudara tersebut.
Tamoxifen
Dalam edisi The Lancet
sama dengan studi mengenai radiasi yang telah dibahas di atas, terdapat
pula sebuah surat yang ganjil dari seorang dosen Universitas Oxford,
Sir Richard Peto, Di dalam surat tersebut terdapat sebuah grafik yang
menunjukkan bahwa angka kematian akibat kanker payudara meningkat
sekitar 20 persen antara tahun 1960 sampai tahun 1985. Antara tahun 1985
sampai tahun 1997 dikatakan bahwa kematian akibat kanker payudara telah
menurun sebanyak 20 persen. Tanpa berspekulasi mengenai penyebab
kenaikan angka kematian akibat kanker payudara pada tahun 1985, dan
tanpa mengutip smuber-sumber informasinya, Sir Richard hanya membahas
mengenai perihal penurunan angka yang terjadi akhir-akhir ini.
Catatan Tambahan:
Penyebab kenaikan angka kematian akibal kanker payudara kemungkinan
karena pemberian estrogen (tidak diimbangi dengan progesteron) kepada
perempuan yang telah menopause, yang merupakan kegiatan cukup umum
dilakukan sejak tuhun 1950-an awal hingga pertengahan tahun 1970-an.
Meskipun kalangan medis mengetahui bahwa praktik ini menyebabkan kanker
endometrial (rahim), namun tidak pernah diakui bahwa praktik lersebut
juga mengakibatkan kanker payudara. Sejak pertengahan 1970-an, para dokter diinstruksikan untuk memberikan progestin sintetik bersama estrogen
tersebut, untuk mencegah kanker endometrial. Pada masa ini pula angka
operasi pengangkatan rahim jadi meroket : Para perempuan merasa amat
tidak nyaman mengonsumsi progestin, hingga mereka menolak
menggunakannya, maka para dokter menawarkan operasi pengangkatan rahim
agar mereka tidak harus mengonsumsi progestin dan dapat mengonsumsi
estrogen saja, Lebih parahnya lagi, pada masa kini untuk tempat-tempat
lertentu sering kali terjadi pengangkatan rahim perempuan bersama
uterusnya sebagai tindakan pencegahan kanker payudara. Praktik sesat ini
berbuntut banyak masalah kesehatan lainnya, termasuk osteoporosis,
penyakit jantung, kelelahan, serta kualitas hidup turun akibat libido
rendah, mudah merasa panas, serta gejala-gejala "menopause instan”
lainnya.
Kembali ke angka
kematian akibat kanker payudara yang seolah menurun: karena penurunan
ini terlihat “mendadak", Sir Richard berpendapat gejala ini bukanlah
karena jumlah kasus kanker payudaranya yang menurun, melainkan karena
“perubahan dalam cara diagnosis dan pengobatan kanker payudara". Ia
berspekulasi bahwa gejala kanker payudara tersebut "bukanlah karena satu
penelitian semata" tetapi karena banyaknya campur tangan. Kemudian di
artikel-artikel berita lainnya, ia menyatakan bahwa salah satu penyebab
berkurangnya angka kematian akibat kanker payudara adalah karena
tamoxifen merupakan obat anti-estrogen.
Kami
berharap bahwa mereka yang mempromosikan tamoxifen ingat untuk
menyebutkan bahwa banyak perempuan pengonsumsi obat tersebut menderita
penggumpalan darah, rusaknya penglihatan, dan berkurang-nya kualitas
kehidupan (berkeringat di malam hari, rasa panas atau hot flash),
dan juga, banyak perempuan yang terpaksa menjalani operasi pengangkatan
rahim akibat bentuk kanker rahim agresif diakibatkan oleh tamoxifen?
Jarang disebutkan bahwa para perempuan dapat meninggal akibat kanker
rahim yang disebabkan karena tamoxifen. Ketika para perempuan tersebut
meninggal akibat kanker rahim bukan kanker payudara, statistik kanker
payudara membaik. Ini membuat tamoxifen terlihat bagus, namun
kebalikannya untuk perempuan itu sendiri justru meragukan.
Bila
efek samping tamoxifen sebegitu buruknya, mengapa obat masih ini
digunakan, dan mengapa obat ini digembar-gemborkan sebagai obat ajaib
yang bisa menyembuhkan kanker. Bahkan lembaga obat-obatan dan makanan (Food and Drug Administration-FDA)
menyetujui penggunaannya sebagai pencegahan? Lagi-lagi kita kembali ke
perihal nasi berjamur tadi. Tamoxifen adalah yang paling baik di antara
yang buruk. Lebih baik menggunakan obat itu dari pada tidak menggunakan
obat apa pun. Paramedis yang sedang berusaha menyembuhkan kanker
payudara, memiliki sangat sedikit pilihan obat yang mendapat persetujuan
dari FDA. Terlihat secara teoretis berdasarkan pada tabung dan hewan
percobaan di laboratorium untuk pengobatan kanker payudara, tamoxifen
memang terlihat menjanjikan, dan alasan penggunaannya dilatarbelakangi
oleh dasar ilmiah yang kuat: estrogen meningkatkan kecepatan penyebaran
sel-sel kanker payudara, sementara tamoxifen memperlambat penyebaran sel
dengan cara bertindak sebagai anti-estrogen.
Sayangnya,
sel-sel kanker payudara di dalam tabung percobaan dan hewan percobaan
tidak dapat memberi tahu kita apa yang mereka rasakan, dan tidak
bertahan hidup cukup lama untuk dapat benar-benar membuat kita menyadari
risikonya dalam jangka panjang. Penelitian tentang efek tamoxifen
terhadap kanker disebabkan oleh hormon memang terlihat baik untuk jangka
panjang. Namun kenyataannya, tamoxifen bersifat asing bagi tubuh
manusia, dan efek-efek samping tersebut adalah peringatan dari tubuh
kita bahwa hal tersebut sangat tidak beres.
