Sel-sel Normal yang Menolak Tumbuh Dewasa
TERLEPAS
dan apa yang mungkin telah dikatakan dokter pada Anda, berkat ribuan
penelitian tentang kanker di seluruh dunia, sampai pada tingkat genetis,
kita sebenarnya telah mengetahui cukup banyak tentang kapan, di mana,
bagaimana, serta mengapa kanker muncul dan berkembang. Meskipun masih
ada beberapa detail yang tak kita pahami sepenuhnya, kanker bukanlah
benar-benar sebuah misteri.
Bila kita tahu sebegitu banyak, lantas
mengapa kita kalah telak dalam perang melawan kanker? Terlepas dari
kesulitan dalam mengubah dogma serta pengobatan medis yang masih
bertahan, pencegahan dan penyembuhan kanker secara besar-besaran akan
melibatkan perubahan-perubahan besar dan dramatis dalam gaya hidup
negara-negara yang telah terwesternisasi. Kita harus mengurangi
pestisida secara drastis, atau tidak memakainya sama sekali. Kita akan
membutuhkan pengendalian polusi industri yang jauh lebih baik. Kita
harus mengurangi ketergantungan akan bahan-bahan plastik berampas
bahan-bahan kimia mirip estrogen, dan juga produk-produk petrokimia
lainnya yang menghasilkan bahan-bahan kimia berbahaya, seperti karpet,
perabotan, serta papan partikel yang digunakan untuk membangun rumah.
Kita harus mengurangi secara drastis penggunaan obat-obatan dengan resep
dokter, serta mengubah cara pemberian HRT. Penggunaan hormon untuk
menggemukkan ternak dan unggas untuk keperluan pemasaran, serta
merangsang produksi susu dalam sapi perah harus dilarang. Kita harus
benar-benar mengurangi jumlah makanan olahan dan gula, serta menjalani
pola makan sehat agar terhindar dari resiko terkena kanker. Kita harus
mengorbankan sedikit pendapatan guna mengurangi tingkat kadar stres
dalam hidup. Itu gambaran kasarnya. Sekarang mari kita bergerak ke
tingkat selular dan kami akan memberi tahu Anda apa yang kami ketahui
tentang kanker.
Kapan Kanker Terjadi ?
Kanker
terjadi saat sel-sel normal melipatgandakan diri lebih cepat dari
seharusnya, kehilangan kemampuan mereka untuk berdiferensiasi (tidak
menjadi dewasa), dan mengurangi tingkat apoptosis (kematian sel) makin
berkurang. Jangan khawatir, kami akan menjelaskan ini semua.
Sel-sel
kanker bersifat primitif artinya, sel-sel kanker tersebut tidak
bertambah dewasa dan menjadi kulit, tulang, atau hati, atau uterus-
dalam istilah medis, disebut tidak terdferensiasi. Pada tahap
di mana mereka seharusnya terus berkembang menjadi jenis sel tertentu,
mereka justru membelah diri menjadi sel primitif lain lagi. Ini
dikarenakan rusaknya sesuatu dalam sifat genetis sel-sel tersebut
seharusnya memberi instruksi tentang bagaimana cara berdiferensiasi atau
bertambah dewasa; komunikasi pun terganggu.
Kesalahpahaman ini
biasanya disebabkan oleh kerusakan atau racun di dalam sel sanggup
memengaruhi kromosom-kromosom (gen) sel tersebut. Kerusakan seperti itu
dapat berasal dari estrogen, virus, radiasi, kondisi genetis, terkena
bahan kimia beracun, atau jaringan yang terluka.
Kebanyakan
jaringan dalam tubuh manusia tidaklah menjadi lebih rawan terkena kanker
setelah terluka, namun jaringan payudara bersifat unik dalam
kerapuhannya dan berisiko terkena kanker (jaringan tersebut tidak
tersimpan aman dalam perut seperti halnya rahim dan ovarium) serta
kemampuannya untuk berubah dalam menyikapi hormon. Perempuan tidak asing
jika payudara mereka bertambah besar (dan menjadi lebih lunak) sesaat
sebelum menstruasi. Pada masa kehamilan, payudara akan mengalami
perubahan besar. Kemampuan untuk tumbuh dengan cepat ini adalah salah
satu alasan mengapa sel-sel payudara lebih rawan akan kerusakan DNA
melalui kerusakan jaringan dan berisiko terkena kanker. Ahli biologi
kanker paham benar bahwa saat sebuah jaringan berlipat ganda secara
cepat, kode genetisnya (DNA) lebih mudah rusak akibat bahan kimia,
virus, dan radiasi dan mungkin setelah beberapa tahun akan berupa
kanker.
Luka pada jaringan dapat berupa apa saja, mulai dari
akibat benda tajam maupun pukulan pada payudara. Sebagai contoh, pada
awal membuka praktik, Dr. Lee didatangi pasien dengan kondisi
payudaranya digigit oleh anjingnya sendiri. Beberapa tahun kemudian,
pasien tersebut menemukan benjolan di tempat sama, dan ternyata adalah
kanker ganas. Dr. Lee menganjurkan bagi perempuan jika mengalami Iuka
pada payudara untuk memakai krim progesteron, langsung di payudara
tersebut selama setidaknya tiga bulan setelah Iuka agar tidak
menyebabkan kanker ganas. Luka-luka yang akan menjadi kanker adalah
penyebab mengapa biopsi diragukan manfaatnya; dalam biopsi, payudara
akan dipotong melalui cara proses operasi atau ditusuk jarum, dan kedua
tindakan tersebut mengakibatkan luka terhadap payudara sehingga dapat
berisiko terkena kanker. Maka, patut dipertimbangkan apakah mungkin
biopsi justru menyebabkan kanker payudara. Kami tidak mengatakan jika
Anda mendapati benjolan mencurigakan Anda harus menghindari biopsi,
namun kami menyarankan agar para medis lebih memerhatikan efek biopsi
terhadap payudara, agar mereka lebih konservatif dalam melakukan praktik
tersebut sehingga tidak menimbulkan risiko terkena kanker payudara.
