Mengapa Semuanya Menunjuk pada Estrogen?
Konvensional
tidak menyukai pembicaraan mengenai pencegahan bila menyangkut masalah
kanker payudara, namun sangat bersemangat bila berbicara tentang
faktor-faktor berisiko. Penting untuk mengetahui apa fatktor berisiko
bagi Anda dan bagaimana menyesuaikannya dengan kondisi Anda, baik untuk
mencegah ataupun untuk mengobati kanker payudara. Contohnya, bila dokter
bersikeras agar Anda meminum tamoxifen untuk mencegah kanker payudara,
karena Anda berisiko tinggi terkena kanker payudara, maka Anda sudah
mengetahui apa arti perkataannya tersebut.
Faktor berisiko adalah
sesuatu yang secara statistik berkorelasi dengan terjadinya penyakit,
namun tidak harus menjadi penyebab langsung atau satu-satunya.
Faktor-faktor berisiko kanker payudara yang diketahui, telah dijabarkan
secara cukup baik oleh para peneliti saat ini. Namun dalam
pembatasan-pembatasan ketat, tentang apa yang diaanggap pengobatan
konvensional sebagai faktor berisiko, hanya 25 sampai 30 persen
perempuan yang menderita kanker payudara memiliki faktor berisiko kanker
payudara tersebut. Angka ini kemungkinan telah naik cukup tinggi dalam
setahun terakhir ini, karena lebih banyak penelitian yang membuktikan
bahwa HRT dan penggunaan alat kontrasepsi oral di usia muda,
meningkatkan risiko kanker payudara. Bila paparan terhadap xenohormon
serta bahan-bahan kimia beracun dimasukkan dalam daftar resmi faktor
berisiko kanker payudara, angka risiko terkena kanker payudara akan
menjadi lebih tinggi lagi.
Seperti yang akan segera Anda pahami,
hampir seluruh faktor berisiko kanker payudara memiliki hubungan
langsung maupun tak langsung dengan estrogen ekses (yang tak terpakai
dan tersisa dalam tubuh), ataupun estrogen yang tak diimbangi dengan
progesteron. Kami percaya bahwa memperbaiki ketidakseimbangan ini, yang
disebut Dr. Lee dengan dominasi estrogen, merupakan inti pencegahan dan
pengobatan kanker payudara.
Faktor-faktor berisiko dikalkulasi
oleh para epidemiolog, atau ilmuwan yang mempelajari penyakit atau Wabah
yang berkembang dalam masyarakat. Informasi statistik mereka tidak
sempurna. Namun, bila lebih dari satu penelitian menunjukkan
kecendrungan yang sama, maka informasi tersebut cukup bisa dipercaya.
Salah satu cara mencegah kanker payudara, dan timbulnya kembali kanker
payudara, adalah dengan cara menurunkan faktor-faktor berisiko Anda.
Terdapat
banyak mitos-kami menggunakan kata itu-mengenai faktor-faktor berisiko
kanker payudara. Setiap bulan sepertinya muncul banyak mitos baru.
Banyak mitos diciptakan dengan menggunakan data yang telah diutak-atik
oleh perusahaan yang diuntungkan oleh informasi tersebut. Contohnya,
jumlah perempuan Jepang yang terkena kanker payudara lebih sedikit
dibanding perempuan Amerika, dan industi kanker payudara menggunakan
statistik ini untuk mengklaim bahwa alasannya karena orang Jepang
mengonsumsi banyak kacang kedelai.
Namun, tidak terdapat bukti epidemologis untuk mendukung klaim tentang kasus kanker payudara tersebut. Ini hanyalah sebuah tebakan epidemologis. Namun bukti sebenarnya adalah perempuan Jepang memiliki kecenderungan genetis dalam pemrosesan hormon berbeda dengan perempuan Kaukasia. Dan ini mungkin di penyebab perbedaan angka kanker payudara. Kebenaran lainnya adalah saat perempuan Jepang pindah ke Amerika Serikat, jumlah penderita kanker payudara di antara cucu-cucu perempuan mereka setingkat dengan perempuan Amerika.
Apakah ini membuktikan hubungan dari segi pola makan? Mungkin, tapi belum pasti. Bila ini berdasarkan pola makan, akan lebih mungkin berperan adalah pengonsumsian daging yang terkontaminasi hormon, bukan karena memakan lebih sedikit kacang kedelai. Bila hubungan tersebut bukan berdasarkan pola makan, kemungkinan lain adalah karena polusi akibat xenohormon di Amerika jauh lebih tinggi dibanding di Jepang. Atau karena saat perempuan Jepang tiba di Amerika, mereka menggunakan alat kontrasepsi oral dan HRT dalam jumlah yang lebih besar dibanding di Jepang. Atau karena tingkat stres lebih tinggi di Amerika. Dengan kata lain, terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan risiko kanker payudara.
Namun, tidak terdapat bukti epidemologis untuk mendukung klaim tentang kasus kanker payudara tersebut. Ini hanyalah sebuah tebakan epidemologis. Namun bukti sebenarnya adalah perempuan Jepang memiliki kecenderungan genetis dalam pemrosesan hormon berbeda dengan perempuan Kaukasia. Dan ini mungkin di penyebab perbedaan angka kanker payudara. Kebenaran lainnya adalah saat perempuan Jepang pindah ke Amerika Serikat, jumlah penderita kanker payudara di antara cucu-cucu perempuan mereka setingkat dengan perempuan Amerika.
Apakah ini membuktikan hubungan dari segi pola makan? Mungkin, tapi belum pasti. Bila ini berdasarkan pola makan, akan lebih mungkin berperan adalah pengonsumsian daging yang terkontaminasi hormon, bukan karena memakan lebih sedikit kacang kedelai. Bila hubungan tersebut bukan berdasarkan pola makan, kemungkinan lain adalah karena polusi akibat xenohormon di Amerika jauh lebih tinggi dibanding di Jepang. Atau karena saat perempuan Jepang tiba di Amerika, mereka menggunakan alat kontrasepsi oral dan HRT dalam jumlah yang lebih besar dibanding di Jepang. Atau karena tingkat stres lebih tinggi di Amerika. Dengan kata lain, terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan risiko kanker payudara.