Tamoxifen
telah tersedia sejak 25 tahun yang lalu, dan efeknya terhadap
pencegahan kanker payudara masih diperdebatkan. Kenyataan ini sendiri
sebenamya dapat membuat kita menyadari sesuatu. Dua penelitian,
penelitian pertama selama lima tahun dengan menggunakan kontrol placebo
(obat tersebut hanya memberikan ketenangan psikologis tanpa manfaat
nyata terhadap kesehatan fisik) di Inggris pada tahun 1992, dan
penelitian kedua pada tahun 1998, juga menggunakan kontrol placebo, di
Italia selama sembilan tahun. Kedua penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan antara perempuan yang diobati dengan
tamoxifen dengan yang menggunakan kontrol. Satu-satunya penelitian besar
di Amerika Serikat terpaksa dihentikan, konon dikarenakan angka
penderita kanker payudara menurun secara drastis dalam kelompok yang
diobati dengan tamoxifen, hingga para peneliti tidak dapat menjauhkan
pengobatan tersebut tanpa menggunakan placebo. Namun perlu dicatat bahwa
percobaan tersebut dihentikan di saat bersamaan ketika kanker payudara
mulai muncul kembali. Meskipun dalam kedua penelitian di Eropa tadi,
telah diobati dengan tamoxifen.
Pelajaran
yang kita dapat dari penelitian-penelitian tersebut adalah bahwa pada
sebagian perempuan, mungkin tamoxifen dapat “menidurkan” kanker payudara
untuk beberapa tahun, atau dapat diperlambat kemunculan kanker payudara
selama beberapa tahun. Namun untuk jangka panjang, lebih banyak efek
buruknya dibanding yang baik. Lagi- lagi, satu-satunya alasan mengapa
pengobatan kanker payudara ini begitu popular adalah karena para dokter
berpendapat bahwa pengobatan kanker payudara dengan cara ini lebih baik
dibanding tidak melakukan apa pun, pilihan yang mereka percaya sebagai
satu-satunya pilihan, Namun, Anda akan lihat nanti bahwa tamoxifen bukan
satu-satunya pilihan pengobatan kanker payudara yang tersedia. Hanya di
Amerika Serikat saja para dokter masih percaya bahwa tamoxifen mencegah
atau memperlambat pertumbuhan kanker payudara. Bahkan, sekarang pun
Institut Kanker Nasional (Nazional Cancer Institute-NCI)
telah mengeluarkan pernyataan bahwa, dengan pengecualian sekelompok
kecil perempuan di bawah usia 60 tahun, tamoxifen dapat memberikan lebih
banyak akibat buruk dalam pengobatan kanker. Meskipun begitu, FDA
justru menyetujui penggunaan tamoxifen untuk mengobati satu jenis kanker
payudara yang dikenal dengan nama ductal carcinoma in situ
(DCIS). Anda akan memahami nantinya, setelah membaca lebih lanjut
artikel ini, mengapa kami menganggap ini sebagai tindakan keterlaluan.
Mamografi
Seperti
halnya tamoxifen, radiasi, dan kemoterapi, mamografi (pemeriksaan untuk
payudara dengan menggunakan sinar-X dosis rendah juga merupakan bisnis
yang besar saat ini. Mamografi adalah satu-satunya jawaban pengobatan
modern untuk masalah “pencegahan” kanker. Padahal kegiatan ini sama
sekali tidak mencegah, melainkan hanya mendeteksi ada tidaknya kanker.
Begitu
banyak iklan, juga dokter yang menyarankan melakukan mamogram. Namun
manfaat dari melakukan pengobatan kanker ini masih belum jelas, Banyak
perempuan yang didiagnosa menderita kanker payudara, namun tidak
terdeteksi oleh mamogram. Dan kita semua tahu bahwa mamogram memiliki
risiko temuan-temuan salah, baik negatif maupun positif. Prosedur
mamogram tidak nyaman dan radiasinya juga berbahaya. Baik kerusakan
jaringan tubuh, bahkan dapat mengakibatkan kanker payudara. Sehingga
masuk akal bila mamografi diasumsikan sebagai salah satu pemicu
timbulnya kanker payudara.
Sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2000 dan dimuat dalam Spine,
serta data-data yang dikumpulkan selama lebih dari 40 tahun,
menunjukkan bahwa perempuan penderita skoliosis² yang menerima banyak
sinar-X pada masa kecil serta remajanya, memiliki risiko terkena kanker
payudara sebanyak 70 persen lebih tinggi dibanding perempuan Iainnya.
Makin
sering seorang perempuan menerima sinar-X, dan makin tinggi dosis
radiasinya, maka makin tinggi risikonya terkena kanker payudara.
Meskipun dosis radiasi dalam sinar-X saat ini jauh lebih rendah
dibanding saat perempuan-perempuan tersebut disinari, namun pendapat ini
tetap berlaku: Radiasi adalah faktor berisiko dan berpotensial terkena
kanker payudara, efeknya bersifat kumulatif, dan kegiatan mamografi
termasuk menekan payudara secara paksa dan kemudian “menembakkan”
radiasi ke dalamnya.
Telah
dinyatakan bahwa mamografi menurunkan risiko kematian akibat kanker
payudara. Para pendukung pendapat ini menyatakan bahwa mamografi dapat
mendeteksi tumor-tumor payudara setahun lebih cepat dibanding Cara
palpation (pemeriksaan manual) sederhana seperti pemeriksaan payudara
sendiri. Argumen tersebut menyatakan bahwa pendeteksian awal ini akan
berbuntut pengobatan kanker payudara yang lebih awal dan angka kematian
akibat kanker payudara yang lebih rendah. Dinyatakan pula bahwa ada
banyak data statistik yang mambuktikan kebenaran argumen tentang
pengobatan kanker payudara tersebut.
Namun
banyak ahli statistik yang tidak setuju dengan pendapat ini, Statistik
tidaklah luput dari penyimpangan, Karena termasuk di dalamnya
faktor-fakior mekanis (penggunaan alat-alat pengukur berbeda untuk
subjek-subjek berbeda juga), studi metodologi, asumsi- asumsi tersadari
maupun tidak disadari, usia subjek penelitian, faktor-faktor social
ekonomi, pengacakan subjek serta kontrol bermasalah, Iama pengamatan,
serta faktor-faktor Iainnya.