Beberapa
spesialis payudara akan berargumen bahwa penelitian tersebut tidaklah
menunjukkan bahwa luka di payudara berperan dalam penyebab kanker
payudara. Namun, kebanyakan dokter telah praktik selama berpuluh-puluh
tahun, merawat perempuan yang sama selama bertahun-tahun, akan memberi
tahu bahwa hal tersebut jelas memiliki efek tersendiri: Mereka
melihatnya sendiri dalam praktik mereka.
Pertanyaan serupa
mengenai biopsi juga dapat ditanyakan dalam perihal mamografi. Karena,
baik radiasi maupun kerusakan jaringan dapat berperan dalam terjadinya
kanker payudara. Dalam proses mamografi, payudara akan ditekan secara
paksa dan akan menerima radiasi secara paksa. Apakah ini terdengar
seperti tindakan menyehatkan untuk payudara? Menurut kami tidak! Sekali
lagi, apabila Anda mendapati sebuah benjolan di payudara, silakan jalani
mamogram, namun kami mempertanyakan apakah mamogram bersifat rutin
tersebut merupakan tindakan bijak.
Pada akhirnya, saat sel-sel
kanker sudah cukup banyak, sel-sel kanker itu akan “hidup” sendiri.
Sel-sel kanker tersebut akan membentuk persediaan darah untuk keperluan
gizi mereka dengan sendirinya, rnenginvasi jaringan terdekat, dan
mengusir keluar sel-sel normal.
Sel-sel payudara biasanya
terlindungi dari kanker oleh berbagai pertahanan, dan seluruh pertahanan
tersebut bergantung pada gizi baik, keseimbangan hormon baik, serta
fungsi enzim baik. Bila itu semua tidak ada, sel tersebut tidak akan
dapat menetralisir dan/ atau mengeluarkan produk-produk beracun sehingga
menimbulkan sel-sel kanker pada payudara, dan tidak dapat memper- baiki
diri sendiri dengan cukup baik agar dapat melawan rusaknya
faktor-faktor di atas. Saat kerusakan gen sudah cukup besar terjadi, sel
tersebut akan kembali ke bentuk lebih primitif (tidak terdiferensiasi)
dan menjadi sel kanker dan berisiko terkena kanker payudara. Karena
kemungkinan kerusakan genetis yang tak dapat diperbaiki meningkat
seiring waktu, kemungkinan terkena kanker/kanker payudara pun meningkat
seiring bertambahnya usia seseorang.
Bagaimana Awal Terjadinya Kanker?
Tahap
pertama kanker dikenal dengan inisiasi. Ini adalah saat terjadinya
kerusakan awal, atau modifikasi materi genetis sebuah sel normal.
kerusakan ini diakibatkan oleh sebuah karsinogen, yang dapat berupa
sebuah hormon, sebuah zat kimia, virus, radiasi, trauma atau kombinasi
faktor-faktor tersebut sehingga memicu terjadinya kanker. Hasilnya
adalah Sebuah sel yang telah berubah secara permanen, dengan kontrol
pertumbuhan yang tidak bekerja. Para ilmuwan saat ini percaya bahwa
biasanya diperlukan lebih dari satu kali “serangan” karsinogen terhadap
DNA sebelum Sebuah sel kecil dapat diubah menjadi sel dengan sifat
kanker.
Sebagai contoh, saat remaja, ketika payudara tengah
berkembang mungkin Anda bersinggungan dengan pestisida atau pil pengatur
kelahiran. Pada awal usia 20-an mungkin Anda memakai alat kontrasepsi
oral. Beberapa tahun kemudian mungkin Anda mengecat bagian dalam rumah
Anda tanpa ventilasi cukup, hingga Anda berhadapan dengan xenoestrogen
dalam wujud pelarut. Sepanjang hidup, Anda menjalani pemeriksaan dada
menggunakan sinar-X hingga sel-sel payudara Anda terkena radiasi. Pada
usia 30-an, Anda terjatuh, dan payudara Anda terbentur keras, Pada usia
40-an, Anda menjalani mamogram dengan menekan jaringan payudara Anda
serta membuatnya terkena radiasi, Setelah itu selang beberapa tahun,
Anda kembali menjalani mamogram secara rutin. Pada usia 50-an, Anda
memberikan dosis estrogen berlebihan bersamaan dengan progestin
sintetis. Ini serangan yang amat bertubi-tubi namun sangat lazim bagi
kebanyakan perempuan pascamenopause, dan kebanyakan dan mereka dapat
menambahkan lebih banyak lagi “serangan” yang mereka alami.
Serangan
akhir pada sel payudara mengubahnya menjadi sel kanker seutuhnya,
mungkin terjadi sekitar 10-20 tahun (tergantung individunya) sebelum
tumor tersebut dapat dirasakan dengan palpazion (menggunakan tangan)
ataupun mamogram.
Sementara itu, tubuh manusia memiliki banyak
faktor protektif yang dapat menghentikan kerusakan DNA sebelum kerusakan
tersebut dimulai, termasuk mekanisme-mekanisme detoksifikasi dan
ekskresi; sel-sel khusus mengeluarkan sel-sel mati dan rusak dari
payudara; anti-oksidan dan nutrisi-nutrisi lainnya membantu sel tersebut
melindungi dan memperbaiki DNA; serta hormon-hormon seperti
progesteron, mendorong sel-sel untuk berdiferensiasi dan mati pada
Waktunya.
Kanker akan muncul saat DNA Sebuah sel telah rusak
secara permanen, dan kerusakan tersebut luput dari sistem pendeteksian
tubuh secara normal. Kerusakan ini akan diturunkan dari satu generasi
sel ke generasi berikutnya, sehingga menghasilkan akumulasi sel-sel yang
DNA-nya telah rusak, tanpa kontrol yang dibutuhkan untuk menjaga agar
sel-sel tersebut tetap normal.
