Sekilas Tentang Kanker Rahim

Sekilas Tentang Kanker Rahim

Kanker/kanker rahim (serviks) adalah satu dari sekian kanker yang paling menakutkan bagi wanita. Angka harapan hidup yang minim dan mahalnya pengobatan bila terserang, membuat kanker/kanker rahim kian terasa mengerikan bagi siapa pun. 

Namun justru karena tingkat bahaya dan mahalnya biaya mengatasi derita kanker/kanker rahim inilah, kita perlu mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit satu ini agar kita punya cukup bekal dalam menghadapi perang melawan kanker. 

Kanker/kanker rahim disebut juga kanker serviks, atau kanker leher rahim, atau kanker rnulut rahim menyerang bagian mulut/leher rahim. Bagian ini adalah bagian bawah rahim yang menonjol atau menjorok ke rongga dalam vagina. Kanker/kanker rahim termasuk penyakit pembunuh Wanita rangking 1 di dunia.

Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa sampai saat ini terdapat rata-rata 100 kasus kanker rahim setiap 100 ribu penduduk Indonesia per tahun, Itu berarti terdapat 200.000 kasus per tahun, Sementara data Yayasan Kanker Indonesia (2007) menyebutkan angka yang lebih “hebat”, lima ratus ribu perernpuan di Indonesia terdeteksi telah mengidap kanker serviks setiap tahun, dan separuhnya meninggal akibat kanker tersebut. 

Sementara untuk seluruh dunia, jumlah pengidap penyakit pembunuh ini mencapai 2, 2 juta jiwa per tahun. Data Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa 70% pasien kanker rahim di rumah sakit datang sudah dalam keadaan stadiurn Ianjut. Inilah yang membuat angka harapan hidup mereka di bawah 50% ketika memasuki perawatan rumah sakit.

Kanker serviks menduduki urutan pertama dalam tara di negara maju hanya menernpati urutan ke-10. Ini herarti, tingkat pemahaman dan informasi mengenai penyakit ini cukup penting dalam upaya mengurangi angka ke- matian yang diakibatkannya. 

Jenis kanker ini sering ditemukan pada Wanita berumur 35-55 tahun, dan dalam keadaan aktif seoara seksual. Secara umum, Wanita yang tidak berhubungan seksual bebas dari ancaman kanker/kanker rahim, namun tidak mustahil ada faktor risiko lain yang membuatnya tetap mungkin terjangkit kanker rahim.

Sel kanker berasal dari gangguan terhadap DNA atau informasi gen pengontrol pertumbuhan sel. Tubuh kita memiliki mekanisme otomatis untuk menggugurkan sel tua dan membelah sel aktif untuk meregenerasi. 

Pada kondisi normal terdapat susunan informasi DNA dalam inti sel yang mengontrol proses tersebut. Iika jurnlah sel baru yang dibutuhkan telah mencukupi, proses akan berhenti dengan sendirinya. 

Pada kasus terjadinya kanker, gangguan meIanda pusat informasi (DNA) inti sel yang berakibat pada pembelahan sel yang tak terkontrol. Akibatnya sel baru berlebih dan membentuk jaringan aktif yang menggumpal, inilah yang disebut tumor. 

Pada awal munculnya tumor ini, risiko kanker belum begitu besar, namun akibat mekanisme tubuh yang tidak mampu menahan, gumpalan tumor dapat berkembang hingga mengalarni proses pembentukan Angiogenesis (pembuIuh darah baru) yang menyupiai darah dan nutrisi kepada sel kanker tumor yang sekarang sudah bisa disebut sebagai tumor ganas atau kanker. 

Pada tahap ini, pembuluh darah bisa berkembang lebih besar dari pembuluh darah normal dan cenderung “menyerobot” nutrisi. 

Tidak heran jika penderita kanker umumnya mengalami penurunan berat badan yang drastis. Sel kanker ini pada tahap selanjutnya dapat bermetastasis, yaitu beberapa selnya mengalir bersama darah dan berhenti serta berkembang di tempat lain, misalnya paru-paru dan sebagainya.

Apa yang menyebabkan sel kanker mulut rahim dapat berkembang tanpa kontrol? Para ahli telah menyimpulkan penemuan virus penyebab kanker/kanker rahim. Virus ini bernama Human Papilloma Virus (HPV). HPV menyebabkan beberapa sel mengalami mutasi gen, dan berkembang secara abnormal. 

Proses perkembangan tahap pertama ini membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga tahap di mana terbentuk Angiogenesis (pembuluh darah kanker). Umunmya penderita mengetahui bila dirinya terserang kanker setelah sel tumor menjadi kanker dan telah berkembang, bahkan telah bermetastasis di organ tubuh lainnya.

Tahap pertama ketika sel termutasi oleh pengaruh virus HPV sel mengalami kelainan epitel dan memiliki pola pembelahan yang tidak terkontrol. Tahap ini disebut Displosia. 

Dari displasia, sel terus berkembang dan bertambah hingga menjadi karsinoma in situ (KIS), yaitu tumor yang sudah terbentuk namun belum memiliki jaringan pembuluh darah, dan relatif masih bisa dipisahkan melalui operasi atau penyinaran. Tahap ini disebut tahap prakanker. Untuk mencapai tahap KIS biasanya diperlukan waktu 1-7 tahun.