Lebih
dari 15 tahun lalu, Dr. John C. Bailar III mendapati bahwa menghitung
lamanya waktu bertahan hidup setelah pengobatan akan menimbulkan
penyimpangan dalam kebanyakan Studi tentang mamografi, karena mamografi
mendeteksi tumor payudara setahun sebelum tumor tersebut, dapat
ditemukan dengan menggunakan cara palpasia³. BeIiau mengatakan bahwa
pasien yang menderita tumor payudara dan ditemukan dengan cara palpasi,
telah hidup setidaknya satu tahun lebih awal, dibanding penemuan
tersebut dilakukan dengan mamografi. Bila tahun tersebut digabungkan
dengan waktu bertahan hidup penderita yang tidak menggunakan mamografi,
maka hasil perhitungan lamanya mereka bertahan hidup akan sama dengan
penderita yang tumornya ditemukan dengan menggunakan mamografi.
Ini
berarti perbedaan dalam perihaI bertahan hidup setelah Pengobatan
kanker payudara, tidaklah diakibatkan karena pengobatan yang lebih awal
atas jasa penggunaan mamografi, melainkan karena penghitungan Iamanya
bertahan hidup lebih cepat satu tahun bagi penderita yang dideteksi
dengan menggunakan mamografi. Bila faktor tersebut diperhitungkan dalam
analisis statistik maka manfaat mamografi, serta pengobatan awal, tidak
akan diperhitungkan. Dr Bailar dan sekarang menjabat sebagai dosen
epidemiologi dan biostatistik di Universitas McGill, sena ilmuwan senior
di Badan Pencegahan Penyakit serta Penggalakan Kesehatan (Office of Disease and Health Promotion) Depanemen Kesehatan serta Layanan Masyarakat Amerika Serikat, menamakan gejala tadi dengan bias waktu pengarah (lead-time bias).
Ini
sehamsnya tidak mengejutkan Iagi. Sel kanker payudara, bila dapat
dideteksi dengan palpasi, seharusnya telah tumbuh setidaknya selama
sepuluh tahun. Bila ditemukan setahun Iebih awal dengan menggunakan
mamografi, berarti kanker tersebut telah berkembang selama sepuluh
tahun, hal tersebut merupakan waktu yang cukup untuk melakukan
metastasis. Maka, perbedaan satu tahun antara palpasi dan mamografi
tidaklah begitu penting.
Apakah
mamograti benar-benar dapat menyelamatkan nyawa Seseorang? Bila Anda
meiihat iklan-iklan mengenai mamografi, mungkin Anda akan berpikir, ini sih
hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi, tentu saja mamografi dapat
menyelamatkan nyawa banyak orang, Namun bila Anda membaca
peneIitian-penelitian tentang mamografi, maka jawabannya tidaklah
sejelas itu. Contohnya, pada tahun 1999, sebuah penelitian epidemiologi
menemukan bahwa tidak terdapat penumuan angka kematian akibat kanker
payudara di Swedia, padahal tes mamografi telah direkomendasikan sejak
tahun 1985.
Karena itu dua ilmuwan
Swedia mengulas kembali seluruh percobaan mamografi yang pernah
diterbitkan untuk mengevaluasi kualitas metodologisnya. Tujuan mereka
adalah untuk memastikan apakah mamografi benar-benar dapat
menyelamatkan. Temuan-temuan mereka patut dilirik Iebih lanjut.
Dalam
analisis mereka terhadap delapan penelitian klinis mengenai mamografi,
ditemukan bahwa terdapat enam kecacatan yang diakibatkan oleh
ketidakseimbangan dasar-dasar penelitian dan/atau ketidakkonsistenan
pengacakan. Cacat-cacat yang ditemukan cukup untuk meniadakan manfaat
klaim mamografi. Dua penelitian lain, yang percobaannya diacak secara
layak, tidak menemukan efek tes mamografi terhadap angka kematian akibat
kanker payudara.
Kesimpulan penelitian meta-analisis
pun jelas. Selama tidak terdapat bukti kuat yang mengatakan bahwa tes
mamografi menumnkan angka kematiau penderita kanker payudara, maka
penggunaan tes mamografi tidaklah dibenarkan. Ini berani paramsdis
seharusnya tidak memerinlahkan tes mamograti rutin.
Meskipun
begitu, mamogram Lelah menjadi pengganti pemeriksaan payudara sendiri.
Bila Anda berhenti melakukan mamogram, kegiatan pemeriksaan payudara
sendiri menjadi hal yang amat penting untuk dilakukan, setidaknya
sebuian sekali. Bila Anda berada dalam tahap pramenopause, rnaka
sebaiknya Anda memeriksa payudara segera setelah masa haid. Karena pada
saat itu tingkat hormon sedang rendah, hingga benjolan-benjolan
pramenopause tidak disalahartikan dengan benjolan yang berhubungan
dengan kanker, Anda juga harus memeriksa payudam di cermin untuk melihat
apakah terdapat keanehan-keanehan pada kulit, sena cekungan-cekungan
mirip lesung pipit. Karena Anda akan sangat hafal dengan bentuk payudara
Anda, dan dapat melihat ketidaklaziman yang kecil sekalipun.
Kemoterapi
Sulit
untuk membuat generalisasi mengenai kemoterapi saat ini, karena
jenisnya begitu banyak, dan kebanyakan di antaranya belum diteliti
secara memadai: penderita kanker yang setuju untuk mencoba jenis-jenis
kemoterapi baru ibarat kelinci percobaan untuk sebuah jenis pengobatan
yang memiliki reputasi buruk, Sepeni halnya aspek-aspek lainnya dalam
industri kanker payudara, hanya sedikit kesepakatan mengenai apa saja
yang terkandung dalam kemoterapi. Kami akan membuat sebuah generalisasi
bahwa kemoterapi adalah usaha untuk meracuni tubuh seseorang, hampir
sampai pada taraf kematian, dengan haxapan racun tersebut akan membunuh
kanker sebelum manusianya sendiri terbunuh. Sering ka.li cara ini Lidak
berhasil. Terdapat jenis-jenis kemoterapi bam yang menargetkan
proses-proses tenentu dalam kanker, namun tidak ada yang bena:-benar
terbukti efektif dalam menghentikan seluruh prosesnya.