Proses Pertumbuhan
Tahap
kedua kanker, disebut promosi, melibatkan pelebaran populasi sel tumor
hingga sampai ke titik di mana populasi tersebut mulai mengganggu kerja
tubuh yang normal. Tahap ini berlangsung selama periode yang cukup lama,
10-20 tahun, dan bervariasi bergantung pada beragam faktor. Sebagai
contoh, tingkat pertumbuhan tumor bergantung pada persediaan darah cukup
di sekitarnya agar dapat mengirim nutrisi ke sel-selnya, dan bergantung
pula pada faktor-faktor pertumbuhan seperti estrogen, hormon prolaktin,
serta zat-zat yang disebut faktor pertumbuhan, menyerupai insulin yang
memicu pembelahan sel-sel payudara. Kami akan membahas lebih banyak
detail tentang faktor-faktor tersebut. Pertumbuhan tumor juga akan
bergantung pada zat-zat yang menghalangi pertumbuhan seperti
progesteron, hormon tiroid, melatonin, dehydroepiandrosteron (DHEA),
serta phytokimia yang berasal serta buah-buahan dan sayuran.
Mari
melihat tingkat pertumbuhan kanker payudara dengan perspektif berbeda.
Tubuh manusia mengandung sekitar 64 miliar sel. Setetes darah mengandung
sekitar 3.000 hingga 5.000 sel darah putih serta 5 juta sel darah
merah. Bila satu sel sehat dalam payudara menjadi sel kanker, maka
biasanya dibutuhkan waktu 8 hingga 12 tahun sebelum sel tersebut dapat
berlipat ganda menjadi tumor yang dapat dideteksi. Cara lain memahami
kecepatan pertumbuhan tumor kanker payudara adalah tumor tersebut tumbuh
dua kali lipat lebih besar Setiap dua hingga empat bulan.
Dengan
asumsi 100 hari adalah kecepatan berlipat ganda bagi sel Kanker/kanker
payudara secara umum, maka pada tahun pertama hanya akan terdapat 4-5
sel tumor, tahun kedua 30-50 sel tumor, dan seterusnya. Menemukan tumor
dengan ukuran sekecil itu, lebih sulit dibanding mencari jarum di
tumpukan jerami. Pada tahun ketujuh, barulah akan di dapat sekitar
sejuta sel tumor. Ini mungkin terdengar banyak, namun bila Anda
mengumpulkannya hingga membentuk sebuah bola, maka ukuran garis
tengahnya hanya akan sepanjang 1 milimeter-tidak lebih besar dari titik
yang dibuat dengan menggunakan pensil. Tumor dengan ukuran seperti itu
tidak dapat terdeteksi oleh mamogram. Baru setelah tumor tersebut tumbuh
selama 3-4 tahun lagi, atau totalnya sekitar 10- tahun, dan mengandung 1
triliun hingga 10 triliun sel, maka tumor tesebut akan cukup besar
(diameter sekitar 1 sentimeter; 1 inci sama dengan sekitar 2,5
sentimeter) untuk terdeteksi dengan mamogram.
Tentu saja pola-pola pertumbuhan tumor tidak pernah sesederhana itu. Tumor-tumor in situ,
atau tumor-tumor yang pertumbuhannya terbatas hanya di tempatnya
muncul, cenderung untuk tumbuh dalam bentuk lingkaran atau pipa, karena
pertumbuhannya terbatas di dalam pembuluh tersebut. Sebaliknya, tumor
bersifat menyerang biasanya tidak tumbuh dalam bentuk lingkaran
sempurna, melainkan menyebar keluar dalam bentuk menyerupai cakar-hingga
timbul istilah crab (kepiting) atau kanker (cancer)-di saat tumor
tersebut mengambil alih jaringan normal dan mencari nutrisi untuk
pertumbuhan. Jenis penyebaran ini dapat membuatnya lebih sulit terdeksi
di dalam batasan jaringan payudara normal.
Saat sebuah
kanker/kanker payudara pertama kali dapat terdeteksi oleh mamogram,
hanya dibutuhkan satu hingga dua tahun agar kanker tersebut dapat
membesar dan dapat dirasakan dengan cara palpasi (dengan menggunakan
tangan), Dalam kurun dua tahun ini, menurut statistik, hanya terdapat
pengaruh kecil terhadap kemungkinan kanker payudara dengan melakukan
metastasize (menyebar melalui cairan limpa atau sistem aliran darah ke
bagian-bagian tubuh lainnya). Inilah mengapa mamografi rutin bagi pasien
berisiko rendah memiliki efek tidak besar terhadap angka kematian
akibat kanker payudara secara keseluruhan. Penelitian-penelitian
baru-baru ini jelas menunjukkan bahwa mamografi diragukan manfaatnya
untuk mengatasi kanker/kanker payudara. Dan seorang perempuan mungkin
dapat mendapat manfaat sama dengan cara memeriksa payudara mereka secara
hati-hati satu bulan sekali.
Seperti yang telah kita bahas di
artikel sebelum-sebelumnya terkait politik industri kanker payudara,
operasi, radiasi serta kemoterapi bisa saja kurang memuaskan dalam
mengobati kanker/kanker payudara. Bila kita ingin meminimalisasi
permasalahan kanker payudara, kita harus belajar mengidentifikasi dan
membatasi faktor-faktor penyebab atau pendukung terjadinya kanker/kanker
payudara serta memaksimalkan faktor-faktor yang melindungi serta
mencegah terhadap kanker/kanker payudara.
Kematian Sel yang Terprogram Memberikan Kita Harapan Baru
Dalam
kanker payudara jenis apa pun, tidak semua sel-selnya serupa;
masing-masing memiliki perbedaan jelas. Pengobatan-pengobatan antikanker
saat ini dapat saja menghancurkan atau memusnahkan berapa jenis sel-sel
kanker/kanker payudara, namun tidak semuanya. Bayangkan saja, bila
kemoterapi membunuh 99,99 persen dari seluruh sel-sel kanker/kanker
payudara, dan sebuah tumor biasa mengandung satu miliar sel, beraiti
masih ada 100.000 sel tumor bertahan. Ini adalah salah satu alasan
mengapa pengobatan pada saat ini, memiliki kemungkinan kecil untuk dapat
menyembuhkan kita.