Dari KIS ini, sel terus berkembang hingga menjadi tumor ganas atau karsinoma invasif yang telah memiliki jaringan pembuluh darah dan berkemampuan menyebar ke area sekitarnya, atau bahkan berpindah tempat ke organ lainnya. 

Untuk berproses menjadi karsinoma invasif ini dibutuhkan Waktu selama 10-20 tahun. Iadi, sebenarnya perkembangan kanker/kanker rahim membutuhkan waktu panj ang, sehingga jika kita mampu mendeteksi sejak dini, maka risiko yang fatal bisa kita hindari.

 

Pemicu Kanker/Kanker Rahim

Ada beberapa faktor yang mernengaruhi muncuinya kanker rahiin. HPV adalah virus yang menjadi “pelaku” perusakan sel, tetapi terdapat faktor-faktor pendukung yang meniunculkan peluang bagi virus ini. Baird (1991) dalam Bertiani E. Sukaca (2009) merinci 3 goiongan faktor pemicunya, yaitu faktor individu, faktor pasangan, dan faktor risiko.
Faktor Individu

 

A. Human Papilloma Virus

HPV disebut sebagai virus yang menyebabkan 97% kasus Karsinoma Skuamosa. Terdapat lebih dari 138 Varian HPV namun hanya 4 tipe yang telah diketahui secara positif niengganggu wiiayah aiat keiamin manusia. HPV 16 dan HPV 18 dinyatakan positif menyebabkan hampir 70% kasus kanker leher rahim. Sedangkan dua Varian lain, yaitu HPV 6 dan HPV 11 adalah penyebab rnunculnya kutil kelamin yang berpotensi berkembang menjadi tumor.

HPV dapat ditularkan inelalui hubungan seks. Bahkan pada orang yang melakukan seks oral, HPV 6 dan 11 dapat berpindah ke tenggorokannya dan menimbulkan kutil pada jaringan lunak sekitar rongga mulut, dan berpotensi terserang kanker mulut atau kanker tenggorokan.

 

Faktor Etologik P

Pada kenyataannya terdapat ribuan jenis virus yang berperan dalam proses kemunculan kanker/kanker rahim. Ribuan di antaranya terdapat jenis virus DNA, yaitu virus dengan kemarnpuan menyusupkan susunan asain Sel tubuh yang terinfeksi nukleat ke dalam pita DNA sehingga merusak informasi dan perintah DNA.

 

HGIPCS Simpleks Virus (HSV)

Varian HVS 2 adalah jenis virus yang dikenal berperan dalam pembentukan sel kanker, meski sebenarnya bukan penyebab utarna, tetapi hanya faktor risiko yang mendukung atau mernicu kerusakan sel saja, sebagaimana zat kimia tertentu.

 

Perubahan Fisiologis pada Iaringan Epitel

Ada dua jenis epitel pada serviks, yaitu epitel skuamosa dan kolumnar. Di antara keduanya terdapat lapisan penghubung yang disebut Sambungan Skuamosa Kolumnar (SSK). Pada kondisi semacam pubertas atau lainnya di mana terdapat peningkatan aktivitas seksual, posisi SSK dapat bergeser. 

Melalui mekanisrne perubahan pH dan sebagainya, jaringan akan membentuk lapisan Skuamosa barn sehingga juga muncul SSK bafll pH yang rendah dan signifikan akan terjebak di antara SSK asli dan SSI( barn. Dalam Waktu tertentu, hal ini dapat mendulcung proses kerusakan (mutasi] sel di jaringan epitel tersebut.

 

Kebiasaan Merokok

Wanita perokok memiliki peluang 2 kali lebih besar untuk mengidap kanker/kanker rahim dibanding wanita yang tidak merokok. Asap tembakau yang dihirup dari asap rokok mengandung Polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyolio nitrosamines. Zat ini akan turut diedarkan oleh darah ke seluruh bagian tubuh. 

Para ahli telah me- nemukan fakta bahwa kandungan asap tembakau memengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi virus. Bahkan pada laki-laki yang mengidap virus HPV senyawa nikotin akan Inernpercepat reproduksi dan penggandaan sel HPV dalam tubuhnya. Kandungan nikotin di dalam lendir serviks meningkatkan daya reproduksi sel Squamous intraepithelial lesions, jenis sel yang dikenal berpotensi termutasi menjadi sel kanker ganas.

 

Pemakaian Celana Ketat

Faktor ini memang tidak secara langsung memunculkan sel kanker. Seperti diketahui, di daerah vulva dan vagina terdapat banyak sekali mikroorganisme yang sebagian kecilnya berpotensi infeksi. Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga akan merusak daya hidup sebagian mikroorganisme, dan men- dukung perkembangan sebagian mikroorganisrne lainya. 

Akhirnya, pertumbuhan rnikroorganismenya menjadi tidak seirnbang. Kondisi tersebut Inemungkinkan per- kembangan mikroorganisme yang justru menyebabkan terjadinya infeksi.

 

Usia

Peningkatan usia seseorang selalu diiringi dengan penurunan kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Dan itu membuatnya relalif mudah terserang berbagai infeksi. Kanker/kanker rahim berpotensi paliflg besaf Pada usia antara 35-55 tahun.