Beberapa
jenis kemoterapi memang memperpanjang hidup manusia selama beberapa
bulan, namun pada umumnya harus dibayar dengan efek-efek samping
berbahaya. Dan bila penderita beruntung dan dapat benahan hidup melewati
penyakit kankernya tersebut, tubuhnya telah rusak secara permanen,
tingkat kemungkinan munculnya kanker kembali pun tinggi. Penggunaan
kemoterapi adalah murni untung- untungan, dan menurut kami risikonya
terlalu tinggi. Terkadang kemoterapi berhasil, terkadang tidak, dan
terkadang malah membuat keadaan penderita penyakit kanker menjadi lebih
buruk. Hanya terdapat sedikit informasi berharga tentang mengapa
kemoterapi bisa berhasil atau tidak berhasil, Sepertinya lebih bijak
jika kita memilih terapi altematif dengan reputasi baik yang dapat
membantu tubuh melawan kanker serta mendukung kesehatan lainnya.
Terdapat
beberapa pendekatan-pendekatan mirip kemoterapi untuk melawan kanker
metastatik, termasuk membuat tubuh mengalami panas tinggi selama
beberapa hari serta terapi pemicu insulin yang juga menjanjikan dengan
efek samping yang tidak terlalu berbahaya bagi tubuh penderita kanker.
Terapi-terapi tersebut lebih banyak digunakan di Eropa dibanding di
Amerika Serikat. Mungkin, terapi-terapi tersebut tidak akan tersebar
luas di Amerika Serikat, karena tidak ada hak paten beredar di sana.
Eropa berpuluh-puluh tahun lebih maju dibanding AS dalam pendekatannya
untuk pengobatan kanker payudara.
Angka-angka Kanker Payudara
Penting
bagi para perempuan untuk menyadari bahwa angka-angka yang menyangkut
kanker payudara disalahgunakan, diutak-atik dan diobrak-abrik,
tetgantung siapa yang ingin Anda memercayai apa. Jadi kita ambil saja
sederhananya: Kanker payudara adalah penyebab kematian akibat kanker
paling besar bagi perempuan berusia antara 18 hingga 54 tahun, dan
penyebab kematian paling besar bagi perempuan berusia antara 45 hingga
50 tahun.
Perempuan dengan usia
lebih muda dari 45 tahun memiliki risiko terjangkit kanker payudara
kembali, berjumlah 25% lebih tinggi dibanding perempuan dengan usia
lebih tua. Jenis-jenis kanker yang saat ini mematikan untuk perempuan
paruh baya tersebut bukan jenis yang jinak, atau DCIS dengan kemungkinan
dapat disembuhkan sebanyak 99% yang sejak tahun 1980-an telah dapat
terdeteksi dengan menggunakan mamogram, melainkan jenis-jenis kanker
metastatik yang membunuh dengan cepat begitu menyebar dalam tubuh
penderita kanker.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (Centers for Disease Control),
kanker menduduki posisi lebih tinggi dibanding penyakit jantung dalam
kategori tingkat kematian, disesuaikan dengan usia bagi orang-orang
bemsia di bawah 65 tahun di Amerika Serikat, Sementara angka kematian
akibat penyakit jantung telah menurun, namun tidak begitu halnya dengan
kanker.
Kanker payudara adalah jenis
kanker paling umum pada perempuan, setelah kanker paru-paru, yang
biasanya diakibatkan kebiasaan merokok.
Permainan tebak-tebakan Statistik
Selama ini, industri kanker payudara bermain tebak-tebakan dengan penyakit yang menyangkut ductal carcinoma in situ
(DCIS) sebagai diagnosis kanker payudaxa, yang pada kenyataannya jarang
bersifat fatal, baik diobati maupun tidak. Banyak ahli kanker yang
mengatakan bahwa DCIS, 99 persen dapat disembuhkan. (Karena DCIS tidak
dapat terdeteksi-sampai ditemukannya mamogram, kita bahkan tidak
mengetahui sifat maupun tahap-tahap DCIS yang tidak diobati, karena bila
seseorang terdiagnosa dengan DCIS maka laugsung diobati). Kita akan
membahasnya lebih Ianjut di artikel ini, namun untuk sekarang kami ingin
berfokus pada kenyataan bahwa 30 persen kanker payudara adalah DCIS.
Berhubung
DCIS jarang sekali berakibat fatal, marilah kita membuat beberapa
generalisasi untuk mengilustrasikan sesuatu. Bila kita menghilangkan
DCIS dari statistika kanker payudara, sehingga mengurangi 30 persen
jumlah penderita yang berhasil benahan hidup setelah terkena kanker
payudara, maka kita tidak akan mendapatkan penurunan sebanyak 20 persen
(seperti klaim dari beberapa kalangan) melainkan, kenaikan angka
kematian akibat kanker payudara sebanyak 10 persen. Ini adalah cara
sederhana untuk menggambarkannya, namun penting bagi kita untuk
mempertimbangkan apakah seorang dokter menggunakan statistika kanker
payudara seperti ini untuk membenarkan jenis pengobatan tenentu.
Contohnya, anggap saja bahwa seorang dokter membenarkan penggunaan
tamoxifen untuk menghindari kanker payudara, berdasarkan “sebuah fakta”
yang kerap kali dikutip, angka kematian akibat kanker payudara telah
menurun sebanyak 20 persen berkat tamoxifen. Apabila Anda telah
mengetahui bahwa ini adalah statistika amat panting untuk dipenanyakan
sebelum pergi ke dokter, maka Anda akan lebih bijak dalam membuat
keputusan bagi diri Anda sendiri. Bahkan kami menduga bahwa apabila
penderita dengan DCIS statistika kanker payudara tingkat rendah tidak
dihadapkan paula tamoxifen, kemoterapi, dan radiasi, jumlah penderita
kanker payudara yang bertahan hidup tidak akan berubah, namun hidup para
perempuan penderita kanker payudara tersebut tak akan rusak karena
pengobatan.