Pemikiran yang marak saat ini adalah
peningkatan pasien kanker payudara dan penyakit-penyakit kronis yang
amat sering terjadi di Amerika Serikat di kalangan imigran Jepang,
tercipta karena mereka mengonsumsi lebih banyak kalori, dan kalori itu
didapat dari makanan setengah jadi, yang kaya akan lemak palsu (asam
trans-fat-sejenis lemak tak jenuh-seperti minyak yang sebagian
terhidrogenasi), karbohidrat, serta gula.
Pernah dilaporkan bahwa
pengonsumsian lemak yang lebih tinggi beresiko besar menimbulkan kanker
payudara, namun penelitian-penelitian terkait kanker payudara yang Iebih
besar, lebih baik, dan lebih obyektif menunjukkan bahwa korelasi ini
tidaklah akurat. Karena menganggap lemak sebagai penjahat sudah
dipandang sebagai tindakan yang pantas dari segi nutrisi dan politik
sejak tahun 1970, maka ini segera menjadi faktor umum, meskipun buktinya
sedikit. Kemudian ditemukan lagi bahwa faktor berisiko terkena kanker
payudara adalah akibat pengonsumsian kalori lebih banyak. Intinya, kita
harus amat berhati-hati dalam mempercayai generalisasi atas
faktor-faktor yang berisiko terkena kanker payudara.
Banyak faktor dalam kanker payudara mengarah pada estrogen. Saat Anda selesai membaca artikel ini, tiapfaktor penyebab kanker payudara ini akan menjadi masuk akal bagi Anda.
Kebanyakan
informasi mengenai faktor berisiko terkena kanker payudara berasal dari
data yang dikumpulkan dari pengidap kanker payudara. Data ini disebut
data retrospektif, atau data yang melihat kembali ke sejarah hidup
seorang perempuan. Data-data tentang kanker payudara seperti ini telah
memberikan infomasi berharga mengenai apa yang melindungi perempuan dari
kanker payudara, seperti kehamilan di usia muda dan menstruasi pertama
yang terlambat. Lalu apa yang meningkatkan risiko terkena kanker
payudara, seperti menstruasi di usia muda serta tidak memiliki
keturunan. Kita akan rnembahas ini lebih dalam.
Faktor-faktor Berisiko untuk Kanker Payudara yang Telah Diketahui
Usia
Perempuan
berusia pertengahan 30 tahun sampai pertengahan 40 tahun memiliki
risiko terkena kanker payudara dengan peningkatan teitinggi. Dengan kata
lain, Anda berisiko besar terkena kanker payudara pada usia tersebut.
Usia paling umum terdeteksinya tahap-tahap pertama kanker payudara
adalah lima tahun atau lebih sebelum menopause. keadaan ini sebelum
penunruan tingkat estrogen, namun bersinggungan dengan penurunan
progesteron serta masalah-masalah dominasi estrogen terkait.
Setelah
menopause, tingkat kenaikan dalam risiko terkena kanker payudara
biasanya turun secara drastis. Artinya, meskipun kemungkinan terkena
kanker payudara lebih tinggi pada perempuan usia 80 tahun-karena semakin
lama Anda hidup, semakin tinggi kemungkinan terkena kanker
payudara-kebanyakan penderita kanker payudara perempuan berusia paruh
baya. Hal ini kita sebut dengan perempuan pramenopause, dan mereka
biasanya berusia sekitar pertengahan usia 30-an. Mereka mulai mengalami
siklus menstruasi tidak membuat mereka berevulasi, atau tetap berovulasi
namun tidak menghasilkan jumlah hormon progesteron yang mencukupi.
Mereka menghasilkan hormon estrogen dan mengalami pendarahan tiap bulan, namun mereka tidak “membuang sel telur” dan menghasilkan pro gesteron, atau karena mereka tidak sanggup menghasilkan progesteron dengan jumlah yang cukup, maka hormon estrogen pun tidak bisa ditangkal. Para perempuan dalam kelompok usia ini biasanya sulit hamil, dan mereka sering kali harus mengalami operasi pengangkatan rahim dikarenakan adanya firoid (tumor jaringan dan biasanya terdapat di dinding rahim) dan pendarahan hebat saat menstruasi. Estrogen tanpa progesteron adalah awal dari banyak jenis kanker reproduktif-bukan hanya kanker payudara. Apa yang dikatakan estrogen pada sel-sel organ reproduktif adalah “Ayo, ayo, tumbuhlah terus!" Sedangkan progesteron melawan rangsangan estrogen, dengan cara mendorong sel-sel agar menjadi dewasa (berdiferensiasi) dan mati pada waktunya (apoptosis), sehingga dapat digantikan oleh sel-sel baru secara terus-menerus berkembang.
Mereka menghasilkan hormon estrogen dan mengalami pendarahan tiap bulan, namun mereka tidak “membuang sel telur” dan menghasilkan pro gesteron, atau karena mereka tidak sanggup menghasilkan progesteron dengan jumlah yang cukup, maka hormon estrogen pun tidak bisa ditangkal. Para perempuan dalam kelompok usia ini biasanya sulit hamil, dan mereka sering kali harus mengalami operasi pengangkatan rahim dikarenakan adanya firoid (tumor jaringan dan biasanya terdapat di dinding rahim) dan pendarahan hebat saat menstruasi. Estrogen tanpa progesteron adalah awal dari banyak jenis kanker reproduktif-bukan hanya kanker payudara. Apa yang dikatakan estrogen pada sel-sel organ reproduktif adalah “Ayo, ayo, tumbuhlah terus!" Sedangkan progesteron melawan rangsangan estrogen, dengan cara mendorong sel-sel agar menjadi dewasa (berdiferensiasi) dan mati pada waktunya (apoptosis), sehingga dapat digantikan oleh sel-sel baru secara terus-menerus berkembang.
Bagi perempuan yang jaringan sel
payudaranya telah dirusak oleh sesuatu-contohnya akibat radiasi atau
bahan kimia beracun-rangsangan yang berlebihan ibarat mengundang
jaringan tersebut untuk berkembang jadi penyakit. Anggap saja ada
sejumlah kecil sel DNA-nya telah rusak oleh radiasi, dan kerusakan ini
telah luput dari sistem-sistem pendeteksi dalam tuhuh dalam keadaan
normal akan memperbaiki kerusakan tersebut. Namun jaringan rusak
tersebut tetap dijinakkan oleh sistem kekebalan yang muda dan sehat,
serta sejumlah progesteron yang dihasilkan oleh ovanum.