 

Paritas

Paritas adalah kemampuan wamta untuk melahirkan secara normal. Pada proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim dan ada kemungkinan se- dikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut. Pada kasus Wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dan dengan jarak yang terlalu dekat. Kerusakan jaringan epitel ini berkembang ke arah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas.

 

B. Faktor Pasangan

Usia Berhubungan Seks Pertama Kah

Usia ketika Wanita mulai melakukan hubungan Seks secara aktif juga menjadi salah satu faktor pemicu kanker rahim. Pada dasarnya, organ-organ seksual Wanita mengalami perkembangan yang lambat dan harus berada dalam kondisi matang untuk bisa menjalankan tugasnya. Meskipun secara fungsional rahim Wanita dinyatakan sudah berfungsi sejak mengalami menstruasi (9-15 tahun), namun kesiapan total umumnya baru tercapai Pada usia sekitar 20 tahun, di mana secara mental, Wanita juga sudah siap untuk berhubungan seksual secara sadar.

Hubungan seksual yang dilakukan terlalu dini dapat berpengaruh pada kerusakan jaringan epitel serviks atau dinding rongga vagina. 

Kondisi tersebut dapat bertambah buruk mengarah pada kelainan sel dan pertumbuhan abnormal. Wanita yang melakukan hubungan seksual secara aktif sejak sebelum 17 tahun, memiliki potensi 3 kali lebih besar untuk rnengidap kanker/kanker rahim dibanding Wanita yang tidak melakukan hubungan seksual pada usia tersebut.

 

Multipartner Sex (berganti-ganti pasangan seks)

Faktor penyebab satu ini memiliki potensi penularan yang tinggi. Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual baik normal maupun oral. Oleh karenanya, perilaku ini menjadi salah satu faktor penyebar kasus kanker serviks. 

Pria yang berhubungan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK} dapat menularkan virus HPV kepada istrinya di rumah. Bertiani (2009), menyebutkan bahwa di wilayah tertentu terdapat kasus peningkatan angka penderita kanker/kanker rahim yang berbanding lurus dengan peningkatan kanker penis.

 

C. Faktor Risiko Kanker

1. Makanan

Faktor risiko makanan berlaku untuk hampir semua jenis kanker. Seperti telah dikemukakan oleh Prof. Li Peiwen, makanan berupa gorengan berpotensi menimbulkan senyawa karsinogenik. Pada makanan yang megandung banyak karbohidrat, ketika digoreng, maka karbohidratnya akan terurai dan bereaksi dengan asam amino. Hasil persenyawaannya bersifat karsinogen, yakni berpotensi displasia.

 

2. Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh

Tubuh kita memiliki serangkaian sistem kekebalan yang secara otomatis berusaha mengatasi gangguan-gangguan infeksi dan pertumbuhan sel abnormal. Namun dalam kondisi tertentu, sistem kekebalan ini dapat melemah sehingga pengendalian gangguannya pun melemah. 

Kondisi semacam ini terdapat pada wanita yang menjalani operasi gagal ginjal, atau pengidap virus HIV Dengan melernahnya sistem kekebalan, maka perkembangan infeksi tidak terhambat, dan pertumbuhan sel abnormal terus meningkat hingga mencapai tahap invasif (menyebar ke mana-mana).

 

3. Pemakaian Pil KB

Pemakaian pil KB secara terus-menerus berpotensi menimbulkan kanker/kanker rahim. Pada pemakaian lebih dari 5 tahun, risiko ini meningkat menjadi dua kali lebih besar dibanding Wanita yang tidak memakai pil IG3. Lalu, bagaimana hal ini bisa terjadi?
Pil KB rnenghambat ovulasi dengan Cara menjaga kekentalan lendir di mulut rahim agar tidak mampu ditembus oleh luncuran sperma. Pemakaian Pil KB ini akan menghentikan perdarahan dan menstruasi, bahkan berpotensi membuat penggunanya mengalami pembekuan darah. WHO menyatakan pemakaian pil KB mengandung risiko kanker/kanker rahim bagi Wanita sebesar 1,19 kali lebih besar, dan meningkat terus sesuai lama pemakaiannya.


4. Ras

Pola kehidupan sosioekonomi tiap-tiap ras dapat berpengaruh terhadap peningkatan risiko mengidap kanker/kanker rahim. Hasil penelitian menunjukkan ras Afrika- Amerika paling berisiko tinggi mengidap kanker/kanker rahim. Sementara Amerika-Hispanik cenderung di bawahnya. Adapun ras Asia-Amerika relatif sama dengan Amerika- His panik.


5. Polusi Udara

Polusi udara baik yang berasal dari asap rokok, emisi kendaraan, pabrik, dan sebagainya memiliki banyak kandungan senyawa karsinogen yang berpotensi me- rnunculkan sel kanker.

 

6. Pemakaian Obat DES

DES (Diethylstilbestrol) adalah obat penguat kehamilan yang dikonsumsi untuk mencegah keguguran. Obat ini sekarang sudah tidak populer. Para ahli menyimpulkan DES berpotensi menimbulkan sel kanker di Wilayah serviks.

 

7. Pemakaian Antiseptik di Vagina

Wanita modern ingin selalu tampil sempurna, termasuk di wilayah pribadinya. Kini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina yang bisa rnembuat vagina lebih bersih dan selalu wangi. Namun pemakaian antiseptik yang terlalu sering tidak baik. 