Sepatah Kata tentang Pencegahan
Tentu
saja kunci untuk mengurangi terjadinya kanker payudara adalah
Pencegahan kannker payudara itu sendiri, namun pencegahan kanker
payudara adalah kata yang terlarang di industri kanker payudara, kecuali
yang Anda maksud adalah tamoxifen atau mamografi, yang mana keduanya
hampir tidak bisa disebut pencegahan. Tokoh televisi serta pengarang Bo
Arnot, M.D., menulis buku berjudul The Breast Cancer Prevention Diet
(Diet untuk Mencegah Kanker Payudara) berisi banyak saran menyangkut
diet yang bagus, padat, serta praktis yang dapat mengurangi
faktor-faktor risiko kanker payudara. Namun, ia dihabisi secara
menyedihkan oleh media Amerika karena menggunakan kata “mencegah”,
seolah ia menyatakan bahwa diet tersebut merupakan jawaban bagi
segalanya (padahal ia tidak bermaksud begitu), dan ia seolah menyakiti
para perempuan dengan menyarankan bahwa diet dengan cara sehat dapat
melawan kanker payudara (sebenarnya diet tersebut sekadar membantu).
Arnot adalah korban dari badan politik kanker payudara yang kuat, yang
menyerang tanpa ampun, mereka yang bergerak di luar batas pengobatan
konvensional, serta berani menyarankan bahwa selain kemoterapi, operasi,
radiasi, dan tamoxifen, ada cara lain yang dapat berguna untuk
menyembuhkan penyakit kanker payudara.
Mungkin
Anda akan terkejut bila mengetahui bahwa meskipun kanker payudara
merupakan penyebab kematian paling tinggi bagi perempuan berusia paruh
baya di Amerika Serikat, namun hanya 5 persen dari anggaran Institut
Kanker Nasional yang dialokasikan bagi pencegahan kanker. Dan bila Anda
mengira bahwa ada cabang- cabang lain dalam pemerintahan AS yang akan
menyumbang penelitian bersifat tanpa penyimpangan, tak berhubungan
dengan obat- obatan, dan berorientasi pada pencegahan, Inisiatif Kanker
Payudara Perempuan (Womenls Breast Cancer Iniliative) didanai
amat mahal dari pajak, kegiatannya hanyalah meneliti obat-obatan kanker
payudara (Premarin ditambah berbagai estrogen serta progestin simetis.)
Kami percaya bahwa ini ibarat memberi subsidi pada perusahan obat-obatan
untuk penyakit kanker yang telah menghasilkan keuntungan triliunan
dolar setelah menghabiskan triliunan dolar untuk biaya iklan, hubungan
masyarakat, serta uang lobi agar dapat memengaruhi keputusan- keputusan
kongres terkait penyakit kanker tersebut. Pengujian obat-obatan untuk
penyakit kanker seharusnya menjadi tanggung jawab perusahaan obat
penyakit kanker, bukanlah pembayar pajak. Sebagai tambahan penelitian
pengujian tersebut seharusnya dilakukan oleh perusahaan obat penyakit
kanker sejak dulu, sebelum obat penyakit kanker tersebut diberi
persetujuan.
Gambaran pencegahan kanker sama menyedihkannya di organisasi-organisasi kanker yang ada. Bila Anda masuk ke situs American Cancer Society
(ACS) dan mengakses area yang membahas tentang pencegahan kanker,
tulisannya adalah, “saat ini, tidak ada cara untuk mencegah kanker
payudara”. Ini memang benar, namun kita tidak boleh mengacungkan jari
pada satu sebab dan menjadikan sebab tersebut sebagai pelaku utama.
Kenyataannya adalah kita mengetahui begitu banyak hal tentang penyebab
kanker payudara, oleh karena itu tentu saja kita tahu apa yang dapat
kita lakukan untuk mencegah penyakit kanker, sama halnya seperti kita
mengetahui cara mencegah penyakit jantung atau diabetes.
Contohnya,
tak perlu diragukan lagi bahwa Anda dapat amat mengurangi risiko
terkena penyakit-penyakit di atas dengan cara menjalani diet sehat,
melakukan olahraga secara teratur, serta menangani stres dengan efektif.
Pendekatan serupa pun akan menurunkan risiko Anda terkena kanker
payudara dengan cara meningkatkan kesehatan tubuh Anda secara
keseluruhan. Solusi-solusi praktis dan masuk akal di atas termasuk dalam
faktor-faktor dalam menentukan perempuan mana saja yang bisa terkena
kanker payudara serta mana yang tidak terkena kanker payudara. Ya, kita
semua tahu bahwa ada juga penggemar makanan sehat yang terkena kanker
payudara, namun seluruh tofu dan sayuran di dunia ini mungkin tidak akan
bisa mengurangi penyiksaan terhadap jaringan-jaringan sel payudara
karena dominasi estrogen benahun-tahun, atau kontak intensif dengan
pestisida ataupun pelarut. Namun, mungkin saja solusi tersebut
berpengaruh, tergantung pada gen Anda serta sejumlah faktor lainnya.
Tidak ada satu formula tepat yang dapat mencegah kanker payudara untuk
tiap perempuan. Kunci pencegahan kanker payudara adalah mengetahui
berbagai faktor penyebab penyakit kanker payudara tersebut dan
menghindari itu semua sebisa mungkin, sekaligus menyadari apa yang
menghambat pertumbuhan yang mengarah pada kanker di jaringan payudara,
serta menggalakkan gaya hidup sehat.
Obat-obatan yang bersifat
mencegah penyakit kanker adalah pendekatan multidimensional yang
memperhitungkan manusia secara keseluruhan dari aspek fisik, emosional,
mental maupun spiritual, yang disatukan untuk mengoptimalkan kesehatan
individu. Pengobatan konvensional, hanya berfokus pada diagnosis
penyakit kanker tersebut serta merumuskan obat penyakit kanker, gagal
saat mengobati kanker dau penyakit-penyakit kronis seperti diabetes dan
arthritis, karena tidak menghiraukan banyak “bagian” dari manusia yang
ingin disembuhkannya. Dan karena itu pula, pada tahun 2000, kunjungan
pasien ke ahli kesehatan altenatif untuk penyakit kanker payudara
melebihi kunjungan ke ahli kesehatan konvensional, padahal asuransi
biasanya tidak menutupi perawatan kesehatan altematif untuk penyakit
kanker. Ambil contoh seorang perempuan paruh baya yang amat depresi dan
hancur secara emosionai dikarenakan trauma berat atau kehilangan sesuatu
yang berharga dalam hidupnya: Seluruh obat-obatan di dunia ini tak akan
membantunya kecuali kebutuhan emosional dan spiritualnya dilayani.