Seperti halnya semua jenis kanker, sel-sel
kanker payudara bukanlah berasal dari luar seperti bakteri, virus, dan
penyebab alergi, melainkan, seperti yang digambarkan dengan tepat oleh
peneliti berrkebangsaan Inggris, A. B Astrow, “sel-sel pada dasarnya
normal, kemudian mengalami perubahan-perubahan kecil secara proporsional
di dalam gen-gennya, hingga menyebabkan perubahan- perubahan besar
dalam perilakunya.”
Salah satu penemuan baru paling penting,
ditemukan dalam hal penyebab kanker payudara terkait dengan apoptosis,
atau kematian sel yang terprogram. Apoptosis (ah-po-TOE-sis) secara
hartiahnya berarti “ berjatuhan”-seperti daun-daun gugur dari pohon saat
musim gugur. Cara ini sering kali dijelaskan sebagai “bunuh diri sel
terprogram”. Saat ini para spesialis kanker/kanker payudara paham benar
bahwa penundaan apoptosis sel-sel tua meningkatkan risiko berkembang
menjadi sel-sel kanker/kanker payudara.
Kecuali sel-sel neural
(saraf) dan sel-sel otot, seluruh sel-sel dalam tubuh saat ini
terus-menerus digantikan oleh sel-sel baru. Dan saat ini kita mengetahui
bahwa sel-sel saraf pun dapat berubah. Untuk itu, sel-sel perlu hidup
selama waktu tertentu, kemudian mati saat sel- sel baru datang
menggantikan mereka. Kulit-kulit sel lama ditinggalkan, seperti juga
sel-sel pelapis dalam sistem paru-paru dan pencernaan. Namun, di dalam
payudara, sel-sel lama mengalami apoptosis dikonsumsi oleh macrophages (sel-sel darah putih khusus).
Diferensiasi dan Proliferasi Sel
Kebanyakan kanker payudara awalnya merupakan perubahan dalam sel epithelial
pembuluh penyalur susu pada payudara. Seperti halnya jenis kanker lain,
seiring dengan perlambatan apoptosis, sel-sel tersebut menunjukkan kekurangan diferensiasi (Proses perkembangan) serta peningkatan tingkat proliferasi (Proses pembiakan)
bila dibandingkan dengan sel-sel payudara normal. Seiring
pertumbuhannya, sel-sel berdiferensiasi menjadi jenis jaringan tertentu.
Biasanya, sel-sel berproliferasi atau berlipat ganda dengan lebih
cepat, kadar diferensiasinya akan lebih sedikit. Sebaliknya, makin
terdiferensiasi sel tersebut, makin lamban proses proliferasinya, dan makin menyerupai sel normal, sehingga kadar membahayakannya berkurang.
Kita
tahu, saat proses itu terjadi faktor-faktor pendukung pertumbuhan
sel-sel kanker/kanker payudara timbul. Ini penting, karena makin cepat
angka pertumbuhannya, makin cepat pula sebuah kanker/kanker payudara
menjadi ganas. Perbandingan antara kanker payudara dengan kanker prostat
memberi petunjuk. Bagi seorang laki-laki berusia lebih dari 65 tahun,
kanker prostat memiliki waktu untuk berlipat ganda selama lima tahun,
sementara bagi seorang perempuan yang terkena kanker payudara, masa
perlipatgandaan hanya berkisar tiga bulan. Jelas bahwa memperlambat proliferasi
akan bermanfaat bagi waktu bertahan hidup seseorang. Dalam hal ini,
kita menemukan bahwa estrogen meningkatkan kecepatan proliferasi sel-sel
epithelial payudara, sementara progesteron memperlambatnya. Kita akan
membahas ini lebih mendetail.
Salah satu cara para ahli penyakit
kanker menilai tumor adalah dengan cara melihat keberadaan reseptor
dalam sel untuk estrogen dan progesteron. Saat membandingkan
reseptor-reseptor hormon milik sel kanker payudara dengan keadaan
diferensiasinya (ingat, makin terdiferensiasi, makin baik), ditemukan
bahwa tumor-tumor dengan reseptor estrogen (RE) tertinggi dan reseptor
progesteron (RP) adalah yang paling terdiferensiasi. Tumor yang telah
kehilangan kapasitasnya untuk mengekspresikan RE dan RP adalah yang
agresif dan paling tidak terdiferensiasi Namun, keberadaan RE juga
memungkinkan estrogen jadi lebih banyak (seperti halnya dengan HRT
konvensional) untuk dapat mempercepat pertumbuhan, hingga payudara
menjadi lebih padat dan terdapat benjol-benjol pada payudara, serta
perubahan-perubahan fibrosis (pembengkakan). Di sisi lain, keberadaan
reseptor-reseptor progesteron menggabungkan diri dengan sel-sel kanker
yang lebih terdiferensiasi, dan menjadikannya tidak terlalu berbahaya.
Bahkan, Dr. Zava telah melihat sampel-sampel tumor kanker payudara dari
perempuan yang menggunakan progesteron dan sifatnya berbahaya secara
teknis; saat mengadakan pemeriksaan, ia menemukan bahwa kebanyakan
sel-sel kanker dalam tumor tersebut terdiferensiasi dengan baik dan
tidak aktif, yang berarti tidak berlipat ganda. Pola tidak aktif serupa
telah ditemukan dalam sel-sel pembuluh dalam payudara normal perempuan
yang diobati menggunakan progesteron topikal dalam penelitian yang
dilakukan oleh K. J Chang.
Estrogen juga mengaktilkan sebuah
onkogen (gen pendukung kanker) bernama Bcl-2 bersifat memperlambat
apoptosis. Sebaliknya, progesteron mengaktifkan gen p53 yang
mengembalikan poptosis ke kondisi normal. Maka, dengan mempertimbakan
apoptosis, diferensiasi sel, serta proliferasi sel, kita mengetahui
bahwa estrogen adalah pemicu kanker payudara yang potensial, sementara
progesteron melindungi dari kanker payudara dengan cara melawan tindakan
pendukung pertumbuhan milik estrogen.