Bila progesteron tersebut tiba-tiba hilang selama beberapa bulan (dengan cara tidak berovulasi, tidak seperti perempuan pramenopause) dan sel-sel tadi bertemu dengan estrogen yang tak memiliki lawan, maka sel-sel tersebut (bersama dengan sel-sel payudara yang masih normal) akan mendapat sinyal-sinyal kuat untuk tumbuh dan berkembang biak, hingga sel-sel cacat secara genetis timbul. Bila sel-sel tidak normal tadi telah memprogram ulang informasi genetis mereka agar dapat bertahan hidup dan tumbuh secara tak teratur, maka lambat laun mereka akan membentuk kelompok baru, atau kanker. Bila DNA sel-sel telah rusak, maka sel-sel tersebut akan membawa risiko kanker dan menyusup ke jaringan-jaringan sekitar.
Bila progesteron tersebut tiba-tiba hilang selama beberapa bulan (dengan cara tidak berovulasi, tidak seperti perempuan pramenopause) dan sel-sel tadi bertemu dengan estrogen yang tak memiliki lawan, maka sel-sel tersebut (bersama dengan sel-sel payudara yang masih normal) akan mendapat sinyal-sinyal kuat untuk tumbuh dan berkembang biak, hingga sel-sel cacat secara genetis timbul. Bila sel-sel tidak normal tadi telah memprogram ulang informasi genetis mereka agar dapat bertahan hidup dan tumbuh secara tak teratur, maka lambat laun mereka akan membentuk kelompok baru, atau kanker. Bila DNA sel-sel telah rusak, maka sel-sel tersebut akan membawa risiko kanker dan menyusup ke jaringan-jaringan sekitar.
Usia lanjut adalah faktor berisiko terkena kanker
payudara. Karena seiring dengan pertambahan usia, sistem-sistem
kekebalan tubuh akan menurun dan menjadi semakin tidak efektif.
Dikarenakan juga karena mutasi-mutasi gen akan berlipat ganda seiring
perjalanan Waktu. Lemak dalam jaringan payudara dapat bertambah
berbahaya pada saat usia 60 tahun dibanding usia 20 tahun, karena pada
usia tersebut telah banyak akmulasi racun yang terkumpul di dalam
jaringan-jaringan lemak payudara.
Namun, di beberapa negara,
risiko terkena kanker payudara setelah menopause amatlah rendah. Ini
mungkin akibat paparan terhadap estrogen serta HRT dari lingkungan lebih
sedikit; mungkin juga akibat pola makan, atau akibat kadar berolahraga
yang lebih banyak. Faktor-faktor berisiko kanker payudara memberi tahu
kita bahwa semua hal memiliki peranan.
Geografi, Ras, dan Genetika
Jumlah
perempuan terkena kanker payudara di negara non-industri atau kurang
industri, lebih sedikit dibanding perempuan yang tinggal di negara
industri. Dr. Peter Ellison dari Harvard, sebagai penulis On Fertile Ground
(Harvard University Press, 2001), mendokumentasikan tingkat-tigkat
hormon lebih tinggi pada perempuan di negara industri. Dr. Peter Ellison
yakin bahwa ada alasan yang menyebabkan peningkatan kadar hormon di
negara industri, yang mengakibatkan peningkatkan risiko terkena kanker
payudara. la percaya bahwa tingkat hormon bertambah bisa saja disebabkan
pengonsumsian kalori secara berlebihan serta penggunaan energi fisik
yang lebih sedikit pada perempuan di negara industri (banyak junk food
dan lebih sedikit olahraga).
Apa pun sebab terjadinya kanker tersebut, kenyataannya adalah tingkat hormon yang tinggi berkolerasi terhadap peningkatan angka penderita kanker payudara. Meskipun tingkat progesteron lebih tinggi pada perempuan yang berada di negara industri, penelitian-penelitian yang dilakukan di Prancis menunjukkan bahwa perempuan yang terkena kanker payudara memiliki tingkat progesteron lebih rendah pada fase luteal, atau pada penengahan siklus menstruasi. Pada saat bersamaan, tingkat estrogen mereka tinggi, dan lagi-lagi kita menemukan pengaruh buruk dari dominasi estrogen.
Apa pun sebab terjadinya kanker tersebut, kenyataannya adalah tingkat hormon yang tinggi berkolerasi terhadap peningkatan angka penderita kanker payudara. Meskipun tingkat progesteron lebih tinggi pada perempuan yang berada di negara industri, penelitian-penelitian yang dilakukan di Prancis menunjukkan bahwa perempuan yang terkena kanker payudara memiliki tingkat progesteron lebih rendah pada fase luteal, atau pada penengahan siklus menstruasi. Pada saat bersamaan, tingkat estrogen mereka tinggi, dan lagi-lagi kita menemukan pengaruh buruk dari dominasi estrogen.
Jumlah kasus
kanker payudara amat bervariasi di tiap negara. Pada beberapa kasus
sulit untuk menetapkan apakah perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan
oleh faktor geografi, budaya, genetika, atau pola makan. Ras-ras berbeda
diketahui memiliki cara berbeda juga antara satu sama lain dalam
memproses obat kanker payudara melalui resep dokter, dan belakangan
diketahui bahwa ras-ras tersebut memproses hormon dengan cara
masing-masing pula.
Secara umum, ras Asia, baik negara industri ataupun tidak, memiliki tingkat jumlah kanker payudara lebih sedikit dibanding jumlah kanker payudara di Eropa atau jumlah kanker payudara di Amerika Utara. Bahkan mencapai lima kali lebih kecil. Namun, seperti yang telah kami katakan tadi, jumlah kasus kanker payudara pada perempuan-perempuan Asia yang pindah ke Amerika Utara, jumlah kanker payudara meningkat hingga menjadi setara dengan penduduk Amerika Utara dalam rentang waktu dua generasi, hingga menunjukkan bahwa apa pun yang teirjadi di lingkungan Amerika Utara mengalahkan perlindungan apa pun yang diberikan oleh gen.
Secara umum, ras Asia, baik negara industri ataupun tidak, memiliki tingkat jumlah kanker payudara lebih sedikit dibanding jumlah kanker payudara di Eropa atau jumlah kanker payudara di Amerika Utara. Bahkan mencapai lima kali lebih kecil. Namun, seperti yang telah kami katakan tadi, jumlah kasus kanker payudara pada perempuan-perempuan Asia yang pindah ke Amerika Utara, jumlah kanker payudara meningkat hingga menjadi setara dengan penduduk Amerika Utara dalam rentang waktu dua generasi, hingga menunjukkan bahwa apa pun yang teirjadi di lingkungan Amerika Utara mengalahkan perlindungan apa pun yang diberikan oleh gen.
