Fakto-Faktor Beresiko Kanker Payudara

Fakto-Faktor Beresiko Kanker Payudara

Mengapa Semuanya Menunjuk pada Estrogen

Konvensional tidak menyukai pembicaraan mengenai pencegahan bila menyangkut masalah kanker payudara, namun sangat bersemangat bila berbicara tentang faktor-faktor berisiko. Penting untuk mengetahui apa fatktor berisiko bagi Anda dan bagaimana menyesuaikannya dengan kondisi Anda, baik untuk mencegah ataupun untuk mengobati kanker payudara. 

Contohnya, bila dokter bersikeras agar Anda meminum tamoxifen untuk mencegah kanker payudara, karena Anda berisiko tinggi terkena kanker payudara, maka Anda sudah mengetahui apa arti perkataannya tersebut.

Faktor berisiko adalah sesuatu yang secara statistik berkorelasi dengan terjadinya penyakit, namun tidak harus menjadi penyebab langsung atau satu-satunya. 

 Faktor-faktor berisiko kanker payudara yang diketahui, telah dijabarkan secara cukup baik oleh para peneliti saat ini. Namun dalam pembatasan-pembatasan ketat, tentang apa yang diaanggap pengobatan konvensional sebagai faktor berisiko, hanya 25 sampai 30 persen perempuan yang menderita kanker payudara memiliki faktor berisiko kanker payudara tersebut. 

Angka ini kemungkinan telah naik cukup tinggi dalam setahun terakhir ini, karena lebih banyak penelitian yang membuktikan bahwa HRT dan penggunaan alat kontrasepsi oral di usia muda, meningkatkan risiko kanker payudara. Bila paparan terhadap xenohormon serta bahan-bahan kimia beracun dimasukkan dalam daftar resmi faktor berisiko kanker payudara, angka risiko terkena kanker payudara akan menjadi lebih tinggi lagi.

Seperti yang akan segera Anda pahami, hampir seluruh faktor berisiko kanker payudara memiliki hubungan langsung maupun tak langsung dengan estrogen ekses (yang tak terpakai dan tersisa dalam tubuh), ataupun estrogen yang tak diimbangi dengan progesteron. Kami percaya bahwa memperbaiki ketidakseimbangan ini, yang disebut Dr. Lee dengan dominasi estrogen, merupakan inti pencegahan dan pengobatan kanker payudara.

Faktor-faktor berisiko dikalkulasi oleh para epidemiolog, atau ilmuwan yang mempelajari penyakit atau Wabah yang berkembang dalam masyarakat. 

Informasi statistik mereka tidak sempurna. Namun, bila lebih dari satu penelitian menunjukkan kecendrungan yang sama, maka informasi tersebut cukup bisa dipercaya. Salah satu cara mencegah kanker payudara, dan timbulnya kembali kanker payudara, adalah dengan cara menurunkan faktor-faktor berisiko Anda. 

Terdapat banyak mitos-kami menggunakan kata itu-mengenai faktor-faktor berisiko kanker payudara. Setiap bulan sepertinya muncul banyak mitos baru. Banyak mitos diciptakan dengan menggunakan data yang telah diutak-atik oleh perusahaan yang diuntungkan oleh informasi tersebut. 

Contohnya, jumlah perempuan Jepang yang terkena kanker payudara lebih sedikit dibanding perempuan Amerika, dan industi kanker payudara menggunakan statistik ini untuk mengklaim bahwa alasannya karena orang Jepang mengonsumsi banyak kacang kedelai. Namun, tidak terdapat bukti epidemologis untuk mendukung klaim tentang kasus kanker payudara tersebut. 

Ini hanyalah sebuah tebakan epidemologis. Namun bukti sebenarnya adalah perempuan Jepang memiliki kecenderungan genetis dalam pemrosesan hormon berbeda dengan perempuan Kaukasia. Dan ini mungkin di penyebab perbedaan angka kanker payudara. Kebenaran lainnya adalah saat perempuan Jepang pindah ke Amerika Serikat, jumlah penderita kanker payudara di antara cucu-cucu perempuan mereka setingkat dengan perempuan Amerika. 

Apakah ini membuktikan hubungan dari segi pola makan? 


Mungkin, tapi belum pasti. Bila ini berdasarkan pola makan, akan lebih mungkin berperan adalah pengonsumsian daging yang terkontaminasi hormon, bukan karena memakan lebih sedikit kacang kedelai. Bila hubungan tersebut bukan berdasarkan pola makan, kemungkinan lain adalah karena polusi akibat xenohormon di Amerika jauh lebih tinggi dibanding di Jepang. 

Atau karena saat perempuan Jepang tiba di Amerika, mereka menggunakan alat kontrasepsi oral dan HRT dalam jumlah yang lebih besar dibanding di Jepang. Atau karena tingkat stres lebih tinggi di Amerika. Dengan kata lain, terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan risiko kanker payudara.

Pemikiran yang marak saat ini adalah peningkatan pasien kanker payudara dan penyakit-penyakit kronis yang amat sering terjadi di Amerika Serikat di kalangan imigran Jepang, tercipta karena mereka mengonsumsi lebih banyak kalori, dan kalori itu didapat dari makanan setengah jadi, yang kaya akan lemak palsu (asam trans-fat-sejenis lemak tak jenuh-seperti minyak yang sebagian terhidrogenasi), karbohidrat, serta gula.