Meninjau kembali
pengetahuan-pengetahuan dasar tentang kanker, kita mengetahui bahwa
terdapat tiga karakteristik yang membedakan sel kanker dari sel biasa.
Sel kanker lebih cepat berlipat ganda atau berproliferasi, kadar
diferensiasinya lebih sedikit (tidak dewasa) dibandingkan sel normal,
dan sel kanker tidak mati (apoptosis) seperti seharusnya. Sebaliknya,
sel sehat berlipat ganda dengan kecepatan normal, berdiferensiasi
menjadi jenis sel tertentu, dan mati mengikuti jadwal genetis yang telah
ditentukan sebelumnya, agar dapat memberi ruang bagi sel-sel baru.
Seharusnya
tidaklah mengejutkan bila hormon-hormon seks berperan dalam ketiga
proses sel-sel payudara. Inilah yang akan kita jelaskan lebih lanjut
dalam artikel-arikel berikutnya.
Menguak dari Tingkat Gen
Bagian
berikut ini agak dipadati oleh infonnasi dan istilah-istilah teknis.
Namun bila Anda terkena kanker payudara dan ingin meneliti tentang
penyakit ini lebih lanjut, maka kata-kata dan konsep-konsep berikut
pasti akan Anda temui. Menurut kami, penting bagi Anda untuk memahami
itu semua dan memiliki referensinya.
Bila gen-gen mengalami
kerusakan-misalnya akibat radiasi, racun, atau virus-sel-sel normal
dapat berkembang menjadi sel-sel kanker/kanker payudara. Gen-gen
tertentu yang disebut proto-onkogen bersifat normal untuk sel, namun
mungkin dapat bermutasi menjadi onkogen, yang menciptakan produk-produk
dan memperbolehkan proliferagi (pertumbuhan sel) berlebihan, ataupun
apoptosis (kematian sel) yang tertunda, hingga berakibat pada perubahan
sel tersebut menjadi sel kanker/kanker payudara. Gen-gen lainnya, yang
dikenal sebagai gen penghambat tumor, menghalangi pertumbuhan sel atau
merangsang apoptosis, hingga mencegah kanker/kanker payudara. Risiko
kanker/kanker payudara seseorang amat bergantung pada kegiatan relatif
onkogen versus gen penghambat tumor. Beberapa ahli biologi molekular
telah menyelidiki tindakan dua gen ini, yang bernama Bcl-2 dan p53.
Bcl-2
adalah proto-onkogen, telah dikenal memiliki peran besar dalam
perkembangan kanker/kanker payudara. Penghasilan Bcl-2 menghambat
apoptosis, karena itu mendukung terjadinya kanker payudara, kanker
ovarium, kanker endometrium, kanker prostat, dan kanker limfoma (sel
darah putih) sel B folikular. Gen p53 adalah gen peredam tumor. Kenaikan
p53 akan menghambat tindakan Bcl-2, menghentikan proliferasi sel, dan
memicu apoptosis, karena itu mampu mencegah kanker/kanker payudara.
Dalam
pembenihan sel kanker/kanker payudara, peneliti B. Fonnby dan T. S.
Wiley menemukan bahwa saat estradiol estrogen manusia (dalam konsentrasi
yang serupa dengan apa yang dihasilkan tubuh manusia) ditambahkan pada
pembenihan tersebut, maka Bcl-2 akan aktif dan mendukung pertumbuhan
kanker/kanker payudara. Namun penambahan progesteron (lagi-lagi dalam
konsentrasi yang konsisten dengan tingkat normal dalam tubuh) mengatur
penurunan Bcl-2 dan mengatur peningkatan p53, hingga menghentikan
pertumbuhan kanker/kanker payudara. Ini mungkin terdengar simpel, namun
sebenamya merupakan bagian penting yang hilang dari teka- teki
kanker/kanker payudara, karena melibatkan substansi antikanker penting
yang dihasilkan secara alami dalam tubuh manusia. Hasil karya para
peneliti tersebut sekarang diperbanyak di berbagai laboratorium di
seluruh dunia.
Kini kita mengetahui setidaknya satu mekanisme
tindakan yang berkaitan dengan gen, menyangkut estrogen sebagai pemicu
kanker/kanker payudara. Dukungan atas temuan-temuan tersebut berasal
dari penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu proses estrogen dalam
tubuh dapat menghasilkan unsur yang bernama estrogen-3,4-quinone, yang
mengakibatkan mutasi gen dan kanker/kanker payudara.
Tahapan Kanker yang Mematikan.
Tahap ketiga kanker, yang disebut tahan progresif
adalah tahap akhir. Dalam tahap ini satu tumor tertentu akan tumbuh
lebih besar, berinvasi ke jaringan-jaringan, pembuluh darah dan limpa
yang ada di sekelilingnya; serta bermigrasi (metastasize) ke jaringan tubuh lainnya, dan tumbuh di dalam jaringan-jaringan tersebut.
Saat
kanker/kanker payudara telah menginvasi bagian-bagian tubuh lainnya,
maka untuk menghentikan pertumbuhan kanker menjadi lebih rumit, namun
tetap dapat dilakukan. Kabar baiknya adalah, kanker payudara penyakit
berdurasi lama, dan kita memiliki kesempatan tiap hari untuk membuat
keputusan-keputusan untuk mendorong tubuh agar dapat menyingkirkan
kanker/kanker payudara. Jarak antara transformasi pertama dari sel
normal menjadi sel kanker atau tumor berukuran sebiji jagung serta
mengandung satu miliar sel, dapat memakan waktu berpuluh-puluh tahun.
Seperti
telah kita tekankan di awal pembahasan kaanker/kaanker payudara ini,
kita memang mengetahui banyak hal tentang penyebab kanker/kanker
payudara, dan ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegahnya.
Kami akan memberikan Anda banyak perincian tentang membantu menghindari
kanker/kanker payudara.