Antiseptik tersebut dapat mernbunuh bakteri di sekitar vagina, termasuk bakteri yang menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat lembut. Iritasi ini bisa berkembang menjadi sel abnormal yang berpotensi dispIasia.

 

Mendeteksi Gejala Kanker/Kanker Rahim

 

A. Gejala yang Muncul

Pada tahap prakanker, keberadaan sel abnormal sering kali lolos dari screening atau tes laboratorium. Namun ada beberapa kondisi fisik yang dapat dirasakan pengidap kanker rahim pada tahap ini. Oleh karena itu, kita perlu mengenali gejala-gejalanya agar dapat mengetahui sedini mungkin sebelum Iesi (kelainan) prakanker ini berkembang menjadi ganas. Berikut beberapa gejala yang dapat dirasakan oleh pengidap pada tahap prakanker:

  • Keluarnya cairan dari vagina (keputihan).
  • Munculnya perdarahan setelah berhubungan seksual (pada beberapa kasus hal ini terus berkembang menjadi perdarahan abnormal).
  • Terjadinya perdarahan pada masa menopause.
  • Perdarahan terus terjadi di antara daur mestruasi normal.
  • Perdarahan disertai anemia.
  • Pada tahap invasif, vagina mengeluarkan cairan berwarna kekuning-kuningan serta berbau tidak sedap (seperti nanah), dan kadang bercampur dengan darah.
  • Rasa nyeri di panggul dan di bawah pinggang.
  • Pada stadium lanjut, pengidap akan kehilangan nafsu makan, berat badan turun drastis, rasa nyeri di tungkai, sendi-sendi, dan tempat-tempat lainnya, serta keluarnya air kemih bercampur tinja melalui vagina.

Beberapa gejala tersebut tidak hanya muncul pada kasus kanker/kanker rahim saja, jadi gejala-gejala tersebut bukan tanda yang pasti akan munculnya sel kanker/kanker rahim. 

Akan tetapi, jika Anda mengalami keluhan tersebut, segeralah hubungi dokter agar dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis oleh dokter. Kanker/kanker rahim yang ditemukan pada kondisi stadium dua masih dapat disembuhkan 100%.

 

B. Mendeteksi Kanker/Kanker Rahim

Ada beberapa metode pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker/kanker rahim. Metode paling populer adalah Pap Smear Test. Metode ini juga cukup membantu mendeteksi adanya peiuang kanker/kanker rahim. 

Namun ada juga metode lainnya yang dapat ditempuh. Untuk itu, segera konsultasikan kepada dokter, dan ingatkan dokter untuk memeriksa dengan lebih seksama. Berikut beberapa metode pemeriksaan kanker/kanker rahim:

 

1. Pap Smear Test

Pap Smear Test dianjurkan oleh para ahli karena cukup efektif dalam mengenali keberadaan sel kanker. Tes ini dapat dilakukan pada Wanita yang telah mulai aktif berhubungan seksual, dan disarankan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali.

Pada tes ini, petugas atau dokter akan mengambil sampel lendir dan permukaan kulit bagian serviks pasien dengan memasukkan sebatang spatula (pengerik/ pengaduk piastik). Hasil dari spesimen ini akan di tes di Iaboratorium. 

Ada beberapa syarat yang Wajib dipatuhi pasien agar hasiinya valid, yaitu tes dilakukan pada masa subur, dua minggu sebelum dan sesudah menstruasi. Selama 24 jam sebeium tes, pasien tidak boleh berhubungan seksual dan mencuci vaginanya dengan antiseptik. Pasien juga harus mengomunikasikan kepada dokter tentang jenis obat yang dirninum dalam 24 jam terakhir.

Tes ini harus diulang dengan frekuensi yang berbeda-beda tergantung usia dan hasil dari tes pertama kali. Untuk itu, dokter akan menyarnpaikan hasil uji laboratoriumnya dan menyampaikan kapan tes serupa harus dilakukan kembali. Pasien harus mematuhi hal ini sebab pada tahap awal sel kanker tidak bisa dideteksi dengan mudah.

Pap Smear Test dapat dilakukan di rumah sakit atau laboratorium swasta di kota Anda dengan harga yang terjangkau.

 

2. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)

Cara ini relatif mudah, murah, dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga Inedis Puskesmas. Prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. 

Kondisi keasaman lendir di permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih. Melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada mulut rahim. 

Keberadaan bercak putih ini menunjukkan adanya sel abnormal. Iika hasilnya positif, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan Biopsy (pengambilan sampel jaringan serviks) ke laboratorium dengan menggunakan teknik Pap Smear atau Gynescopy oleh dokter ahli kandungan. 

Wanita yang sangat aktif berhubungan seksual, wanita pekerja seks komersial, dan pengidap penyakit kelamin disarankan rnenjalani test IVA ini.

 

3. Test Serviks Dengan Koloskopy

Teknik ini akan menghasilkan informasi lebih valid. Test Koloskopy umumnya dilakukan pada penderita yang telah mengalami beberapa gejala, dan dokter sudah memiliki dugaan ke arah potensi kanker/kanker rahim. 