Fakta bahwa angka kematian akibat kanker payudara hanya
sebesar 3,4 per 100.000 perempuan di Gambia dan 20 per 100.000 mungkin
diakibatkan genetika ras penduduknya, atau pola makan, kebudayaan,
bahkan air di wilayah tersebut! Perbedaan-perbedaan tersebut akan lebih
sulit lagi dilakukan saat membandingkan negara dengan jumlah kanker
payudara tertentu, seperti Polandia, yang memiliki angka kematian akibat
kanker payudara 38,7, dengan Belanda, yang memiliki angka kematian
akibat kanker payudara 72,7 per 100.000. Perempuan kulit putih di
Amerika Serikat memiliki angka kematian akibat kanker payudara teninggi
di jagat raya ini-892122 per 100.000 perempuan.
Israel sempat
menjadi salah satu negara dengan angka kematian teninggi akibat kanker
payudara. Namun, selang beberapa tahun setelah melarang penggunaan tiga
pestisida organochlorine (DDT, BHCae dan Iindane) pada awal tahun
1970-an, angka kematian akibat kanker payudara turun sebanyak 8 persen,
sementara di negara-negara lain justru sedang meningkat terkait kematian
akibat kanker payudara. Kita akan membahas pestisida dan racun-racun lingkungan lain yang dapat menyebabkan kanker payudara di artikel kanker payudara selanjutnya nanti.
Geografi
memang merupakan salah satu faktor berisiko terkena kanker payudara
apabila Anda tinggal di daerah dengan polusi limbah industri. Menurut
penelitian Agen Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency-EPA)
pada tahun 1989, angka kasus kanker payudara paling tinggi terdapat di
daerah-daerah Amerika Serikat dengan tempat pembuangan limbah berbahaya,
serta air tanahnya telah terkontaminasi.
Hanya sekitar 10 persen
kanker payudara di beberapa negara industri di Barat disebabkan oleh
mutasi genetis yang bersifat keturunan. Jenis kanker payudara bersifat
keturunan disebabkan mutasi dalam gen-gen yang disebut gen-gen BRCA.
Mutasi-mutasi cenderung diturunkan dari pihak ayah maupun ibu (yang
mengidap penyakit kanker payudara tersebut maupun tidak), dan paling
sering ditemukan pada perempuan keturunan Yahudi Ashkenazi dan perempuan
di Islandia.
Pada umumnya, perempuan kecenderungan genetis
terkena kanker payudara akan mengidap penyakit tersebut sebelum usia 50
tahun. Mereka yang memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara
sebelum usia 65 tahun, memiliki risiko dua kali Iipat terkena kanker
payudara. Semakin muda anggota keluarga mereka saat terkena kanker
payudara, maka semakin besar kemungkinan penyakit kanker payudara
tersebut bersifat keturunan. Apabila dua anggota keluarga terkena kanker
payudara, risiko terkena penyakit kanker payudara tersebut menjadi
ernpat sampai enam kali lipat lebih tinggi terkena kanker payudara.
Kehamilan
Perempuan
hamil sebelum berusia 24 tahun memiliki risiko terkena kanker payudara
lima kali lipat lebih kecil, dibandingkan perempuan memiliki anak
setelah usia 30 tahun. Ini mungkin diakibatkan hormon kehamilan dan
menyusui berkembang dan rnelakukan diferensiasi terhadap jaringan sel
payudara dengan cara-cara yang amat protektif. Peneliti Jose Russo,
M.D., dari Fox Chase Cancer Center di Philndelnhia percaya bahwa human chorionic gonadotropin
(hCG) adalah zat yang mengirimkan sinyal-sinyal genetis yang amat
spesifik kepada jaringan-jaringan sel payudara dan selanjutnya akan
memberikan proteksi. Zat hCG dalam keadaan normal adalah zat pertama
yang dikeluarkan tubuh seorang perempuan saat bereaksi terhadap konsepsi
(pembentukan), dan hormon tersebut merangsang pembentukan lebih banyak
progesteron oleh corpus luteum, (Kita akan membahas tentang hal ini lebih lanjut nanti.)
Progesteron
adalah hormon yang dominan selama masa kehamilan. Hanya masa-masa awal
kehamilan penuh pertamalah akan memberikan perlindungan. Kehamilan yang
terganggu (keguguran dan aborsi) tidak memberikan proteksi terkena
kanker payudara, dan penelitian saat ini mengurnpulkan bukti bahwa
kehamilan seperti itu justru dapat meningkatkan risiko terkena kanker
payudara. Disebabkan jaringannya mulai berdiferensiasi, kemudian
dihentikan di tengah jalan.
Perempuan yang tidak pernah melahirkan
memiliki risiko terkena kanker payudara lebih tinggi dibandingkan yang
telah memiliki satu atau dua anak. Ini lagi-lagi mungkin disebabkan
diferensiasi jaringan payudara yang terjadi saat masa kehamilan dan
menyusui.
Pengangkatan Ovarium
Ovarium
seorang perempuan adalah sumber penghasil hormon utama (termasuk di
dalamnya estrogen, progesteron, testosteron). Pengangkatan Ovarium
adalah “menopause instan” dan akan mengakibatkan penurunan hormon
drastis dalam Waktu singkat. Ini akan menurunkan tingkat hormon serta
risiko terkena kanker payudara terkait dengan hormon tersebut, namun di
lain pihak juga membuat perempuan rawan terkena masalah-masalah
kesehatan serius, seperti penyakit jantung dan osteoporosis. Perempuan
yang telah menjalani oophorektorni (pengangkatan dua ovarium) sebelum
usia 40 tahun risiko kanker payudaranya akan menurun secara signifikan,
mungkin karena tingkat estradiol (sejenis estrogen) menurun secara
signitikan. Namun, efek-efek protektif oopheroktomi di usia muda
dinegasikan oleh pemberian estrogen dengan atau tanpa progestin
(progesteron sintetis). Perempuan yang mengalami pengangkatan ovarium
sebelum usia 40 tahun memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena
penyakit jantung, arthritis, dan osteoporosis, oleh karena itu metode
ini sebaiknya tidak dianggap sebagai tindakan preventif yang masuk akal
untuk kanker payudara.