Mengapa Kehamilan Memberikan Perlindungan: Kekuatan Diferensiasi hCG
Hamil
sebelum usia 24 tahun dapat menurunkan risiko seorang perempuan terkena
kanker/kanker payudara sebanyak 50 persen. Alasan di balik teori ini
diselidiki secara mendalam oleh Jose Russo, M. D., seorang Anggota
senior Fox Chase Cancer Center di Philadelphia, profesor pembantu di
bidang patologi dan pengobatan laboratorium di University of
Pennsylvania Medical School. Dr. Russo telah menerima beberapa
penghargaan penelitian dari Insitusi Kanker Nasional milik Institusi
Kesehatan Nasional (National Institutes for Health-NIH) atas karya orisinalnya dalam bidang kanker payudara.
Kami mewawancarai Dr. Russo untuk kepentingan John R. Lee, M D., Medzcal Letter. Ini adalah kutipan dari pendapatnya tentang hormon-hormon kehamilan dan diferensiasi jaringan payudara:
Manusia
memiliki bagian-bagian jaringan payudara tertentu dan sangat
proliferatif (memiliki kecenderungan untuk tumbuh) serta sangat rentan
terkena bahaya dari berbagi unsur karsinogenik (sesuatu yang menyebabkan
kanker payudara), seperti yang ditemukan di lingkungan sekitar,
estrogen, dan radiasi. Selama masa kehamilan, hormon dalam payudara
berubah, disebut dengan diferensiasi. Perubahan-perubahan ini melindungi
jaringan payudara dari karsinogen. Payudara anak perempuan yang belum
tumbuh mengandung struktur bernama disebut lobule tipe 1, memiliki
aktivitas proliferatif tinggi, dan bagian-bagian tersebutlah yang lebih
rawan akan kerusakan dan disebabkan karsinogen. Sebagai contoh, ketika
kejadian bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, menimbulkan
radiasi tinggi. Anak perempuan pada waktu itu berusia 10-14 tahun dan
terkena radiasinya, nantinya akan lebih rentan terkena kanker/kanker
payudara. Alasannya karena payudara mereka mengandung banyak lobule tipe
1 yang tidak terdiferensiasi dan lebih rentan jadi rusak pada saat
pengeboman.
Saat payudara distimulasi oleh limpahan hormon secara
beruntun dan dikeluarkan saat hamil, kelenjar payudara akan
berdiferensiasi. Dengan proses tersebut, gen-gen tertentu akan
diaktifkan, yang membuat jaringan tubuh lebih kuat untuk bertahan
terhadap kanker/kanker payudara. Sel-sel yang terdiferensiasi memiliki
kemampuan memperbaiki kerusakan yang timbul di DNA menjadi lebih baik.
Ini membuat kita dapat menyimpulkan satu hukum biologis yaitu,
“diferensiasi kelenjar yang berhubungan dengan payudara menentukan
kerawanan akan karsinogenesis”. Konsep ini kita gunakan untuk
mengembangkan strategi-strategi pencegahan kanker/kanker payudara.
Meskipun
alam mengatur agar perempuan berusia muda dapat mengandung dan
terlindungi dari kanker/kanker payudara, namun kehamilan di usia muda
jarang terjadi di negara barat. Maka bagaimana cara kita melindungi
payudara pada perempuan yang mungkin tidak akan mengandung hingga usia
mereka mencapai Pertengahan 20-an hingga pertengahan 30-an? Kami mulai
mencari cara untuk menstimulasi diferensiasi pada payudara yang tanpa
kehamilan. Dalam percobaan dengan menggunakan tikus kami menemukan
perlindungan terbaik adalah menggunakan human chorionic gonadotropin
(hCG). Saat diberikan pada hewan yang tidak hamil, zat ini memicu
terjadinya tingkat difefensiasi yang serupa seperti sedang hamil. Efek
luar biasa yang dihasilkannya adalah pertahanan terhadap perkembangan
kanker saat hewan-hewan tersebut dihadapkan dengan karsinogen kimia.
Hormon
hCG bekerja dengan dua cara, Pertama melalui ovarium dengan cara
meningkatkan jumlah estrogen dan progesteron, yang menciptakan
diferensiasi di kelenjar-kelenjar susu. Kami menemukan bahwa hCG juga
memiliki efek langsung terhadap jaringan yang berhubungan dengan
payudara dan penghasil susu. Honnon hCG mengikat pada reseptor tertentu
dan menghasilkan runtutan kejadian termasuk pengaktifan glikoprotein
nonsteroid yang bernama inhibin. Inhibin mengatur proliferasi sel dan
memicu pengaktifan sel-sel yang mengontrol kematian sel terprogram serta
diferensiasi.
Kami juga menemukan bahwa saat kami menggunakan
hormon ini untuk pasien kanker/kanker payudara primer, aktivitas
proliferasi jaringan kankernya menurun secara signifikan setelah
menggunakan tujuh dosis hormon ini selama dua minggu, Data ini penting
karena menunjukkan bahwa diferensiasi jaringan yang berhubungan dengan
penghasil air susu dapat dicapai dalam sel-sel yang sudah mengandung
sifat kanker.
Kami percaya bahwa karya Dr. Russo amat signifikan
dan dapat mewakili langkah besar menuju perlindungan perempuan terutama
perempuan yang telat memiliki anak, atau yang tidak memiliki anak sama
sekali-dari kanker/kanker payudara, dan juga langkah besar menuju
pengobatan kanker payudara itu sendiri. Ini adalah jenis penelitian yang
sulit untuk dicari sumber pendanaannya, karena penelitlan ini
menggunakan zat alami (hCG) dan bukan obat.
Alm. Dr. Henry Lemon
mempelajari peran estriol dalam kanker yang berhubungan dengan payudara
dan produktivitas air susu. Beliau menemukan bahwa jika tikus-tikus muda
yang masih rentan diberi pengobatan awal dengan menggunakan estriol
untuk memicu diferensiasi pembuluh payudara, maka insiden tumor payudara
akibat bahan kimia atau radiasi menurun sebanyak 80 persen. Estriol,
bersama dengan hCG dan progesteron, meningkat saat hamil, dan Lemon
berasumsi bahwa estriol tersebut berperan dalam menyebabkan diferensiasi
sel-sel mumi (sel yang belum terdiferensiasi atau stem cell).