Koloskopy adalah sebuah teknik pemeriksaan menggunakan rnikrokamera dari serat optik yang dirnasukkan ke mulut vagina untuk mengambil gambar mulut rahim hingga. Alat ini mampu rnemperbesar garnbar hingga 40 kali lebih besar. Koloskopy ini mampu memberikan informasi mengenai:

  • Pola abnormalitas pembuluh darah.
  • Bercak putih pada serviks.
  • Peradangan.
  • Pengerutan jaringan serviks.

Jika hasil tes Inenyirnpulkan adanya kerusakan atau kelainan pada jaringan serviks, Inaka langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel jaringan (Biopsy). 

Setelah pelaksanaan tes Koloskopy umurnnya pasien akan mengalami perdarahan selama satu minggu. Jika perdarahannya terlalu banyak atau tidak berhenti setelah satu minggu, pasien harus segera menghubungi kembali dokter yang menanganinya agar segera diambil tindakan selanjutnya.

Secara teknis, 3 metode tes tersebut langsung menuju ke pemeriksaan serviks, tetapi dalam proses pemeriksaan lanjut, dokter mungkin akan menyarankan tes lain seperti tes sitologi urin, tes darah, rontgen, CT-Scan, dan sebagainya dalam upaya melacak penyebaran sel kanker apabila ia telah mengalami metastase (berpindah) ke organ tubuh lainnya.

 

Tingkat Perkembangan Kanker/Kanker Rahim

A. Lesi Prakanker

Lesi berarti kelainan. Tahap paling awal dari pertumbuhan sel kanker serviks adalah Iesi skuamosa intraepitel. Tahap ini berupa kelainan awal dari sel skuamosa (dinding Celah mulut rahim), namun baru sebatas di permukaan skuamosa dan dalam area yang sangat kecil. 

Kelainan sel inipun masih sulit dideteksi dan belum menunjukan gejala apa pun yang dirasakan pengidap. 

Lesi intraepitel ini dapat hilang oleh sistem kekebalan tubuh, namun dapat juga berkembang terus-menerus meski sangat lambat. Perkembangan selanjutnya disebut sebagai displasia ringan atau neoplasia intmepitel servical 1 (NIS 1). NIS 1 menunjukkan ketidaknormalan yang lebih jelas dibanding sel normal. Umumnya NIS 1 ditemukan pada Wanita usia 25-35 tahun.

Dari NIS 1, perkembangan selanjutnya adalah NIS 2 atau disebut juga displosia sedang, dan selanjutnya men- jadi NIS 3 atau displasia berat. 

Pada tahap ini, sel prakanker telah menggumpal lebih besar dan disebut juga Karsinoma in Situ (KIS). KIS tersebut belum menyebar meski beberapa sel sudah masuk ke lapisan jaringan serviks lebih dalam, namun semuanya masih berada di area serviks.

 

B. Perkembangan Sel Kanker

Dibutuhkan uji laboratorium yang teliti dan memadai untuk menentukan stadium kanker/kanker rahim. Di antara beberapa prosedur yang umurnnya dipakai adalah:

  • Sitoskopi
  • Hontgen dada
  • Urograjq intravena
  • Sigmoidoskopi
  • Sean tulang dan hati
  • Barium enema.

Adapun tahap-tahap stadium kanker/kanker rahim (serviks) berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (IFGO) adalah sebagai berikut:
 

Stadium I
Kanker telah tumbuh ke lapisan dalam serviks, namun belum menyebar ke luar area serviks. Pada tahap ini dokter belum mampu melihat kanker tampa bantuan mikroskop. 

  • Stadium IA1 dengan kedalaman < 3 mm, dan luas < 7 mm.
  • Stadium IA2 dengan kedalaman 3-5 mm, dan luas < 7 mm.
  • Stadium IB1 dengan luas < 4 cm.
  • Stadium IBZ dengan luas > 4 cm.


Stadium II
Pada stadium ini, perkembangan kanker telah membesar dan sudah mampu dilihat dengan tanpa bantuan mikroskop. Kanker telah rnelebar ke luar mulut rahim, namun belum sampai ke dinding panggul dan hanya mencapai bagian atas rongga vagina.

  • Stadium IIA, kanker telah mencapai daerah permukaan dinding atas rongga vagina, meski belum masuk ke jaringan lebih dalam.
  • Stadium IIB, kanker telah menyebar ke daerah dinding vagina dan serviks, tetapi belum mencapai dinding panggul.


Stadium III
Kanker telah me-luas ke bagian jaringan Iunak vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Pada stadium ini me-rnungkinkan terjadinya harnbatan saluran kemih karena terjepit oleh deéakan tumor ganas.
 

Stadium IV
Ini adalah stadium lanjut dengan tingkat keparahan tinggi.

  • Stadium IVA, di mana kanker teIah menyebar ke organ terdekat seperti kandung kemih, rektum, atau usus besar.
  • Stadium IVB, kanker menyebar sampai ke organ Iain, seperti paru-paru atau hati.

 

Mengobati Kanker/Kanker Rahim

Pengobatan kanker sangat bervariasi, bergantung pada tahap stadium pada saat penanganannya. Perlu ditekankan kepada setiap orang bahwa penanganan kanker tidak selalu harus berakhir di ujung pisau bedah atau sinar laser yang menyakitkan, Serta serangkaian kemoterapi yang juga tidak ringan dirasakan. 