Pernah dilaporkan bahwa pengonsumsian lemak yang lebih tinggi beresiko besar menimbulkan kanker payudara, namun penelitian-penelitian terkait kanker payudara yang Iebih besar, lebih baik, dan lebih obyektif menunjukkan bahwa korelasi ini tidaklah akurat. 

Karena menganggap lemak sebagai penjahat sudah dipandang sebagai tindakan yang pantas dari segi nutrisi dan politik sejak tahun 1970, maka ini segera menjadi faktor umum, meskipun buktinya sedikit. Kemudian ditemukan lagi bahwa faktor berisiko terkena kanker payudara adalah akibat pengonsumsian kalori lebih banyak. Intinya, kita harus amat berhati-hati dalam mempercayai generalisasi atas faktor-faktor yang berisiko terkena kanker payudara.

Banyakfaktor dalam kanker payudara mengarah pada estrogen. Saat Anda selesai membaca artikel ini, tiapfaktor penyebab kanker payudara ini akan menjadi masuk akal bagi Anda.

Kebanyakan informasi mengenai faktor berisiko terkena kanker payudara berasal dari data yang dikumpulkan dari pengidap kanker payudara. Data ini disebut data retrospektif, atau data yang melihat kembali ke sejarah hidup seorang perempuan. 

Data-data tentang kanker payudara seperti ini telah memberikan infomasi berharga mengenai apa yang melindungi perempuan dari kanker payudara, seperti kehamilan di usia muda dan menstruasi pertama yang terlambat. Lalu apa yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara, seperti menstruasi di usia muda serta tidak memiliki keturunan. Kita akan membahas ini lebih dalam.
Faktor-faktor Berisiko untuk Kanker Payudara yang Telah Diketahui
Usia
Perempuan berusia pertengahan 30 tahun sampai pertengahan 40 tahun memiliki risiko terkena kanker payudara dengan peningkatan teitinggi. Dengan kata lain, Anda berisiko besar terkena kanker payudara pada usia tersebut.
Usia paling umum terdeteksinya tahap-tahap pertama kanker payudara adalah lima tahun atau lebih sebelum menopause. keadaan ini sebelum penunruan tingkat estrogen, namun bersinggungan dengan penurunan progesteron serta masalah-masalah dominasi estrogen terkait.

Setelah menopause, tingkat kenaikan dalam risiko terkena kanker payudara biasanya turun secara drastis. Artinya, meskipun kemungkinan terkena kanker payudara lebih tinggi pada perempuan usia 80 tahun-karena semakin lama Anda hidup, semakin tinggi kemungkinan terkena kanker payudara-kebanyakan penderita kanker payudara perempuan berusia paruh baya. Hal ini kita sebut dengan perempuan pramenopause, dan mereka biasanya berusia sekitar pertengahan usia 30-an. 

Mereka mulai mengalami siklus menstruasi tidak membuat mereka berevulasi, atau tetap berovulasi namun tidak menghasilkan jumlah hormon progesteron yang mencukupi. Mereka menghasilkan hormon estrogen dan mengalami pendarahan tiap bulan, namun mereka tidak “membuang sel telur” dan menghasilkan pro gesteron, atau karena mereka tidak sanggup menghasilkan progesteron dengan jumlah yang cukup, maka hormon estrogen pun tidak bisa ditangkal. 

Para perempuan dalam kelompok usia ini biasanya sulit hamil, dan mereka sering kali harus mengalami operasi pengangkatan rahim dikarenakan adanya firoid (tumor jaringan dan biasanya terdapat di dinding rahim) dan pendarahan hebat saat menstruasi. Estrogen tanpa progesteron adalah awal dari banyak jenis kanker reproduktif-bukan hanya kanker payudara. 

Apa yang dikatakan estrogen pada sel-sel organ reproduktif adalah “Ayo, ayo, tumbuhlah terus!" Sedangkan progesteron melawan rangsangan estrogen, dengan cara mendorong sel-sel agar menjadi dewasa (berdiferensiasi) dan mati pada waktunya (apoptosis), sehingga dapat digantikan oleh sel-sel baru secara terus-menerus berkembang.

Bagi perempuan yang jaringan sel payudaranya telah dirusak oleh sesuatu-contohnya akibat radiasi atau bahan kimia beracun-rangsangan yang berlebihan ibarat mengundang jaringan tersebut untuk berkembang jadi penyakit. 

Anggap saja ada sejumlah kecil sel  DNA-nya telah rusak oleh radiasi, dan kerusakan ini telah luput dari sistem-sistem pendeteksi dalam tuhuh dalam keadaan normal akan memperbaiki kerusakan tersebut. Namun jaringan rusak tersebut tetap dijinakkan oleh sistem kekebalan yang muda dan sehat, serta sejumlah progesteron yang dihasilkan oleh ovanum. 

Bila progesteron tersebut tiba-tiba hilang selama beberapa bulan (dengan cara tidak berovulasi, tidak seperti perempuan pramenopause) dan sel-sel tadi bertemu dengan estrogen yang tak memiliki lawan, maka sel-sel tersebut (bersama dengan sel-sel payudara yang masih normal) akan mendapat sinyal-sinyal kuat untuk tumbuh dan berkembang biak, hingga sel-sel cacat secara genetis timbul. 

Bila sel-sel tidak normal tadi telah memprogram ulang informasi genetis mereka agar dapat bertahan hidup dan tumbuh secara tak teratur, maka lambat laun mereka akan membentuk kelompok baru, atau kanker. Bila DNA sel-sel telah rusak, maka sel-sel tersebut akan membawa risiko kanker dan menyusup ke jaringan-jaringan sekitar.