Radiasi
Radiasi
adalah salah satu faktor berisiko terkena kanker payudara dan berperan
tinggi terkena kanker payudara, serta efeknya kumulatif. Artinya,
kerusakan yang diakibatkan pada payudara tak akan hilang seiring waktu.
Setiap dosis radiasi pada payudara menambah jumlah kerusakan yang sudah
ada.
Kebanyakan perempuan di Amerika Serikat teradiasi karena
penggunaan sinar-X. Seperti yang telah disebutkan di artikel sebelumnya,
perempuan yang pernah menderita skoliosis dan menggunakan banyak
sinar-X pada masa kanak-kanak dan remaja, memiliki risiko terkena kanker
payudara sebanyak 70 persen lebih besar. Makin sering perempuan
mendapat sinar-X dan makin tinggi dosis radiasinya, maka makin tinggi
pula risikonya terkena kanker payudara. Kerusakan akibat radiasi paling
besar terdapat pada anak dan remaja dengan jaringan payudara yang belum
berkembang. Anak-anak jika terkena radiasi saat pengeboman Hiroshima
pada Perang Dunia II memiliki risiko terkena kanker payudara dua kali
lebih besar.
Payudara Terasa Sakit dan Memiliki Benjolan
Ini
adalah area kontroversial dalam penelitian tentang faktor-faktor yang
berisiko terkena kanker payudara. Disebabkan juga tidak banyak kesamaan
pendapat di antara sekian banyak penelitian tentang kanker payudara.
Jelas bahwa perempuan yang memiliki laporan biopsi “epithelial hyperplasia akut” (hyperplasia
aitinya sel- sel tubuh membelah diri dengan amat cepat, dan ini adalah
salah satu tanda bahwa perubahan pembentukan kanker tengah berlangsung)
memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara, maka ini harus dipandang
sebagai kondisi pra kanker. Peremuan kondisi ini harus
diinterpretasikan sebagai sesuatu yang amat serius, yang menyatakan
keabnormalan metabolisme (kemungkinan besar dominasi estrogen). Jika
sudah mencapai tahap ini dan tidak diperbaiki akan penyebab kanker.
Namun,
risiko terkena kanker tersebut tidak selalu sejelas itu. Contohnya pada
perempuan yang payudaranya terasa sakit dan berbenjol-benjol saat akan
mengalami menstruasi, serta bagi perempuan dengan tanda pembengkakan
ringan dan berat, disebut penyakit fibrosis (di sini menggunakan kata
“penyakit” namun pada hakikatnya itu bukanlah sebuah penyakit). Jelaslah
bahwa jika payudara terasa sakit dan memiliki benjolan-benjolan, pada
dasarnya disebabkan dominasi estrogen dan dapat ditanggulangi dengan
menggunakan progesteron transdermal alami (bukan progestin sintetik yang
sering kali membuat keadaan bertambah parah). Bangsa Prancis menyadari
pada pertengahan tahun 1970-an bahwa pemakaian progesteron secara
langsung di payudara membantu menyelesaikan masalah-masalah yang
berkaitan dengan fibrosis. Tiap minggu Dr. Lee menerima surat dari
pasien dan mengatakan bahwa mereka amat berterima kasih karena payudara
mereka menjadi mulus dan bebas rasa sakit setelah satu sampai tiga
siklus pemakaian krim progesteron. Ini juga salah satu laporan paling
konsisten yang kami terima dari dokter-dokter pribadi dengan meresepkan
krim progesteron dalam praktik mereka. Fakta yang telah diakui adalah
bahwa perempuan pascamenopause yang menggunakan HRT konvensional
(seperti Premarin dan Provera, sejenis progestin) memiliki jaringan
payudara yang lebih rapat, hingga makin menyulitkan dalam deteksi
keabnormalan saat dilakukan mamogram.
Kami percaya bahwa dominasi
estrogen adalah salah satu faktor berisiko terkena kanker payudara dan
belum dikenali, serta dalam konteks ini masuk akal jika payudara yang
terasa sakit dan memiliki benjolan-benjolan kronis juga menjadi faktor
berisiko terkena kanker. Kabar baiknya, ketidakseimbangan sebagai
penyebab dimana dominasi estrogen ternyata cukup mudah untuk diperbaiki
dengan menggunakan krim progesteron dalam jumlah kecil, dan akan meniru
apa yang akan diproduksi oleh tubuh saat melakukan ovulasi. (Lihat Bab
13 untuk riinciannya.)
Alat-alat Kontrasepsi Oral yang Diberikan pada Remaja
Penggunaan
alat kontrasepsi oral (baik pil maupun suntik) oleh remaja saat ini
telah menjadi salah satu faktor berisiko kuat terkena kanker payudara.
Makin muda pengonsumsian alat KB tersebut, maka makin tinggi risikonya
terkena kanker payudara. Umumnya, perempuan di bawah 18 tahun yang
menggunakan alat kontrasepsi oral akan meningkatkan risiko tiga kali
lipat terkena kanker payudara. Makin muda seorang perempuan menggunakan
alat kontrasepsi oral, makin tinggi risikonya terkena kanker payudara.
Lagi-lagi, ini mungkin diakibatkan oleh kandungan progestin (progesteron
sintetis) dalam pil atau suntikan pengatur kelahiran, pastinya akan
menghambat tindakan-tindakan oprogesteron asli yang bermanfaat, juga
menghambat ovulasi, yang akhirnya menghambat produksi hormon perempuan
itu sendiri.
Bagi perempuan dengan usia lebih dari 20 tahun,
penggunaan alat kontrasepsi oral jangka panjang, dan untuk sepuluh tahun
sesudahnya, memberikan risiko terkena kanker payudara sedikit lebih
tinggi. Namun, bagi perempuan berusia 30 tahun ke atas, pil pengatur
kelahiran yang berasal dari testosteron, seperti norgestrel, malah
justru memberikan sejenis perlindungan terhadap kanker payudara. Mungkin
ini karena testosteron adalah musuh estrogen, ditambah dengan kenyataan
bahwa pil pengatur kesuburan menciptakan kondisi hormonal lebih rendah
secara keseluruhan.