Kanker bisa saja ditangani dengan pengobatan sederhana, atau sedikit penyinaran apabila bisa dideteksi selagi masih dini. Oleh karenanya, kita harus selalu membiasakan diri melakukan pengecekan ke dokter selagi kita belum terserang penyakit tersebut. 

Ingat, salah satu faktor pemicu kanker adalah penurunan fungsi organ karena usia, ini menunjukkan bahwa potensi kanker sebenarnya sangat besar untuk rnenjangkiti siapa pun. Berikut beberapa uraian singkat mengenai langkah-langkah pengobatan yang lazim dilakukan untuk melawan kanker rahim:

 

A. Vaksinasi

Vaksin diberikan sebagai pencegah kanker. Namun pada tahap Iesi prakanker terutama pada displasia ringan dan sedang, vaksin dapat diberikan sebagai upaya membantu pertahanan tubuh dan membasmi infeksi HPV yang sudah mulai terjadi. 

Beberapa jenis vaksin telah ditemukan dan terbukti secara klinis mampu men- desak perkembangan HPV 6, 11, 16, dan 18 yang terbukti menjadi penyabab utama dalam kasus Iesi prakanker. Beberapa vaksin tersebut sudah beredar di Indonesia. Beberapa ancam Vaksinasi yang bisa diberikan antara lain:

  • HPV dan Screening
Cara ini adalah cara kombinasi pemberian vaksin HPV dan screening. Teknik ini terbukti mampu menyembuhkan lesi displasia ringan dan mencegah kernbalinya virus HPV.


  • Vaksin AS04
Vaksin dari sistem Ajuvan ini belum larna ditemukan. Kelabihannya adalah kehebatan fungsinya mendongkrak sistem kekebalan tubuh hingga mampu mengusir HPV 16 dan 18 yang menjangkiti tahap displasia ringan. AS04 juga menjamin 100% lenyapnya HPV 16 dan 18 dalam 5,5 tahun. Kelebihan lain dari vaksin ini adalah bisa diberikan kepada Wanita dengan rentang usia yang panjang, antara 10-55 tahun.


  • Cervarix
Tipe vaksin ini juga mernberikan jaminan 100% perlindungan terhadap HPV 16 dan 18. bahkan produsen Cervarbc Inenjanjikan perlindungan tambahan terhadap HPV 31, 45, dan 52. Cervarix terbukti arnan dan telah diujikan kepada 40.000 subjek. Cervarix diberikan dalam 3 kali vaksinasi, masing-masing berjarak 1 bulan.


  • Gardasilr
Gardasilr diproduksi oleh industri kilnia dan Obat Merek. Produsen Gardasilr menjamin kemarnpuannya mengatasi HPV 6, 1 1, 16, dan 1 8. Gardasilr diberikan selama 3 kali, masing-masing berjarak 2 bulan.

 

B. Radioterapi Kanker

Radioterapi atau penyinaran adalah pengobatan dengan menggunakan sinar ion dari j enis sinar X, sinar gamma, atau gelombang panas yang ditembakkan ke sel-sel kanker. Metode ini dianggap cukup akurat dan aman. Ada beberapa macam radioterapi sesuai dengan tujuan dan efek yang diinginkan, antara lain sebagai berikut:

 

1. Radioterapi Definitif

Radioterapi ini dijalankan untuk membantu meningkatkan sistem pertahanan penderita setelah dilakukan pengobatan utan1a.]adi penyinaran ini hanya untuk pengobatan lanjutan saja. Hal semacam ini umumnya diterapkan pada penderita kanker rahim stadium IIIB dan IVA yang dioperasi.

 

2. Radioterapi Kuratif

Terapi ini berupa penyinaran yang bertujuan sebagai pilihan penyembuhan utama. Radioterapi ini dijalankan bisa menjadi sebagai satu-satunya pilihan Cara penyembuhan, atau bisa hanya menjadi alternatif pengobatan yang dipilih pengidap kanker.

Pada penderita kanker serviks stadium IA-IIA, radioterapi ini bisa menjadi alternatif selain oparasi. Hal ini dilakukan atas permintaan pasien kanker yang menolak operasi, atau karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukan operasi pada dirinya, rnisalnya pada kasus pasien berusia di atas 60 tahun, obesitas (kegemukan), dan rnemiliki kontra indikasi terhadap operasi.

Radioterapi ini umumnya dilaksanakan pada penderita kanker/kanker rahim (serviks] stadium IIB-IVA. Hal ini dilakukan apabila pengidap menunjukkan respons yang balk terhadap radiasi. Penyinaran ini dilakukan beberapa kali.

 

3. Hadioterapi Paliatif

Radioterapi jenis ini berupa metode penyinaran yang bertujuan untuk rnengurangi rasa sakit dan derita pengidap. Hal ini dijalankan pada pasien dengan kondisi kanker yang parah (stadium IV), di mana kanker sudah tidak bisa disernbuhkan dan pasien tidak akan bertahan hidup lebih lama. Radioterapi ini bertujuan mengurangi rasa sakit dan membantu agar pasien hidup dengan lebih tenang dan lebih baik pada sisa hidupnya.