Usia lanjut adalah faktor berisiko terkena kanker payudara. Karena seiring dengan pertambahan usia, sistem-sistem kekebalan tubuh akan menurun dan menjadi semakin tidak efektif. Dikarenakan juga karena mutasi-mutasi gen akan berlipat ganda seiring perjalanan Waktu. Lemak dalam jaringan payudara dapat bertambah berbahaya pada saat usia 60 tahun dibanding usia 20 tahun, karena pada usia tersebut telah banyak akmulasi racun yang terkumpul di dalam jaringan-jaringan lemak payudara.

Namun, di beberapa negara, risiko terkena kanker payudara setelah menopause amatlah rendah. Ini mungkin akibat paparan terhadap estrogen serta HRT dari lingkungan lebih sedikit; mungkin juga akibat pola makan, atau akibat kadar berolahraga yang lebih banyak. Faktor-faktor berisiko kanker payudara memberi tahu kita bahwa semua hal memiliki peranan.

 

Geografi, Ras, dan Genetika

Jumlah perempuan terkena kanker payudara di negara non-industri atau kurang industri, lebih sedikit dibanding perempuan yang tinggal di negara industri. Dr. Peter Ellison dari Harvard, sebagai penulis On Fertile Ground (Harvard University Press, 2001), mendokumentasikan tingkat-tigkat hormon lebih tinggi pada perempuan di negara industri. 

Dr. Peter Ellison yakin bahwa ada alasan yang menyebabkan peningkatan kadar hormon di negara industri, yang mengakibatkan peningkatkan risiko terkena kanker payudara. la percaya bahwa tingkat hormon bertambah bisa saja disebabkan pengonsumsian kalori secara berlebihan serta penggunaan energi fisik yang lebih sedikit pada perempuan di negara industri (banyak junk food dan lebih sedikit olahraga). 

Apa pun sebab terjadinya kanker tersebut, kenyataannya adalah tingkat hormon yang tinggi berkolerasi terhadap peningkatan angka penderita kanker payudara. Meskipun tingkat progesteron lebih tinggi pada perempuan yang berada di negara industri, penelitian-penelitian yang dilakukan di Prancis menunjukkan bahwa perempuan yang terkena kanker payudara memiliki tingkat progesteron lebih rendah pada fase luteal, atau pada penengahan siklus menstruasi. Pada saat bersamaan, tingkat estrogen mereka tinggi, dan lagi-lagi kita menemukan pengaruh buruk dari dominasi estrogen.

Jumlah kasus kanker payudara amat bervariasi di tiap negara. Pada beberapa kasus sulit untuk menetapkan apakah perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor geografi, budaya, genetika, atau pola makan. Ras-ras berbeda diketahui memiliki cara  berbeda juga antara satu sama lain dalam memproses obat kanker payudara melalui resep dokter, dan belakangan diketahui bahwa ras-ras tersebut memproses hormon dengan cara masing-masing pula. 

Secara umum, ras Asia, baik negara industri ataupun tidak, memiliki tingkat jumlah kanker payudara  lebih sedikit dibanding jumlah kanker payudara di Eropa atau jumlah kanker payudara di Amerika Utara. Bahkan mencapai lima kali lebih kecil. 

Namun, seperti yang telah kami katakan tadi, jumlah kasus kanker payudara pada perempuan-perempuan Asia yang pindah ke Amerika Utara, jumlah kanker payudara meningkat hingga menjadi setara dengan penduduk Amerika Utara dalam rentang waktu dua generasi, hingga menunjukkan bahwa apa pun yang teirjadi di lingkungan Amerika Utara mengalahkan perlindungan apa pun yang diberikan oleh gen.

Fakta bahwa angka kematian akibat kanker payudara hanya sebesar 3,4 per 100.000 perempuan di Gambia dan 20 per 100.000 mungkin diakibatkan genetika ras penduduknya, atau pola makan, kebudayaan, bahkan air di wilayah tersebut! 

Perbedaan-perbedaan tersebut akan lebih sulit lagi dilakukan saat membandingkan negara dengan jumlah kanker payudara tertentu, seperti Polandia, yang memiliki angka kematian akibat kanker payudara 38,7, dengan Belanda, yang memiliki angka kematian akibat kanker payudara 72,7 per 100.000. Perempuan kulit putih di Amerika Serikat memiliki angka kematian akibat kanker payudara teninggi di jagat raya ini-892122 per 100.000 perempuan.

Israel sempat menjadi salah satu negara dengan angka kematian teninggi akibat kanker payudara. Namun, selang beberapa tahun setelah melarang penggunaan tiga pestisida organochlorine (DDT, BHCae dan Iindane) pada awal tahun 1970-an, angka kematian akibat kanker payudara turun sebanyak 8 persen, sementara di negara-negara lain justru sedang meningkat terkait kematian akibat kanker payudara. Kita akan membahas pestisida dan racun-racun lingkungan lain yang dapat menyebabkan kanker payudara di artikel kanker payudara selanjutnya nanti.

Geograti memang merupakan salah satu faktor berisiko terkena kanker payudara apabila Anda tinggal di daerah dengan polusi limbah industri. Menurut penelitian Agen Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency-EPA) pada tahun 1989, angka kasus kanker payudara paling tinggi terdapat di daerah-daerah Amerika Serikat dengan tempat pembuangan limbah berbahaya, serta air tanahnya telah terkontaminasi.