Terapi Penggantian Hormon Konvensional (Hormone Replacement Therapy-HRT )
Selama
bertahun-tahun, obat-obatan konvensional seolah menutup mata terhadap
potensi HRT untuk menyebabkan kanker payudara. Hampir seluruh perempuan
berusia 50 tahun ke atas yang mendatangi doktemya akan diperintahkan
untuk mengonsumsi estrogen, atau mengonsumsi estrogen dan progestin bila
memiliki uterus. Perintah-perintah ini biasanya diberikan tanpa
terlebih dahulu mengukur tingkat-tingkat hormon perempuan tersebut untuk
melihat apakah HRT memang betul-betul diperlukan, dan tanpa
memerhatikan gejala-gejala lain. Perempuan dengan keluhan tentang
efek-efek samping yang umum dirasakan, seperti kenaikan berat badan,
insonmia, cemas, dan depresi, akan diberikan obat-obat antidepresi,
anti-kecemasan, dan obat tidur.
Berkat penelitian-penelitian besar
baru-baru ini, yang jelas-jelas menunjukkan HRT konvensional tidaklah
melindungi seseorang dari penyakit jantung. Malah meningkatkan risiko
terkena kanker payudara, sehingga para dokter saat ini lebih
berhati-hati dalam memberikannya.
Hampir seluruh dokter keluarga
dan ginekolog di Amerika Serikat peduli dengan pasien mereka akan
menegaskan bahwa konsumsi HRT konvensional dalam dosis tinggi, dan akan
mengakibatkan benjolan di payudara mereka dan/atau kanker payudara. Kami
telah menerima ratusan surat dan e-mail dengan cerita sama, dan telah
mengonfirmasinya dengan sejumlah dokter. Efek ini mungkin diakibatkan
baik oleh dosis estrogen berlebih setelah diberikan pada perempuan
menopause, maupun oleh efek-efek beracun progestin terhadap jaringan
organ payudara.
Kanker payudara tidaklah menyebar dengan bentuk
melingkar secara lama-kelamaan bertambah besar; melainkan dengan cara
menyebarkan cabang-cabang ke jaringan di sekitarnya, dan rongga yang
akan timbul pun lama-lama akan penuh, hingga menciptakan benjolan lebih
besar lagi. Mungkin saja pemberian dosis estrogen berlebih menyebabkan
pengisian rongga lebih cepat bagi tumor-tumor berukuran kecil, hingga
memberikan kesan bahwa sebuah benjolan tiba-tiba muncul begitu saja.
Pola Makan
Dalam
penelitian tentang kanker payudara, ini merupakan area yang
kontroversial dan samar. Di negara yang penduduknya mengonsumsi lebih
banyak lemak, angka kanker payudara lebih tinggi, namun ini belum tentu
merupakan korelasi yang bersifat langsung. Pemikiran berkembang ini
diakibatkan pemasukan kalori yang lebih besar: lebih banyak kalori =
Jumlah radikal bebas dalam tubuh makin besar = kerusakan pada jaringan
lebih berat = risiko kanker lebih besar.
Meskipun begitu, Anda
perlu memerhatikan jenis lemak yang dikonsumsi. Lemak jenuh seperti
minyak jagung yang cepat mengeluarkan bau tengik khususnya, amat
berbahaya. Secara sederhana, ini berarti bahwa lemak yang mudah
teroksidasi memiliki potensi membahayakan, karena jenis lemak tersebut
lebih mudah menciptakan radikal bebas. Sebuah penelitian di Italia, di
mana kebanyakan penduduknya mengonsumsi minyak zaitun tunggal tak jenuh (monounsaturated),
menemukan bahwa bukan lemak, namun karbohidratlah, yang memiliki risiko
lebih besar terkena kanker. Ini mungkin disebabkan efek-efek
karbohidrat sederhana atau olahan (refined carbohydrates)
terhadap insulin serta resistensi insulin. Insulin adalah faktor
pertumbuhan, dan kita akan membahas mengenai hubungannya dengan kanker
payudara di artikel selanjutnya.
Korelasi yang lemah antara
pemasukan lemak dan kanker payudara, yang ditemukan di beberapa
penelitian, menyimpulkan bahwa hormon dan pestisida yang ditemukan dalam
lemak daging dapat menyebabkan angka pertumbuhan penderita kanker
payudara menjadi lebih besar, dan bukan lemaknya itu sendiri. Sayangnya,
penelitian-penelitian tentang pola makan belum membuat perbedaan benar
mengenai jenis-jenis lemak yang dapat dikonsumsi, berbeda halnya dengan
lemak tak jenuh. Penelitian-penelitian berbasis di Yunani, Italia, dan
Spanyol, menunjukkan bahwa perempuan setelah mengonsumsi minyak zaitun
lebih dan satu kali sehari, memiliki risiko terkena kanker payudara 25
persen lebih rendah. Kami berpendapat bahwa ada kemungkinan besar
pemasukan asam lemak bentuk trans (transfatty acid) dengan
sebutan minyak yang terhidrogenisasi dan terhidrogenisasi sebagian, dan
ditemukan di kebanyakan makanan jadi atau olahan, dapat berperan juga
dalam risiko terkena kanker payudara, dan kita akan membahas topik ini
secara lebih rinci.
Mungkin juga, seperti perkirakan Dr. Peter
Ellison dari Harvard, pemasukan kalori lebih tinggi serta kurangnya
olahraga menciptakan kondisi hormonal lebih tinggi juga, dan kemudian
meningkatkan risiko terkena kanker reproduktif. Untuk alasan yang
mungkin serupa, obesitas dikorelasikan dengan risiko meninggal karena
kanker payudara lebih tinggi. Ini mungkin disebabkan oleh kenyataan
bahwa perempuan bertubuh gemuk cenderung memiliki gaya hidup kurang
sehat. Contohnya, kalori dengan jumlah banyak serta olahraganya sedikit.
Selain itu sel-sel lemak menghasilkan estrogen. Maka semakin banyak
lemak dalam tubuh seorang perempuan, semakin banyak pula estrogen yang
akan dihasilkan, meskipun setelah menopause.
Meskipun ini belum
banyak diteliti secara epidemiologis, namun jelas bahwa pola makan
banyak mengandung gula, karbohidrat sederhana, dan asam trans-lemak,
rnenciptakan banyak ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk dalam hormon
steroid seks dan insulin, berperan dalam masalah kanker payudara.