Radioterapi rnemilild beberapa efek samping bagi pengidap kanker/kanker rahim yang rnenggunakan metode ini. Beberapa efek samping yang umum dikeluhlcan antara lain:

  • Rasa lelah luar biasa sampai sekitar 1 minggu sesudah penyinaran. Biasanya dokter akan menyarankan penderita tetap beraktivitas rneski rnerasa sangat lelah.
  • Kerontokan rarnbut di area yang disinari.
  • Kulit rnemerah dan gatal.
  • Kulit menjadi gelap. Area kulit yang disinari harus mendapat udara culcup namun terlindung dari sinar matahari langsung.
  • Kulit menjadi kurang lentur. Hal ini juga dapat dialami vagina jika kurang mendapat penyinaran. Oleh karenanya, setelah dilakukan penyinaran, pasien tidak boleh berhubungan seksual selarna beberapa Waktu tertentu.
  • Keluhan diare dan sering buang air kecil.

 

4. Biopsy (Operasi)

Biopsy adalah pengobatan yang cukup lazim dilakukan, terutama untuk kanker stadium yang masih memungkinkan disembuhkan (stadium II-III). 

Operasi pembedahan ini bertujuan mengangkat jaringan tumor ganas dan memisahkan dari jaringan tubuh. Biopsy juga memiliki kemungkinan gagal sebagaimana jenis pengobatan yang lain.

 

5. Konisasi

Konisasi adalah semacam operasi, namun tidak seperti operasi besar, hanya mengangkat jaringan selaput yang mengandung selaput lendir serviks. 

Konisasi dilakukan apabila hasil sitologi meragukan, terutama jika dibandingkan dengan hasil histologik. Konisasi dilakukan menggunakan pisau bedah khusus. Sesudah konisasi biasanya akan dilakukan kuretase (pembersihan dinding rahim dengan kuret).

 

6. Histerektomi

Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim. Biasanya histerektomi dihindari oleh pengidap kanker yang masih berusia muda, sebab setelah menjalani histerektomi ia tidak bisa lagi mengandung. Histerektomi juga membawa risiko berupa rasa sakit dan menopause dini bagi yang menjalaninya. Biasanya hal ini dilakukan sebagai pilihan terakhir.

Pada praktiknya, terdapat berrnacam istilah histerektomi, namun hal ini sekadar perkembangan teknis saja. Misalnya sebagai berikut:

  • Histerektomi total, pengangkatan seluruh organ rahim dan mulut rahim.
  • Histerektomi subtotal, hanya mengangkat bagian atas uterus. Mulut rahim tetap di tempatnya.
  • Histerektomi radikal, pengangkatan seluruh organ rahim, mulut rahim, bagian atas rongga vagina, dan jaringan sekitarnya.
  • Histerektomi dan saljingo-ooforektomi bilateral, pengangkatan rahim, mulut rahim, kedua tuba fallopi, dan ovarium. Pengangkatan ovarium ini mengakibatkan menopause dini.

 

7. Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan kanker menggunakan obat-obatan dosis tinggi yang telah dirancang untuk aktif bekerja di dalam sel. Kemoterapi diberikan baik sebagai pengobatan tunggal, maupun sebagai pendukung pasca Biopsy. 

Pengobatan jenis ini bekerja di dalam sel dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker serta meningkatkan daya kekebalan tubuh yang diharapkan turut menghentikan perkembangan sel kanker. 

Pada kasus stadium IV atau IIIB di mana kondisi pengidap tidak memungkinkan untuk dioperasi (karena tingkat penyebaran kannkernya yang telah meluas, atau faktor daya tahan penderita terhadap risiko operasi), kemoterapi juga bisa dijalankan sebagai pengobatan paliatif yang berfungsi mengurangi rasa sakit dan membuat penderita memiliki semangat untuk menjalani sisa hidup dengan lebih baik.

Terdapat beberapa efek samping dari kemoterapi, meskipun efek sarnping ini tidak selalu sarna pada setiap penderita. Kemoterapi dapat mengakibatkan kerontokan rambut, kulit menjadi gelap, pendarahan di bawah kulit, berkurangnya nafsu makan, dan mual atau muntah. 

Hal ini disebabkan reaksi Obat yang bekerja pada inti sel. Obat ini dapat rnemengaruhi sel pada akar rambut dan dinding saluran pencernaan untuk mernpercepat pembelahan dan regenerasi.

Kemoterapi juga dapat mernengaruhi proses pembentukan sel darah. Jika sel darah terpengaruh, maka sel darah mengalarni pengaruh yang sama halnya dengan yang dialami sel kanker, yaitu terhambat proses regenerasinya. Itu berarti nroduksi sel darah merah (pengangkut oksigen dan nutrisi), sel darah putih (penahan infeksi), dan keping darah (pembeku darah) juga akan terhambat. Akibatnya penderita akan merasa lemas, mudah infeksi, mudah memar, dan mengalami pendarahan yang sulit rnembeku seperti pada penderita diabetes.

 

8. Terapi Biologis

Terapi biologis adalah pengobatan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lain. Terapi ini biasanya menggunakan interferon dan atau dikornbinasikan dengan kemoterapi. 

Prinsip kerja dan tujuan terapi biologis ini adalah rnembantu tubuh penderita untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan rnempertahankan kinerja sel-sel normal, agar tubuh tetap mendapat asupan nutrisi yang cukup.

 

9. Terapi Alternatif dan Tradisional

Di Indonesia banyak sekali terapi alternatif yang menawarkan kesembuhan penderita dari kanker. Bila kebetulan Anda mengalami hal buruk tersebut, Anda bisa mencoba terapi alternatif rneski harus tetap waspada. 