Pencegahan
juga merupakan kata terlarang selama Bulan Sadar Kanker Payudara yang
kaya akan curahan dana dan penuh gembar-gembor yang berlangsung setiap
bulan Oktober, karena momen ini banyak mendapat sponsor serta didanai
oleh perusahaan obat-obatan penghasil tamoxifen. Ironisnya, badan ini
juga memproduksi banan-bahan kimia beracun dan dapat menyebabkan kanker
payudara. Bulan Sadar Kanker Payudara intinya adalah sadar akan
pengobatan-pengobatan kanker yang telah diinstitusikan; fokus terhadap
pencegahan kanker payudara maupun mengadakan penelitian independen,
masihlah kecil. Seharusnya bulan tersebut dinamakan Bulan Tidak Sadar
Kanker Payudara.
Politik Industri Kanker Payudara
Untuk
mengetahui sebab mendasar mengapa tidak ada kemajuan dalam Pencegahan
kanker padara atau pengobatan kanker payudara, penting dibahas tentang
politik industri kanker payudara dan apa yang membuat industri ini
berjalan. Deteksi serta pengobatan kanker payudara adalah bisnis yang
sangat menguntungkan di Amerika Serikat, dan menghasilkan triliunan
dolar tiap tahun, Mamogram, biopsi, pengangkatan tumor di payudara,
pengangkatan rahim, juga seluruh kemoterapi, radiasi, serta tamoxifen,
memberikan penghasilan cukup besar bagi rumah-rumah sakit, ahli
kesehatan, staf pendukung, para pembual peralatan, dan terutama mereka
yang membuat obat-obatan. Dan ini belum termasuk penelitian-penelitian
yang tengah dilangsungkan, didanai ratusan miliar dolar hasil donasi
untuk organisasi-organisasi kanker payudara. Lalu di mana dorongan
finansial untuk bisa keluar dari strukrur ini?
Bila
sebagian kecil saja dana penelitian untuk menjalankan industri-
industri di atas dan benar-benar disalurkan untuk tindakan pencegahan
kanker payudara dan pengobatannya yang efektif maka angka kematian
akibat kanker payudara kemungkinan besar akan turun drastis dalam
beberapa tahun. Namun para dokter tetap saja menekan dan meradiasi
payudara penderita dengan mamogram, yang hanya meningkatkan peluang
mereka terkena kanker payudara karena proses tersebut. Hal itu mungkin
karena tindakan tersebut masuk akal secara finansial dan merupakan
standar perawatan. (Berkat teknologi terkini yang menggunakan teknik
termografi serta ultrasound dan mudah-mudahan lehih aman, mamogram sudah
mulai dianggap kuno. Namun mungkin dibutuhkan waktu benahun-tahun untuk
menyingkirkan mesin-mesin mahal itu.) Para dokter tetap saja melakukan
biopsi-biopsi tak berguna karena bila tidak, mereka bisa dituntut.
Mereka terus saja melakukan operasi pengangkatan payudara serta
memberikan obat-obatan yang mengandung racun pada penderita kanker
payudara karena mereka tak tahu apa lagi yang harus dilakukan, dan
mereka harus melakukan sesuatu. Apa pun itu?
Di
tengah semangat mencari obat ajaib untuk menghentikan kanker payudara,
industri melupakan masalah penyembuhan kanker payudara. Mereka tidak
punya waktu untuk itu. Mereka sibuk memproses pasien kanker payudara
melalui mesin HMO, mengeluarkan pasien kanker dari rumah sakit dengan
secepatnya, memotong biaya, menghindari tuntutan, mempertahankan posisi
dan pendanaan. Mereka juga berupaya agar perusahaan-perusahaan obat
kanker tetap senang dengan cara promosi mereka dan memakai resep obat
kanker tadi, agar perusahaan farmasi tetap mendanai rumah sakit mereka.
Lalu
bagaimana dengan si penderita kanker payudara? Ia amat takut dan
kebingungan, namun ikut tergilas oleh roda gigi mesin dunia medis. Tentu
saja, si penderita kankerlah yang membuat mesin tersebut tetap
berjalan, namun jelas bukan pusat perhatian dalam situasi ini; penderita
kanker payudara adalah pemain pendukung dalam drama yang jauh lebih
besar. Ia akan ditempatkan di meja operasi atau klinik tempat
dilakukannya radiasi, bukan karena itu merupakan tindakan terbaik
untuknya sebagai individu, dan bukan pula karena itu semua benar-benar
akan membantu dan menyembuhkan kankernya, melainkan karena ia komponen
yang tepat untuk melengkapi mesin tersebut. Karena begitulah cara kerja
mesin industrri kanker payudara, dan karena tidak adanya pilihan lain.
Pengobatan kanker payudara secara konvensional memberikannya pilihan
jika ia tidak mau melakukannya, maka ia akan meninggal. Padahal, bila ia
memerhatikan dtia secara akurat, ia akan menyadari bahwa apabila ia
menderita kanker nonlocal (non-DCIS), meskipun ia melakukan semua
perintah dokter, tetap saja kemungkinan ia meninggal satu banding tiga,
baik dikarenakan kanker tersebut atau proses pengobatan kankernya. Ini
bukanlah kemungkinan bagus, dan jalan menuju kemungkinan sembuh dipenuhi
dengan pengobatan-pengobatan yang dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Catatan tambahan:
Sebaliknya, Dr. Zava baru-baru ini berhubungan dengan seorang perempuan
yang divonis hanya bisa hidup tiga sampai enam bulan Iagi pada lahun
1993, karena menderita tumor kanker payudara nodepositive yang amat
besar. Ia menolak terapi radiasi kemoterapi konvensianal dan mulai
mencaba juicing serta terapi progesteron sebagai alternatifnya. Ia
menelepon Dr. Zava (pada tahun 2001) untuk memberitahukan perkembangan
terakhirnya dan untuk melakukan tes air Iiur. Tentu saja, ini hanyalah
satu cerita, namun kami sering kali mendengarkan cerita serupa.