Dari
banyak penelitian, jelas bahwa secara umum, penduduk negara apa pun,
dari ras apa pun, dan hidup dalam budaya apa pun, akan lebih sehat dan
berisiko kecil terkena kanker jenis apa pun bila mengonsumsi lebih
banyak sayuran, buah segar, serta makanan dengan sifat alami. Beberapa
penelitian telah menunjukkan penurunan risiko terkena kanker sebesar 46
persen bagi perempuan yang memakan banyak sayuran segar. Kami akan
rnenjelaskan lebih lanjut di artikel ini nantinya tentang mengapa
brokoli dan jenis-jenis kol lainnya, memiliki siat-sifat melindungi dari
kanker secara langsung.
Meminum susu dari sapi mendapatkan obat perangsang untuk memproduksi susu, yang dinamakan recombinant bovine growth hormone (rBGH) dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. menurut spesialis risiko kanker Samuel Epstein, M.D., bioteknologi penarik hormon ini meningkatkan kadar insulin, seperti faktor pertumbuhan 1 (insulin-like growth factor-IGF-1) dalam susu sapi. Hampir dipastikan bila di tubuh Anda terlalu banyak IGF-1,
maka keadaan ini dapat berperan mengakibatkan kanker payudara. Intinya,
Anda harus meminum susu (meskipun kami tidak menyarankannya), mungkin
lebih bijaksana bila Anda memilih untuk meminum susu bebas hormon atau
organik.
Sejumlah penelitian saat ini menunjukkan bahwa cara
memasak daging memengaruhi risiko terkena kanker payudara. Dan semua
penelitian yang mengorelasikan pengonsumsian daging merah dan lemak tak
jenuh dengan kanker payudara, mungkin lebih tepat bila dihubungkan
dengan bagaimana cara memasaknya, dibandingkan dengan jenis daging itu
sendiri. Proses memanggang di atas api, menggoreng, atau membakar daging
dengan panas yang berkisar antara 300 sampai 500 Fahrenheit, akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang disebut heterocyclic amines
(HCAS), dan beberapa senyawa tersebut menyerupai... Ya, tepat sekali!
Estrogen. Hikmah yang dapat kita petik dari penjelasan ini adalah
masaklah daging dengan panas lebih rendah, dengan cara memanggang dalam
oven atau merebus.
Alkohol
Perempuan
yang mengonsumsi lebih dari satu gelas alkohol per hari memiliki risiko
terkena kanker payudara yang lebih tinggi. Ini mungkin karena alkohol
memaksa hati untuk bekerja lebih keras, hingga lebih sulit memproses
estrogen agar keluar dari tubuh. Sehingga tubuh pun memiliki tingkat
estrogen jauh lebih tinggi dibanding biasanya, Sebuah penelitian yang
dilakukan di Finlandia menunjukkan bahwa perempuan pengonsumsi alkohol
dan juga rnenggunakan alat kontrasepsi oral memiliki tingkat estradiol
banyak dan tingkat progesteronnya menjadi menurun dan tentunya memiliki
risiko terkena kanker payudara. Perempuan tidak menggunakan alat
kontrasepsi oral maka hanya tingkat progesteron yang akan menurun. Jika
jumlah progesteron menurun akan menempatkan seorang perempuan dalam
risiko dominasi estrogen lebih tinggi. Namun sebelum Anda mengurungkan
niat meminum segelas red wine untuk makan malam, walau
sebenarnya baik untuk jantung dan mungkin untuk menenangkan pikiran
Anda, ingatlah bahwa menurut penelitian yang sama, hanya ada 4 persen
kasus kanker payudara, dan itu kemungkinan Terbanyak, yang berhubungan
dengan alkohol.
Bila Anda senang menikrnati rninuman beralkohol di
malam hari, salah satu cara untuk meringankan kerja hati Anda adalah
dengan cara mengonsumsi alkohol bersama makanan. Meminum alkohol dengan
perut kosong akan meningkatkan stres pada hati secara drastis.
Olahraga
Banyak
penelitian menunjukkan bahwa dengan mencukupi kebutuhan olahraga, maka
dapat menurunkan risiko terkena kanker, termasuk kanker payudara.
Penelitian baru-baru ini dilakukan sebagai bagian dari Harvard Nurse’s Health Study
(Studi Kesehatan Perawat Harvard) yang menganalisis data dari 166.388
perempuan, mendapati bahwa mereka melakukan olahraga yang cukup sebanyak
tujuh jam per minggu atau lebih, risiko terkena kanker payudaranya 20
persen lebih rendah, dibanding perempuan dengan olahraga kurang dari
satu jam per minggu.
Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat
ini berlaku bagi olahraga secara cukup saja. Olahraga amat berat justru
meredam sistem kekebalan tubuh dan sangat meningkatkan proses oksidasi
dalam tubuh. Lama kelamaan hal ini dapat mengakibatkan risiko terkena
kanker payudara lebih besar bagi perempuan.
Meskipun menyuruh perempuan yang baru sembuh dari kanker payudara untuk mendaki gunung tinggi atau lomba lari merupakan kegiatan humas yang baik bagi beberapa perusahaan, namun kami tidak akan menyarankannya; tubuh Anda memerlukan keseimbangan sebanyak-banyaknya agar sembuh dengan sempurna dan melindungi diri sendiri dan kembali ke keadaan seimbang. Sedangkan berlatih mendaki gunung atau berlari maraton mungkin tidak akan membantu tubuh untuk tetap seimbang, malahan sebaliknya, justru akan menimbulkan stres fisik yang luar biasa. Pada Studi Harvard Nurse telah disebutkan di atas menemukan bahwa frekuensi berolahraga lebih penting dibandingkan beratnya olahraga tersebut.
Meskipun menyuruh perempuan yang baru sembuh dari kanker payudara untuk mendaki gunung tinggi atau lomba lari merupakan kegiatan humas yang baik bagi beberapa perusahaan, namun kami tidak akan menyarankannya; tubuh Anda memerlukan keseimbangan sebanyak-banyaknya agar sembuh dengan sempurna dan melindungi diri sendiri dan kembali ke keadaan seimbang. Sedangkan berlatih mendaki gunung atau berlari maraton mungkin tidak akan membantu tubuh untuk tetap seimbang, malahan sebaliknya, justru akan menimbulkan stres fisik yang luar biasa. Pada Studi Harvard Nurse telah disebutkan di atas menemukan bahwa frekuensi berolahraga lebih penting dibandingkan beratnya olahraga tersebut.