Hanya sekitar 10 persen kanker payudara di beberapa negara industri di Barat disebabkan oleh mutasi genetis yang bersifat keturunan. Jenis kanker payudara bersifat keturunan disebabkan mutasi dalam gen-gen yang disebut gen-gen BRCA. 

Mutasi-mutasi cenderung diturunkan dari pihak ayah maupun ibu (yang mengidap penyakit kanker payudara tersebut maupun tidak), dan paling sering ditemukan pada perempuan keturunan Yahudi Ashkenazi dan perempuan di Islandia.

Pada umumnya, perempuan kecenderungan genetis terkena kanker payudara akan mengidap penyakit tersebut sebelum usia 50 tahun. Mereka yang memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara sebelum usia 65 tahun, memiliki risiko dua kali Iipat terkena kanker payudara. 

Semakin muda anggota keluarga mereka saat terkena kanker payudara, maka semakin besar kemungkinan penyakit kanker payudara tersebut bersifat keturunan. Apabila dua anggota keluarga terkena kanker payudara, risiko terkena penyakit kanker payudara tersebut menjadi ernpat sampai enam kali lipat lebih tinggi terkena kanker payudara.

 

Kehamilan

Perempuan hamil sebelum berusia 24 tahun memiliki risiko terkena kanker payudara lima kali lipat lebih kecil, dibandingkan perempuan memiliki anak setelah usia 30 tahun. Ini mungkin diakibatkan hormon kehamilan dan menyusui berkembang dan rnelakukan diferensiasi terhadap jaringan sel payudara dengan cara-cara yang amat protektif. 

Peneliti Jose Russo, M.D., dari Fox Chase Cancer Center di Philndelnhia percaya bahwa human chorionic gonadotropin (hCG) adalah zat yang mengirimkan sinyal-sinyal genetis yang amat spesifik kepada jaringan-jaringan sel payudara dan selanjutnya akan memberikan proteksi. 

Zat hCG dalam keadaan normal adalah zat pertama yang dikeluarkan tubuh seorang perempuan saat bereaksi terhadap konsepsi (pembentukan), dan hormon tersebut merangsang pembentukan lebih banyak progesteron oleh corpus luteum, (Kita akan membahas tentang hal ini lebih lanjut nanti.)

Progesteron adalah hormon yang dominan selama masa kehamilan. Hanya masa-masa awal kehamilan penuh pertamalah akan memberikan perlindungan. Kehamilan yang terganggu (keguguran dan aborsi) tidak memberikan proteksi terkena kanker payudara, dan penelitian saat ini mengurnpulkan bukti bahwa kehamilan seperti itu justru dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Disebabkan jaringannya mulai berdiferensiasi, kemudian dihentikan di tengah jalan.

Perempuan yang tidak pernah melahirkan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih tinggi dibandingkan yang telah memiliki satu atau dua anak. Ini lagi-lagi mungkin disebabkan diferensiasi jaringan payudara yang terjadi saat masa kehamilan dan menyusui.

 

Pengangkatan Ovarium

Ovarium seorang perempuan adalah sumber penghasil hormon utama (termasuk di dalamnya estrogen, progesteron, testosteron). Pengangkatan Ovarium adalah “menopause instan” dan akan mengakibatkan penurunan hormon drastis dalam Waktu singkat. Ini akan menurunkan tingkat hormon serta risiko terkena kanker payudara terkait dengan hormon tersebut, namun di lain pihak juga membuat perempuan rawan terkena masalah-masalah kesehatan serius, seperti penyakit jantung dan osteoporosis. 

Perempuan yang telah menjalani oophorektorni (pengangkatan dua ovarium) sebelum usia 40 tahun risiko kanker payudaranya akan menurun secara signifikan, mungkin karena tingkat estradiol (sejenis estrogen) menurun secara signitikan. Namun, efek-efek protektif oopheroktomi di usia muda dinegasikan oleh pemberian estrogen dengan atau tanpa progestin (progesteron sintetis). 

Perempuan yang mengalami pengangkatan ovarium sebelum usia 40 tahun memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena penyakit jantung, arthritis, dan osteoporosis, oleh karena itu metode ini sebaiknya tidak dianggap sebagai tindakan preventif yang masuk akal untuk kanker payudara.

 

Radiasi

Radiasi adalah salah satu faktor berisiko terkena kanker payudara dan berperan tinggi terkena kanker payudara, serta efeknya kumulatif. Artinya, kerusakan yang diakibatkan pada payudara tak akan hilang seiring waktu. Setiap dosis radiasi pada payudara menambah jumlah kerusakan yang sudah ada.

Kebanyakan perempuan di Amerika Serikat teradiasi karena penggunaan sinar-X. Seperti yang telah disebutkan di artikel sebelumnya, perempuan yang pernah menderita skoliosis dan menggunakan banyak sinar-X pada masa kanak-kanak dan remaja, memiliki risiko terkena kanker payudara sebanyak 70 persen lebih besar. 

Makin sering perempuan mendapat sinar-X dan makin tinggi dosis radiasinya, maka makin tinggi pula risikonya terkena kanker payudara. 

Kerusakan akibat radiasi  paling besar terdapat pada anak dan remaja dengan jaringan payudara yang belum berkembang. Anak-anak jika terkena radiasi saat pengeboman Hiroshima pada Perang Dunia II memiliki risiko terkena kanker payudara dua kali lebih besar.