Ductal Carcinoma in Situ (DCIS)
Meskipun
cakupan buku ini tidak termasuk berkomentar tentang seluruh jeniss
kanker payudara yang berjumlah puluhan, rasanya penting bagi kami untuk
berkomentar tentang kelainan payudara yang disebut ductal carcinoma in situ.
Sebelum
mamogram banyak dilakukan di awal tahun 1980-an, diagnosa DCIS jarang
ditemukan. Kurang dari 1 persen kasus baru yang terdiagnosa sebagai
kanker payudara mempakan DCIS ini disebabkan karena jarang sekali DCIS
berkembang hingga menjadi gumpalan yang dapat dirasakan tangan. Saat
terdiagnosa, biasanya DCIS telah dapat dirasakan tangan, atau keluarnya
cairan tertentu yang keluar dari puting. Selanjutnya (sekitar setelah
tahun 1983), saat pengecekan banyak dilakukan dengan mamogram, para
radiolog dapat menemukan bagian-bagian payudara tertentu yang mengalami
kalsifikasi (filmnya terlihat seperti taburan garam) menandakan DCIS.
Dan kemudian semakin sering para radiolog menemukan kelainan tersebut.
Namun bahkan para ahli pun sering memperdebatkan apakah DCIS memang termasuk kanker atau tidak. Ductal carcinoma in situ, berarti “kanker dalam pembuluh”, bersifat ambigu. In situ
berarti bahwa para ahli patologi melihat sel-sel abnormal tersebar di
sepanjang hamparan sel-sel normal. Bayangkan bunga-bunga dandelion liar
yang ada di taman Anda. Secara harfiah, kata tersebut bermakna “ada di
tempat”, sehingga menunjukkan bahwa tidak ada penetrasi terhadap
lapisan-lapisan sel yang lebih dalam. Namun karsinoma yang bersifat
ganas atau menyusup, akan menginvasi jaringan lebih dalam, sedangkan
DCIS tertahan dalam pembuluh. Bila DCIS menyusup sedikit saja, maka
tidak lagi dianggap sebagai DCIS.
Beberapa tahun lalu, terdapat editorial dalam jurnal medis The Lancet yang membahas mengenai penyalahgunaan kata-kata menyangkut DCIS. Editorial berjudul “Have Our Phatologists Gone Amok?”
(Apakah Ahli-ahli patologi kita telah lepas kendali?”) pada dasarnya
membuat pernyataan-pemyataan yang cerdas sekaligus lucu. Orang Inggris
memang memiliki selera humor, namun politik penamaan jaringan ganas yang
termarjinalkan ini, sebagai kanker patut diperhatikan. Para perempuan
yang menj alani operasi payudara, radiasi, serta kemo untuk mengobati
“kanker” yang “99 persen dapat disembuhkan” (seperti yang gemar
diucapkan oleh ahli DCIS) mungkin tak akan menganggap ini sebagai hal
yang lucu.
Yang membuat diagnosis DCIS lebih membingungkan lagi
adalah terdapatnya banyak tingkat-tingkat DCIS yang berbeda, kebanyakan
di antaranya tak berbahaya, namun beberapa memiliki risiko yang sedikit
lebih tinggi, berujung pada kanker payudara ganas.
Sisa-sisa
kalsium serta penyebaran sel-sel abnormal yang menemukan pada kebanyakan
DCIS mungkin merupakan akibat dari disfungsi metabolis awal
tertentu-sisa-sisa dari sebuah pertarungan dan bukanlah kanker yang
sesungguhnya. Bila ini terjadi di satu payudara, maka kemungkinan besar
akan muncul di payudara yang satunya. Ini adalah pertanda lain bahwa
masalah ini merupakan disfungsi metabolis sistemik, bukan insiden lokal
yang bersifat acak.
Politik DCIS diciptakan saat kelainan ini
dimasukkan dalam diagnosis kanker payudara, dan dijadikan bagian dari
statistik kanker payudara. Dalam diagnosis kanker payudara terdapat DCIS
17-40 persen (tergantung tahunnya) selama dua puluh tahun terakhir,
namun berhubung hanya sedikit dan diagnosis tersebut yang berlanjut
hingga menjadi kanker sesungguhnya, perhitungan ini membuat tingkat
“kesembuhan” terlihat jauh lebih baik. Bila DCIS tidak dimasukkan dalam
diagnosis kanker payudara, tingkat kesembuhan kanker payudara akan
terlihat memburuk secara signifikan, dan organisasi kanker payudara
bernilai miliaran dolar, dengan segala pengobatan dengan operasi,
radiasi dan kemoterapinya, akan terlihat tidak kompeten. Begitulah
politik dan uang yang dapat mengatur diagnosis medis.
Aspek lain
dalam politik DCIS adalah munculnya kembali pembenaran pengobatan
seperti operasi payudara, radiasi, dan kemoterapi dalam statistik, Masuk
akal bila DCIS merupakan hasil dari ketidakseimbangan metabolis awal,
dan bila ketidakseimbangan tersebut tidak diperbaiki, maka DCIS akan
muncul kembali. Statistik yang ada, jelas menunjukkan bahwa saat DCIS
diobati dengan cara operasi dan radiasi, tingkat kemunculannya kembali
leblh rendah dibanding bila diobati dengan cara operasi saja. Namun,
kemunculan kembali bukanlah permasalahan yang sering muncul dalam
kebanyakan kasus DCIS-yang pada dasarnya merupakan kondisi yang tidak
membahayakan-oleh karena itu, mengambil risiko merusak tubuh secara
permanen dengan radiasi mungkin mempakan pengobatan berlebihan yang
membahayakan. Meta-analisis yang dilakukan baru- baru ini terhadap
penelitian tentang radiasi untuk kanker payudara jelas-jelas menunjukkan
peningkatan risiko kematian akibat radiasi, dibandingkan akibat kanker
payudara itu sendiri-kebanyakan dikarenakan radiasi terhadap pembuluh
darah dan jantung.