Yang
lebih membingungkan, penderita kanker payudara dan meneliti pengobatan
yang disarankan oleh dokternya, kebanyakan harus diinterpretasikan
sesuai dengan bahasa medis. Sayangnya, kebanyakan penelitian tersebut
disponsori oleh perusahaan-perusahaan obat kanker payudara, maka tak
heran bila ribuan penelitian kecil-kecilan bermunculan tiap tahun dengan
isi mendukung pendapat-pendapat perusahaan obat kanker tersebut, dan
bersedia membayar para ilmuwan untuk mendukung pendapat mereka.
Anda
bisa saja menggunakan berbagai teori medis dan mendukung teori-teori
tersebut dengan referensi-referensi bereputasi baik dari jurnal-jurnal
yang telah dibahas oleh rekan-rekan Anda, dan dapat ditemukan di
Medline, database penelitian National Library of Medicine.
Politik dari Penelitian Medis dan Informasi Media tentang Kanker Payudara
Politik
sikap para ahli kesehatan tidak mendukung penyembuhan, penelitian
medis, serta informasi media tentang kanker payudara, sangatlah
mengecilkan hati, karena sikap tersebut dikendalikan habis-habisan oleh
perusahaan-perusahaan obat besar yang memiliki satu agenda: “Jual lebih
banyak obat lagi!”
Akar kepercayaan
Serta sikap paramedis terhadap pengobatan kanker payudara adalah
industri farmasi saat ini amat berpengaruh, baik pendidikan maupun
penelitian medis. Sebuah edisi Journal ofthe American Medical Association
(JAMA) yang terbit baru-baru ini melaporkan bahwa 31 persen dana
sekolah medis merupakan pinjaman pemerintah dan pinjaman farmasi;
menurut kami, ini jauh di bawah angka sebenarnya. Akibatnya, uang milik
perusahaan-perusahaan obat penyakit kanker tersebut memiliki pengaruh
besar bagi penelitian-penelitian medis yang terpilih. Contohnya, apabila
sebuah obat yang memiliki potensi untuk dipatenkan bersaing dengan obat
lain yang tidak dapat dipatenkan karena berasal dari alam, maka tak
usah dipertanyakan lagi. Obat penyakit kanker yang dipatenkan akan
menang, meskipun obat yang alami untuk mengatasi kanker mungkin saja
merupakan penemuan terhebat sesudah penisilin.
Tidak
banyak hal positif tentang perawatan altematif bagi penyakit kanker
payudara yang tidak melibatkan obat-obatan di media, namun jutaan orang
mencari informasi tentang kesehatan alternatif untuk mengatasi penyakit
kanker melalui internet. Apakah mereka akan berbondong-bondong mengakses
intemet bila mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dari dokter,
atau dari media cetak dan televisi tentang penyakit kanker payudara?
Menurut. kami tidak. Uang milik perusahaan obat-obatan untuk penyakit
kanker tersebut adalah sumber pendapatan periklanan primer bagi media,
terutama bagi televisi dan majalah, maka kecuali Anda adalah Bill
Moyers, kecil kemungkinan Anda akan mengekspos perusahaan obat penyakit
kanker payudara tersebut ataupun berbicara tentang kesehatan alternatif
untuk kanker payudara dengan nada positif dan masih bisa memper-tahankan
pekerjaan Anda.
Bagaimana dengan
FDA - bukankah mereka melindungi kepentingan konsumen? Sebaliknya,
dukungan FDA terhadap satu jenis obat seharusnya tidak langsung memberi
kepastian bahwa pengobatan kanker tersebut aman dan efektif Menurut Journal of The American Medical Associalion serta New England Journal of Medicine,
efek samping obat-obatan untuk kanker payudara dengan resep dokter yang
diberikan secara tepat adalah penyebab kematian keempat atau kelima
tertinggi di Amerika Serikat. Ini bahkan belum termasuk
kematian-kematian yang disebabkan oleh obat-obatan penyakit kanker
payudara yang diberikan secara tidak benar, kesalahan di rumah sakit,
atau obat-obatan dan tidak dilaporkan; apabila ini semua dimasukkan ke
dalam data statistic kanker payudara, pengobatan secara umum akan dengan
mudah menempati posisi tiga besar sebagai penyebab kematian di negara
tersebut. Seluruh obat-obatan penyakit kanker tersebut yang menyebabkan
begitu banyak kematian telah disetujui oleh FDA dan dianggap standar
perawatan medis.
Baru-baru ini, sebuah editorial yang benuansa menyindir dimuat dalam The Lancet
mengkritik hubungan FDA dengan perusahaan-perusahaan farmasi yang
dinilai terlalu dekat. Judul artikel tersebut adalah “Lotronex and the
FDA: a fatal erosion of integrity” (Lotronex dan FDA: Sebuah erosi
integritas yang fatal). Isinya menceritakan tentang disetujuinya
Lotronex untuk mengobati Irritable Bowel Syndrome
(IBS) oleh FDA. Tapi kemudian FDA melaporkan bahwa Obat penyakit kanker
tersebut telah menyebabkan lima orang meninggal dan banyak orang dirawat
di rumah sakit. Obat kanker tersebut kemudian ditarik dari pasaran oleh
pembuatnya, namun kemudian perusahaan tersebut meminta agar obat
tersebut kembali diedarkan setelah label peringatannya diubah. Editorial The Lance!
tersebut kemudian menyimpulkan bahwa “beberapa komunikasi pribadi
sepertinya telah mengalahkan prosedur-prosedur resmi, sementara debat
ilmiah yang diredam keberadaannya, telah menggantikan proses peninjauan
yang utuh dan terbuka. Episode Lotrone ini mungkin salah satu contoh
kecil erosi integritas dalam FDA, khususnya CDER (Center for Drug Evaluation and Research - Pusat Peninjauan dan Penelitian Obat-obatan) yang dana operasionalnya saat ini bergantung dari industri kesehatan". Berhati-hatilah, para pembeli!
Tujuan
FDA pada awalnya adalah melindungi para pembeli dari produk-produk
berbahaya, namun sepertinya badan ini telah kehilangan arah, dan
keputusan-keputusannya amat dipengaruhi oleh industri obat-obatan.