 

Payudara Terasa Sakit dan Memiliki Benjolan

Ini adalah area kontroversial dalam penelitian tentang faktor-faktor yang berisiko terkena kanker payudara. Disebabkan juga tidak banyak kesamaan pendapat di antara sekian banyak penelitian tentang kanker payudara. 

Jelas bahwa perempuan yang memiliki laporan biopsi “epithelial hyperplasia akut” (hyperplasia aitinya sel- sel tubuh membelah diri dengan amat cepat, dan ini adalah salah satu tanda bahwa perubahan pembentukan kanker tengah berlangsung) memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara, maka ini harus dipandang sebagai kondisi pra kanker. 

Peremuan kondisi ini harus diinterpretasikan sebagai sesuatu yang amat serius, yang menyatakan keabnormalan metabolisme (kemungkinan besar dominasi estrogen). Jika sudah mencapai tahap ini dan tidak diperbaiki akan penyebab kanker.

Namun, risiko terkena kanker tersebut tidak selalu sejelas itu. Contohnya pada perempuan yang payudaranya terasa sakit dan berbenjol-benjol saat akan mengalami menstruasi, serta bagi perempuan dengan tanda pembengkakan ringan dan berat, disebut penyakit fibrosis (di sini menggunakan kata “penyakit” namun pada hakikatnya itu bukanlah sebuah penyakit). 

Jelaslah bahwa jika payudara terasa sakit dan memiliki benjolan-benjolan, pada dasarnya disebabkan dominasi estrogen dan dapat ditanggulangi dengan menggunakan progesteron transdermal alami (bukan progestin sintetik yang sering kali membuat keadaan bertambah parah). 

Bangsa Prancis menyadari pada pertengahan tahun 1970-an bahwa pemakaian progesteron secara langsung di payudara membantu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan fibrosis. Tiap minggu Dr. Lee menerima surat dari pasien dan mengatakan bahwa mereka amat berterima kasih karena payudara mereka menjadi mulus dan bebas rasa sakit setelah satu sampai tiga siklus pemakaian krim progesteron. 

Ini juga salah satu laporan paling konsisten yang kami terima dari dokter-dokter pribadi dengan meresepkan krim progesteron dalam praktik mereka. Fakta yang telah diakui adalah bahwa perempuan pascamenopause yang menggunakan HRT konvensional (seperti Premarin dan Provera, sejenis progestin) memiliki jaringan payudara yang lebih rapat, hingga makin menyulitkan dalam deteksi keabnormalan saat dilakukan mamogram.

Kami percaya bahwa dominasi estrogen adalah salah satu faktor berisiko terkena kanker payudara dan belum dikenali, serta dalam konteks ini masuk akal jika payudara yang terasa sakit dan memiliki benjolan-benjolan kronis juga menjadi faktor berisiko terkena kanker. 

Kabar baiknya, ketidakseimbangan sebagai penyebab dimana dominasi estrogen ternyata cukup mudah untuk diperbaiki dengan menggunakan krim progesteron dalam jumlah kecil, dan akan meniru apa yang akan diproduksi oleh tubuh saat melakukan ovulasi. (Lihat Bab 13 untuk riinciannya.)

 

Alat-alat Kontrasepsi Oral yang Diberikan pada Remaja

Penggunaan alat kontrasepsi oral (baik pil maupun suntik) oleh remaja saat ini telah menjadi salah satu faktor berisiko kuat terkena kanker payudara. Makin muda pengonsumsian alat KB tersebut, maka makin tinggi risikonya terkena kanker payudara. Umumnya, perempuan di bawah 18 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi oral akan meningkatkan risiko tiga kali lipat terkena kanker payudara. 

Makin muda seorang perempuan menggunakan alat kontrasepsi oral, makin tinggi risikonya terkena kanker payudara. Lagi-lagi, ini mungkin diakibatkan oleh kandungan progestin (progesteron sintetis) dalam pil atau suntikan pengatur kelahiran, pastinya akan menghambat tindakan-tindakan oprogesteron asli yang bermanfaat, juga menghambat ovulasi, yang akhirnya menghambat produksi hormon perempuan itu sendiri.

Bagi perempuan dengan usia lebih dari 20 tahun, penggunaan alat kontrasepsi oral jangka panjang, dan untuk sepuluh tahun sesudahnya, memberikan risiko terkena kanker payudara sedikit lebih tinggi. 

Namun, bagi perempuan berusia 30 tahun ke atas, pil pengatur kelahiran yang berasal dari testosteron, seperti norgestrel, malah justru memberikan sejenis perlindungan terhadap kanker payudara. Mungkin ini karena testosteron adalah musuh estrogen, ditambah dengan kenyataan bahwa pil pengatur kesuburan menciptakan kondisi hormonal lebih rendah secara keseluruhan.

 

Terapi Penggantian Hormon Konvensional (Hormone Replacement Therapy-HRT )

Selama bertahun-tahun, obat-obatan konvensional seolah menutup mata terhadap potensi HRT untuk menyebabkan kanker payudara. Hampir seluruh perempuan berusia 50 tahun ke atas yang mendatangi doktemya akan diperintahkan untuk mengonsumsi estrogen, atau mengonsumsi estrogen dan progestin bila memiliki uterus. 