Bahaya di Tempat Kerja
Sulit
sekali membuktikan atau bahkan melacak insiden kanker payudara
berdasarkan pekerjaan, karena pemilik perusahaan tidak suka mengaku bila
risiko kanker termasuk kanker payudara di perusahaan mereka melebihi
kadar normal. Meskipun begitu, Swedia mengadakan studi besar-besaran
dengan meneliti lebih dari satu juta perempuan selama lebih dari 20
tahun untuk menetapkan jenis-jenis pekerjaan apa saja yang pekerjanya
paling banyak menderita kanker payudara.
Pekeirjaan-pekerjaan dengan risiko kanker termasuk kanker payudara tinggi antara ahli kesehatan, ahli farmasi, guru, analis sistem komputer dan programmer, operator telepon, operator mesin penyambung telepon di kantor, operator radio dan telegraf, pekerja pembentuk lempengan logam dan pekerja pelapis logam, serta penata rambut dan ahli kecantikan, akan lebih tinggi terkena kanker /kanker payudara . Perempuan tinggal di daerah perkotaan juga memiliki risiko kanker/kanker payudara lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
Pekeirjaan-pekerjaan dengan risiko kanker termasuk kanker payudara tinggi antara ahli kesehatan, ahli farmasi, guru, analis sistem komputer dan programmer, operator telepon, operator mesin penyambung telepon di kantor, operator radio dan telegraf, pekerja pembentuk lempengan logam dan pekerja pelapis logam, serta penata rambut dan ahli kecantikan, akan lebih tinggi terkena kanker /kanker payudara . Perempuan tinggal di daerah perkotaan juga memiliki risiko kanker/kanker payudara lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
Para peneliti Swedia berteori
bahwa risiko meningkat terkena kanker payudara dalam beberapa pekerjaan
diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang tidak terlalu banyak bergerak,
berhadapan dengan medan elektromagnetik (Electromagnetic Fields-EMF),
dan bagi pekerja bidang produksi dan kecantikan, berhadapan dengan
bahan beracun seperti logam berat, pelarut, dan pewama rambut akan lebih
mudah memiliki resiko kanker/kanker payudara.
Medan Elektromagnetik
EMF
dikeluarkan oleh hampir seluruh jenis peralatan yang bertenaga listrik,
baik dalam kadar tinggi atau rendah. Meskipun penelitiannya masih
menjadi kontroversi, menurut kami menghindari medan EMF adalah tindakan
yang bijaksana untuk mengetahui risiko terkena kanker/kanker payudara.
Oven microwave saat dinyalakan, merupakan salah satu alat rumah
tangga dengan efek paling berbahaya. Peralatan rumah tangga lain, mulai
dari pemanggang sampai pembuat kopi, juga mengeluarkan EMF kuat saat
dinyalakan.
Namun, medannya cepat menurun bila dibatasi oleh jarak, dan kebanyakan peralatan tersebut bisa dianggap aman dari risiko kanker/kanker payudara asal berada beberapa meter dari kita. Maka tindakan yang bijaksana adalah tidak berdiri tepat di depan microwave sambil melihat proses pematangan masakan Anda. Sumber EMF lain, terutama bagi pekerja kantoran, adalah komputer.
Janganlah meletakkan komputer tepat di sisi Anda, beri jarak beberapa meter, hal tersebut juga dapat dibilang aman dari risiko terkena kanker/kanker payudara. Sumber-sumber EMF lainnya adalah kotak sekering, meteran listrik, radio-jam, televisi, dan pengering rambut. Anda dapat membeli alat pengukur gauss sederhana yang dapat dibawa-bawa, seharga sekitar 40 dolar untuk mengukur EMF di rumah Anda
Namun, medannya cepat menurun bila dibatasi oleh jarak, dan kebanyakan peralatan tersebut bisa dianggap aman dari risiko kanker/kanker payudara asal berada beberapa meter dari kita. Maka tindakan yang bijaksana adalah tidak berdiri tepat di depan microwave sambil melihat proses pematangan masakan Anda. Sumber EMF lain, terutama bagi pekerja kantoran, adalah komputer.
Janganlah meletakkan komputer tepat di sisi Anda, beri jarak beberapa meter, hal tersebut juga dapat dibilang aman dari risiko terkena kanker/kanker payudara. Sumber-sumber EMF lainnya adalah kotak sekering, meteran listrik, radio-jam, televisi, dan pengering rambut. Anda dapat membeli alat pengukur gauss sederhana yang dapat dibawa-bawa, seharga sekitar 40 dolar untuk mengukur EMF di rumah Anda
Bra dan Antiperspiran untuk Ketiak.
Meskipun
belum ada penelitian yang membuktikan bahwa bra berpenyangga kawat
serta antiprespiran ketiak dapat menyebabkan kanker payudara, namun akal
sehat mengatakan bahwa bila Anda tidak menyumbat sirkulasi kelenjar
cairan di bawah payudara Anda dengan bra berpenyangga kawat, maka itu
lebih baik bagi kesehatan payudara.
Kami tidak melarang Anda untuk
memakai pakaian dalam istimewa saat berjalan-jalan, namun Anda juga
tidak memiliki alasan untuk mengenakan penyangga kawat, atau bra terlalu
ketat disetiap harinya. Remaja putri dan perempuan berusia dua puluhan,
hampir membuat tren untuk tidak memakai bra, dan mungkin itu bagus
untuk kesehatan payudara. Tidak mengenakan bra tidak akan membuat
payudara lebih turun dibandingkan keadaan alaminya.
Berkeringat
melalui kulit adalah salah satu cara utama tubuh untuk mengeluarkan
racun, dan ketiak adalah daerah berkeringat yang paling aktif.
Lagi-lagi, akal sehat akan menyuruh Anda untuk sebisanya tidak memakai
sesuatu di ketiak yang akan sepenuhnya menghentikan keringat, seperti
yang dilakukan antiprespiran, yang mengandung banyak bahan kimia, dan
ditemukan di antiprespiran serta deodoran. Mandi Setiap hari adalah cara
terbaik untuk mengontrol bau badan; sementara deodoran kristal yang
terdapat di toko makanan sehat (health food) memiliki paling sedikit kandungan bahan kimia mencurigakan, dan ini juga efektif dalam menghentikan bau.
0 Response to "FAKTOR BERESIKO KANKER PAYUDARA"
Posting Komentar