Yang tidak diketahui adalah persentase
perempuan pengidap DCIS mana yang akan berkembang menjadi pengidap
kanker payudara ganas sebuah penyakit ganas yang nyata. Bila pengidapan
DCIS merupakan pertanda terkena kanker ganas, maka masuk akal bila
pengobatannya bersifat agresif. Sayangnya, berhubung pengobatan
konvensional tidak pemah menggunakan pendekatan berdasarkan bukti untuk
membenarkan pengobatan DCIS dengan cara operasi, radiasi, dan kemoterapi
pada tahun 1980-an awal, sehingga kita tidak tahu banyak apa yang akan
terjadi bila DCIS tidak diobati. Sebuah penelitian (Welch et al.)
menunjukkan bahwa pada saat otopsi, 5 hingga 7.5 perempuan mengidap
DCIS, dan ini menunjukkan adanya “persediaan” kasus-kasus DCIS belum
terdiagnosa yang tidak pernah berubah menjadi kanker payudara ganas.
Statistika
mengenai berapa banyak DCIS yang telah diobati yang meningkat menjadi
kanker payudara ganas tercampur-campur, namun semua jenis DCIS, kecuali
yang parah dan membahayakan, memiliki risiko menjadi kanker payudara
normal (sama kadarnya dengan perempuan yang tidak mengalami DCIS) atau
malahan, untuk beberapa kasus, risikonya justru lebih rendah. Sebuah
penelitian yang diterbitkan dalam Journal ofthe American Medical Association
pada tahun 1996 dengan sampel seluruh perempuan yang didagnosis
mengalami DCIS, dari tahun 1983-1991, tanpa memperhitungkan soal adanya
pengobatan yang pernah mereka alami atau tidak, dan menemukan bahwa
tingkat bertahan hidup mereka bervariasi antara 100-104 persen. Ini
artinya, kemungkinan para perempuan tersebut untuk meninggal karena
kanker payudara ataupun sebab-sebab lainnya, lebih kecil dibanding
populasi pada umumnya.
Tragisnya, kalsifikasi DCIS cenderung
berpusat di sekitar jaringan payudara. Sehingga pada tahun 1980-an
banyak perempuan sering kali disuruh menjalani operasi pengangkatan
payudara untuk mengobati gejala non kanker ini. Ini juga dikarenakan
sulit sekali untuk menghilangkan seluruh jaringan payudaranya mengalami
mikro- kalsifikasi. Ini adalah pengobatan berlebihan brutal yang
meninggalkan bekas Iuka fisik dan psikologis seumur hidup bagi para
pasien. Cara ini kini tidak begitu Iazim dilakukan, namun tetap sering
dianjurkan bagi perempuan yang mengalami banyak kalsifikasi.
DCIS
juga lebih banyak terdeteksi pada perempuan berusia muda dibandingkan
yang berusia lanjut. Menurut sebuah analisis data kanker payudara yang
dikumpulkan oleh National Cancer Institute dan diterbitkan di
JAMA pada tahun 1996, “Perempuan yang tidak terdeteksi benjolan di
payudaranya dengan tangan, melainkan dengan mamografi, 43 persen
terdeteksi kanker payudara pada sampel perempuan berusia antara 40
hingga 49 tahun, dan 92 persen terdeteksi DCIS, terdapat pada perempuan
berusia 30 hingga 39 tahun pada 1985 sampai 1995.”
Pada akhimya,
Anda harus memilih secara teliti pengobatan untuk DCIS. Pengobatan
tersebut haruslah didasari analisis menyeluruh terhadap tingkat
keparahannya, dan dapat dilakukan dengan biopsi. Bagi DCIS tingkat
rendah serta memiliki sel-sel kecil dan tidak memiliki nekrosis
(jaringan yang hampir atau sudah mati), kecil ada kemungkinan menjadi
ganas, bila Anda memperbaiki ketidakseimbangan yang menjadi biang keladi
rnasalah ini. Di pihak lain, jenis-jenis DCIS lebih agresif, memiliki
tingkat unsur yang tinggi, bersel besar, dan memiliki nekrosis jenis
komedo, potensinya untuk menjadi ganas lebih besar, dan Anda harus
meminta agar DCIS tersebut diangkat. Jenis- jenis analisis ini hanya
dapat dilakukan bersama ahli kesehatan atau ahli kanker yang Anda
percaya. Dan sebaiknya, Anda juga mencari pendapat pihak lain.
Apa yang Menyebabkan DCIS?
Kami
percaya bahwa kekacauan metabolisme menjadi biang keladi perubahan
dalam sel serta kaisifikasi menyebabkan DCIS, kemungkinan besar
merupakan dominasi estrogen dan kekurangan progesteron, dan kami percaya
jika keadaan bisa kembali diseimbangkan maka sel-sel pun akan kembali
normal. Kalsifikasinya sering kali bersifat permanen, namun itu bukanlah
penyakitnya, melainkan akibat dari ketidakseimbangan di masa lalu.
Apabila
Iuka-luka akibat DCIS ternyata masih ringan, kami menyarankan untuk
menggunakan krim progesteron, setelah mengikuti gaya hidup yang bisa
menyeimbangkan hormon seperti yang digambarkan secara gans besar dalam What Your Doctor May Not Tell You About Menopause, dan mengawasi kondisi payudara dengan menggunakan mamogram (atau jenis tes diagnosis lain yang Iebih baru sepeiti ultrasound)
kira-kira tiap enam bulan sekali selama beberapa tahun ke depan. Bila
tidak ada perubahan, maka masuk akal bila penggunaan progesteron
dilanjutkan. Bila terdapat perubahan yang menandakan Iuka lebih banyak
lagi, maka mungkin sudah waktunya untuk mempertimbangkan mengenai
operasi. Secara optimal, perempuan wajib berpartisipasi dalam keputusan
menyangkut pengobatan dan mengetahui sebanyak mungkin sifat-sifat
penyakit yang mereka derita. Sekali lagi, penting bagi Anda untuk
berkonsultasi dengan ahli kesehatan yang Anda percaya.
0 Response to "Sifat Dasar Kanker"
Posting Komentar