Sebuah survei yang baru-baru ini dijalankan oleh surat kabar USA Today
menemukan bahwa 54 persen para ahli disewa untuk memberi masukan pada
FDA, mengenai obat mana yang harus disetujui untuk dipasarkan. Dan obat
kanker yang dipasarkan tersebut harus memiliki keuntungan finansial,
Sebaliknya, sudah menjadi hal biasa pula bila para pegawai FDA pindah ke
posisi-posisi bergaji tinggi di badan-badan penasihat untuk
perusahaan-perusahaan obat besar.
Jadi
siapa yang bisa dipercaya saat ini? Anda harus mencari
petinggi-petinggi medis yang memiliki pendapat-pendapat yang Anda
percaya: orang-orang sukses dalam pekerjaan mereka dan
pendapat-pendapatnya terbukti benar selama puluhan tahun. Orang- orang
yang tidak mendasari pendapat mereka berdasarkan pinjaman yang akan
mereka terima dari industri obat-obatan untuk penyakit kanker, industri
kacang kedelai, industri produk susu, atau perusahaan pembuat vitamin,
melainkan orang-orang yang secara objektif dan cerdas melihat fakta,
menginterprestasikan pengalaman, serta mengevaluasi penelitian-
penelitian yang ada. Berikan kepercayaan Anda pada ahli kesehatan yang
bersedia meluangkan Waktu untuk berbicara dengan Anda; Karena ini adalah
masalah hidup-mati.
Bagaimana
dengan para dokter yang ingin mencoba cara-cara pengobatan tidak lazim?
Mereka tidak dapat melakukan hal tersebut; Mereka dipaksa untuk
menggunakan cara-cara pengobatan (meskipun tahu cara tersebut tidak
bekerja dengan baik), karena tidak ada penelitian berskala besar yang
membuktikan keefektifan cara-cara alternatif, karena ilu FDA tak akan
menyetujui cara-sara tersebut. (Bukti tentang keefektifan pengobatan
medis konvensional juga sedikit, tapi begitulah politik). Bila sebuah
pengobatan altematif untuk kanker tidak memiliki persetujuan FDA,
seorang dokter dapat dituntut, dikecam, bahkan kehilangan izin praktik.
Bila Anda menemukan ahli kesehatan “langka" dan berani, yang bersedia
menuntun dan mendukung Anda dalam menjalani pengobatan altematif untuk
mengatasi kanker payudara, maka bersyukurlah Anda!
Akibat Bersikap Jujur
Pengaruh
politik dan finansial terhadap pengakuan bahwa terapi penggantian
hormon konvensional, plastik, pestisida, Serta racun perusak lingkungan
lainnya, merusak kemampuan tubuh manusia untuk menghasilkan tingkat
hormon normal hingga pengaruhnya dalam menimbulkan kanker payudara,
amatlah besar (Kami akan menjelaskan mengapa dan bagaimana benda-benda
tersebut dapat menyebabkan kanker payudara.) Bayangkan saja bila
perusahaan-perusahaan obat raksasa dipaksa untuk mengaku bahwa produk
mereka telah berperan dalam kematian puluhan ribu perempuan karena
obat-obat kanker payudara. Kalau ini terjadi, perusahaan-perusahaan
tembakau bisa memiliki nasib yang sama di pengadilan. Meskipun begitu,
perusahaan-perusahaan obat kanker payudara terbesar saja (belum termasuk
perusahaan pestisida dan plastik) menghabiskan 74,4 juta dolar pada
periods 1997-1998 guna memengaruhi pemikiran badan legislative Pengaruh
yang besar juga, Satu-satunya pengaruh lain yang mungkin lebih
berpengaruh adalah hak pilih Anda.
Berkat
angka penderita kanker payudara prostat dan testikular naik secara
drastis, badan legislatif bergerak untuk mengetahui bagaimana zat kimia
yang menyerupai hormon mempengaruhi manusia. Sebuah mandat dari badan
legislatif pada tahun 1996 menuntut Environmental Protection Agency
(EPA-Badan Perlindungan Lingkungan) untuk memeriksa efek-efek hormonal
100 bahan kimia dengan angka penjualan tertinggi di Amerika Serikat.
Saat hasil penelitian mulai terlihat sedikit demi sedikit, buktinya
menjadi jelas: Kita telah tenggelam dalam zat kimia, banyak di antaranya
bersifat estrogenik, yang amat memengaruhi aspek kesehatan. Karena
estrogen menentang atau menegasi kerja testoteron, Pengaruhnya sama,
baik untuk laki-laki, maupun perempuan.
Saat
para perwakilan konsumen sadar bahwa zat-zat kimia tersebut juga
memengaruhi keluarga mereka, mungkin mereka akan tergugah untuk
bertindak melindungi rakyatnya. Tiap individu juga wajib mempertahankan
gaya hidup yang sehat - ini saja, akan mengubah ekonomi secara dramatis,
karena jutaan orang akan berhenti menyemprot rumah dan kebun mereka
dengan pestisida, mulai membeli produk-produk organik, dan berhenti
memakan daging yang penuh hormon. (Tahukah Anda bahwa daging sapi dari
Amerika Serikat dilarang masuk Eropa dikarenakan kandungan hormonnya?)
Kesimpulan
Kesimpulannya,
seorang perempuan yang menderita kanker payudara tidak memiliki banyak
pilihan praktis dari kalangan medis. Pasien tidak dapat memercayai
sepenuhnya penelitian mengenai kanker payudara atau rekomendasi
pengobatan kanker, Kita hidup dalam sebuah kebudayaan yang seolah
menutup mata terhadap penyebab penyakit yang sesungguhnya. Maka,
dibutuhkan keberanian dan tekad kuat untuk bangkit dan mengambil kendali
atas masalah kesehatan Anda sendiri, mempertanyakan dokter Anda,
meminta jawaban yang jelas, serta meneliti alternatif-alternatif untuk
mengatasi kanker payudara yang ada. Kami berharap melalui artikel ini,
Anda akan terdorong untuk melakukan hal-hal tersebut. Mungkin kutipan
surat untuk Dr. Lee di bawah ini akan menggugah Anda:
0 Response to "SEJARAH SERTA POLITIK INDUSTRI KANKER PAYUDARA"
Posting Komentar