Perintah-perintah ini biasanya diberikan tanpa terlebih dahulu mengukur tingkat-tingkat hormon perempuan tersebut untuk melihat apakah HRT memang betul-betul diperlukan, dan tanpa memerhatikan gejala-gejala lain. 

Perempuan dengan keluhan tentang efek-efek samping yang umum dirasakan, seperti kenaikan berat badan, insonmia, cemas, dan depresi, akan diberikan obat-obat antidepresi, anti-kecemasan, dan obat tidur.
Berkat penelitian-penelitian besar baru-baru ini, yang jelas-jelas menunjukkan HRT konvensional tidaklah melindungi seseorang dari penyakit jantung. 

Malah meningkatkan risiko terkena kanker payudara, sehingga para dokter saat ini lebih berhati-hati dalam memberikannya.

Hampir seluruh dokter keluarga dan ginekolog di Amerika Serikat peduli dengan pasien mereka akan menegaskan bahwa konsumsi HRT konvensional dalam dosis tinggi, dan akan mengakibatkan benjolan di payudara mereka dan/atau kanker payudara. 

Kami telah menerima ratusan surat dan e-mail dengan cerita sama, dan telah mengonfirmasinya dengan sejumlah dokter. Efek ini mungkin diakibatkan baik oleh dosis estrogen berlebih setelah diberikan pada perempuan menopause, maupun oleh efek-efek beracun progestin terhadap jaringan organ payudara.

Kanker payudara tidaklah menyebar dengan bentuk melingkar secara lama-kelamaan bertambah besar; melainkan dengan cara menyebarkan cabang-cabang ke jaringan di sekitarnya, dan rongga yang akan timbul pun lama-lama akan penuh, hingga menciptakan benjolan lebih besar lagi. Mungkin saja pemberian dosis estrogen berlebih menyebabkan pengisian rongga lebih cepat bagi tumor-tumor berukuran kecil, hingga memberikan kesan bahwa sebuah benjolan tiba-tiba muncul begitu saja.

 

Pola Makan

Dalam penelitian tentang kanker payudara, ini merupakan area yang kontroversial dan samar. Di negara yang penduduknya mengonsumsi lebih banyak lemak, angka kanker payudara lebih tinggi, namun ini belum tentu merupakan korelasi yang bersifat langsung. Pemikiran  berkembang ini diakibatkan pemasukan kalori yang lebih besar: lebih banyak kalori = Jumlah radikal bebas dalam tubuh makin besar = kerusakan pada jaringan lebih berat = risiko kanker lebih besar.

Meskipun begitu, Anda perlu memerhatikan jenis lemak yang dikonsumsi. Lemak jenuh seperti minyak jagung yang cepat mengeluarkan bau tengik khususnya, amat berbahaya. Secara sederhana, ini berarti bahwa lemak yang mudah teroksidasi memiliki potensi membahayakan, karena jenis lemak tersebut lebih mudah menciptakan radikal bebas. 

Sebuah penelitian di Italia, di mana kebanyakan penduduknya mengonsumsi minyak zaitun tunggal tak jenuh (monounsaturated), menemukan bahwa bukan lemak, namun karbohidratlah, yang memiliki risiko lebih besar terkena kanker. Ini mungkin disebabkan efek-efek karbohidrat sederhana atau olahan (refined carbohydrates) terhadap insulin serta resistensi insulin. Insulin adalah faktor pertumbuhan, dan kita akan membahas mengenai hubungannya dengan kanker payudara di artikel selanjutnya.

Korelasi yang lemah antara pemasukan lemak dan kanker payudara, yang ditemukan di beberapa penelitian, menyimpulkan bahwa hormon dan pestisida yang ditemukan dalam lemak daging dapat menyebabkan angka pertumbuhan penderita kanker payudara menjadi lebih besar, dan bukan lemaknya itu sendiri. 

Sayangnya, penelitian-penelitian tentang pola makan belum membuat perbedaan benar mengenai jenis-jenis lemak yang dapat dikonsumsi, berbeda halnya dengan lemak tak jenuh. Penelitian-penelitian berbasis di Yunani, Italia, dan Spanyol, menunjukkan bahwa perempuan setelah mengonsumsi minyak zaitun lebih dan satu kali sehari, memiliki risiko terkena kanker payudara 25 persen lebih rendah. 

Kami berpendapat bahwa ada kemungkinan besar pemasukan asam lemak bentuk trans (transfatty acid) dengan sebutan minyak yang terhidrogenisasi dan terhidrogenisasi sebagian, dan ditemukan di kebanyakan makanan jadi atau olahan, dapat berperan juga dalam risiko terkena kanker payudara, dan kita akan membahas topik ini secara lebih rinci.

Mungkin juga, seperti perkirakan Dr. Peter Ellison dari Harvard, pemasukan kalori lebih tinggi serta kurangnya olahraga menciptakan kondisi hormonal lebih tinggi juga, dan kemudian meningkatkan risiko terkena kanker reproduktif. Untuk alasan yang mungkin serupa, obesitas dikorelasikan dengan risiko meninggal karena kanker payudara lebih tinggi. 

Ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa perempuan bertubuh gemuk cenderung memiliki gaya hidup kurang sehat. Contohnya, kalori dengan jumlah banyak serta olahraganya sedikit. Selain itu sel-sel lemak menghasilkan estrogen. 

Maka semakin banyak lemak dalam tubuh seorang perempuan, semakin banyak pula estrogen yang akan dihasilkan, meskipun setelah menopause.

Meskipun ini belum banyak diteliti secara epidemiologis, namun jelas bahwa pola makan banyak mengandung gula, karbohidrat sederhana, dan asam trans-lemak, rnenciptakan banyak ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk dalam hormon steroid seks dan insulin, berperan dalam masalah kanker payudara.

Dari banyak penelitian, jelas bahwa secara umum, penduduk negara apa pun, dari ras apa pun, dan hidup dalam budaya apa pun, akan lebih sehat dan berisiko kecil terkena kanker jenis apa pun bila mengonsumsi lebih banyak sayuran, buah segar, serta makanan dengan sifat alami. 

Beberapa penelitian telah menunjukkan penurunan risiko terkena kanker sebesar 46 persen bagi perempuan yang memakan banyak sayuran segar. Kami akan rnenjelaskan lebih lanjut di artikel ini nantinya tentang mengapa brokoli dan jenis-jenis kol lainnya, memiliki siat-sifat melindungi dari kanker secara langsung.

Meminum susu dari sapi mendapatkan obat perangsang untuk memproduksi susu, yang dinamakan recombinant bovine growth hormone (rBGH) dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. menurut spesialis risiko kanker Samuel Epstein, M.D., bioteknologi penarik hormon ini meningkatkan kadar insulin, seperti faktor pertumbuhan 1 (insulin-like growth factor-IGF-1) dalam susu sapi. 

Hampir dipastikan bila di tubuh Anda terlalu banyak IGF-1, maka keadaan ini dapat berperan mengakibatkan kanker payudara. Intinya, Anda harus meminum susu (meskipun kami tidak menyarankannya), mungkin lebih bijaksana bila Anda memilih untuk meminum susu bebas hormon atau organik.

Sejumlah penelitian saat ini menunjukkan bahwa cara memasak daging memengaruhi risiko terkena kanker payudara. 

Dan semua penelitian yang mengorelasikan pengonsumsian daging merah dan lemak tak jenuh dengan kanker payudara, mungkin lebih tepat bila dihubungkan dengan bagaimana cara memasaknya, dibandingkan dengan jenis daging itu sendiri. 

Proses memanggang di atas api, menggoreng, atau membakar daging dengan panas yang berkisar antara 300 sampai 500 Fahrenheit, akan menghasilkan senyawa-senyawa yang disebut heterocyclic amines (HCAS), dan beberapa senyawa tersebut menyerupai... Ya, tepat sekali! Estrogen. Hikmah yang dapat kita petik dari penjelasan ini adalah masaklah daging dengan panas lebih rendah, dengan cara memanggang dalam oven atau merebus.

 

Alkohol

Perempuan yang mengonsumsi lebih dari satu gelas alkohol per hari memiliki risiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi. Ini mungkin karena alkohol memaksa hati untuk bekerja lebih keras, hingga lebih sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh. Sehingga tubuh pun memiliki tingkat estrogen jauh lebih tinggi dibanding biasanya. 

Sebuah penelitian yang dilakukan di Finlandia menunjukkan bahwa perempuan pengonsumsi alkohol dan juga rnenggunakan alat kontrasepsi oral memiliki tingkat estradiol banyak dan tingkat progesteronnya menjadi menurun dan tentunya memiliki risiko terkena kanker payudara. 

Perempuan tidak menggunakan alat kontrasepsi oral maka hanya tingkat progesteron yang akan menurun. 

Jika jumlah progesteron menurun akan menempatkan seorang perempuan dalam risiko dominasi estrogen lebih tinggi. Namun sebelum Anda mengurungkan niat meminum segelas red wine untuk makan malam, walau sebenarnya baik untuk jantung dan mungkin untuk menenangkan pikiran Anda, ingatlah bahwa menurut penelitian yang sama, hanya ada 4 persen kasus kanker payudara, dan itu kemungkinan  Terbanyak, yang berhubungan dengan alkohol.

Bila Anda senang menikrnati rninuman beralkohol di malam hari, salah satu cara untuk meringankan kerja hati Anda adalah dengan cara mengonsumsi alkohol bersama makanan. Meminum alkohol dengan perut kosong akan meningkatkan stres pada hati secara drastis.

 

Olahraga

Banyak penelitian menunjukkan bahwa dengan mencukupi kebutuhan olahraga, maka dapat menurunkan risiko terkena kanker, termasuk kanker payudara. Penelitian baru-baru ini dilakukan sebagai bagian dari Harvard Nurse’s Health Study (Studi Kesehatan Perawat Harvard) yang menganalisis data dari 166.388 perempuan, mendapati bahwa mereka melakukan olahraga yang cukup sebanyak tujuh jam per minggu atau lebih, risiko terkena kanker payudaranya 20 persen lebih rendah, dibanding perempuan dengan olahraga kurang dari satu jam per minggu.

Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat ini berlaku bagi olahraga secara cukup saja. Olahraga amat berat justru meredam sistem kekebalan tubuh dan sangat meningkatkan proses oksidasi dalam tubuh. Lama kelamaan hal ini dapat mengakibatkan risiko terkena kanker payudara lebih besar bagi perempuan.

Meskipun menyuruh perempuan yang baru sembuh dari kanker payudara untuk mendaki gunung tinggi atau lomba lari merupakan kegiatan humas yang baik bagi beberapa perusahaan, namun kami tidak akan menyarankannya; tubuh Anda memerlukan keseimbangan sebanyak-banyaknya agar sembuh dengan sempurna dan melindungi diri sendiri dan kembali ke keadaan seimbang. 

Sedangkan berlatih mendaki gunung atau berlari maraton mungkin tidak akan membantu tubuh untuk tetap seimbang, malahan sebaliknya, justru akan menimbulkan stres fisik yang luar biasa. Pada Studi Harvard Nurse telah disebutkan di atas menemukan bahwa frekuensi berolahraga lebih penting dibandingkan beratnya olahraga tersebut.

 

Bahaya di Tempat Kerja

Sulit sekali membuktikan atau bahkan melacak insiden kanker payudara berdasarkan pekerjaan, karena pemilik perusahaan tidak suka mengaku bila risiko kanker termasuk kanker payudara di perusahaan mereka melebihi kadar normal. 

Meskipun begitu, Swedia mengadakan studi besar-besaran dengan meneliti lebih dari satu juta perempuan selama lebih dari 20 tahun untuk menetapkan jenis-jenis pekerjaan apa saja yang pekerjanya paling banyak menderita kanker payudara. 

Pekerjaan-pekerjaan dengan risiko kanker termasuk kanker payudara tinggi antara ahli kesehatan, ahli farmasi, guru, analis sistem komputer dan programmer, operator telepon, operator mesin penyambung telepon di kantor, operator radio dan telegraf, pekerja pembentuk lempengan Iogam dan pekerja pelapis logam, serta penata rambut dan ahli kecantikan, akan lebih tinggi terkena kanker /kanker payudara.

Perempuan tinggal di daerah perkotaan juga memiliki risiko kanker/kanker payudara lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di daerah pedesaan. 

Para peneliti Swedia berteori bahwa risiko meningkat terkena kanker payudara dalam beberapa pekerjaan diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang tidak terlalu banyak bergerak, berhadapan dengan medan elektromagnetik (Electromagnetic Fields-EMF), dan bagi pekerja bidang produksi dan kecantikan, berhadapan dengan bahan beracun seperti logam berat, pelarut, dan pewama rambut akan lebih mudah memiliki resiko kanker/kanker payudara.

 

Medan Elektromagnetik

EMF dikeluarkan oleh hampir seluruh jenis peralatan yang bertenaga listrik, baik dalam kadar tinggi atau rendah. Meskipun penelitiannya masih menjadi kontroversi, menurut kami menghindari medan EMF adalah tindakan yang bijaksana untuk mengetahui risiko terkena kanker/kanker payudara. 

Oven microwave saat dinyalakan, merupakan salah satu alat rumah tangga dengan efek paling berbahaya. 

Peralatan rumah tangga lain, mulai dari pemanggang sampai pembuat kopi, juga mengeluarkan EMF kuat saat dinyalakan. Namun, medannya cepat menurun bila dibatasi oleh jarak, dan kebanyakan peralatan tersebut bisa dianggap aman dari risiko kanker/kanker payudara asal berada beberapa meter dari kita. 

Maka tindakan yang bijaksana adalah tidak berdiri tepat di depan microwave sambil melihat proses pematangan masakan Anda. Sumber EMF lain, terutama bagi pekerja kantoran, adalah komputer. Janganlah meletakkan komputer tepat di sisi Anda, beri jarak beberapa meter, hal tersebut juga dapat dibilang aman dari risiko terkena kanker/kanker payudara. 

Sumber-sumber EMF lainnya adalah kotak sekering, meteran listrik, radio-jam, televisi, dan pengering rambut. Anda dapat membeli alat pengukur gauss sederhana yang dapat dibawa-bawa, seharga sekitar 40 dolar untuk mengukur EMF di rumah Anda

 

Bra dan Antiperspiran untuk Ketiak.

Meskipun belum ada penelitian yang membuktikan bahwa bra berpenyangga kawat serta antiprespiran ketiak dapat menyebabkan kanker payudara, namun akal sehat mengatakan bahwa bila Anda tidak menyumbat sirkulasi kelenjar cairan di bawah payudara Anda dengan bra berpenyangga kawat, maka itu lebih baik bagi kesehatan payudara.

Kami tidak melarang Anda untuk memakai pakaian dalam istimewa saat berjalan-jalan, namun Anda juga tidak memiliki alasan untuk mengenakan penyangga kawat, atau bra terlalu ketat disetiap harinya. 

Remaja putri dan perempuan berusia dua puluhan, hampir membuat tren untuk tidak memakai bra, dan mungkin itu bagus untuk kesehatan payudara. Tidak mengenakan bra tidak akan membuat payudara lebih turun dibandingkan keadaan alaminya.

Berkeringat melalui kulit adalah salah satu cara utama tubuh untuk mengeluarkan racun, dan ketiak adalah daerah berkeringat yang paling aktif. Lagi-lagi, akal sehat akan menyuruh Anda untuk sebisanya tidak memakai sesuatu di ketiak yang akan sepenuhnya menghentikan keringat, seperti yang dilakukan antiprespiran, yang mengandung banyak bahan kimia, dan ditemukan di antiprespiran serta deodoran. 

Mandi Setiap hari adalah cara terbaik untuk mengontrol bau badan; sementara deodoran kristal yang terdapat di toko makanan sehat (health food) memiliki paling sedikit kandungan bahan kimia  mencurigakan, dan ini juga efektif dalam menghentikan bau.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Fakto-Faktor Beresiko Kanker Payudara"

Posting Komentar