Banyak kasus pengobatan alternatif yang ternyata hanya menipu saja. Anda bisa membandingkannya melalui berbagai sumber buku, majalah, internet, atau bahkan konsultasi dengan dokter mengenai salah satu terapi alternatif yang ingin Anda coba. 

Terapi alternatif semacam bekam, akupunktur, Reiki, bioenergi, terapi herbal; dan sebagainya adalah beberapa terapi yang bisa Anda coba. Selain menjalani upaya pengobatan, pengidap kanker juga harus melakukan berbagai upaya positif lainnya, antara lain:

  • Memperkuat semangat untuk tetap berpikir positif. Untuk ini, pengidap membutuhkan dukungan keluarga dan orang-orang sekitar.
  • Mengubah pola makan. Banyak sekali pemicu dan faktor risiko yang berasal dari pola makan kita.
  • Pahami jenis-jenis makanan yang harus menjadi pantangan dan makanan yang dianjurkan untuk pengidap kanker.
  • Mengubah pola hidnp. Pola hidup yang kita jalani sehari-hari juga memungkinkan menjadi salah satu faktor risiko terserang kanker. 
  • Cermati kembali bagaimana pola hidup kita, dan kemudian ubahlah sedikit demi sedikit. Pola hidup menyangkyt aktivitas kerja, olahraga, aktivitas seksual, hingga cara berpikir, dan sisi spiritual.

 

C. Mencegah Kanker/Kanker Rahim

Telah diuraikan di depan bagaimana tingginya risiko kematian pengidap kanker/kanker rahim, terutama jika sampai mereka terlambat mendeteksinya. Pengobatannya pun tidak bisa berlangsung dalam Waktu singkat dan memakan biaya materi dan nonmateri yang besar. 

Sekaranglah saatnya menjalankan sebuah slogan, “mencegah lebih baik dari pada mengobati”. Cermatilah pola hidup dan kondisi Anda sekarang, dan mulailah berperilaku sehat dengan menghindari beberapa hal demi mencegah datangnya kanker rahim. 

Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kita hidup sehat dan bebas dari ancaman kanker.

 

1. Berhubungan Seksual pada Waktunya

Organ kelamin Wanita mengalarni perkembangan terus-menerus sejak anak-anak hingga remaja akhir. Para ahli kandungan menyatakan usia arnan bagi Wanita untuk berhubungan Seksual adalah mulai usia 20 tahun. Sebelum usia tersebut, alat kelamin dan mental wanita mungkin belum matang. 

Bagi Wanita, berhubungan Seksual pada usia dini dapat rnengakibatkan iritasi dan infeksi akibat ketidaksiapan fisik dan mental serta minimnya pengetahuan Seksual.

Hal yang juga perlu diperhatikan adalah risiko meningkatnya jumlah penderita kanker/kanker rahim ternyata berbanding lurus dengan meningkatnya tingkat kebebasan pergaulan remaja masa kini. Catatan ini patut menjadi perhatian para orangtua dan lernbaga pendidikan di Indonesia.

Selain berhubungan Seksual pada usia dini, menikah pada usia terlambat dan melakukan hubungan seksual pertarna pada usia di atas 35 tahun juga kurang dianjurkan. Bahkan Wanita yang tidak menikah dan tidak berhubungan seksual sekalipun dapat berisiko terkena kanker/kanker rahim.

 

2. Tidak Berganti-ganti Pasangan Seksual

Risiko munculnya infeksi dan penularan virus HPV semakin besar seiring meningkatnya frekuensi seseorang melakukan hubungan seksual, dan apalagi bila berganti-ganti pasangan. Kebanyakan orang hanya menghubungkan risiko hubungan seksual dengan AIDS. 

Sementara penggunaan kondorn untuk mencegah AIDS tidak cukup kuat bagi pencegahan virus HPV HPV dapat menular melalui oral gseks. Oleh karenanya, menjaga frekuensi hubungan Seksual dan memantapkan diri berkomitmen pada satu pasangan hidup resmi adalah tindakan yang lebih aman.

 

3. Melakukan Vaksinasi HPV

Sekarang ini telah ditemukan banyak sekali jenig vaksin anti HPV Vaksinasi ini bisa dilakukan sejak seorang wanita berusia 9 tahun, dan belurn terlambat dilakukan bagi Wanita berusia 55 tahun.

 

4. Melakukan Pemeriksaan Rutin

Pahamilah bahwa sel kanker adalah sel berbahaya yang berkembang dengan sangat lambat namun pasti, Ia membutuhkan Waktu 15-20 tahun untuk menunjukkan gejala gangguan yang terasa. Pada saat gangguan itu terasa, sesungguhnya kita sudah sedikit terlambat.

Jika saat ini Anda merasa belum ada gangguan pada rahim Andfh iangafl langsung yakin Anda bebas dari ancaman kanker. Pastikan secara klinis bahwa Anda memang bebas dari ancaman kanker. 

Caranya, lakukan pemeriksaan Sejak dilli. Apalagi jika Anda telah menikah, maka saatnya Anda melakukan pemeriksaan rutin pada rahim Anda.

Banyak pilihan pemeriksaan yang bisa Anda jalani, Pap Smear adalah metode yang saat ini paling popular dan dianggap cukup akurat dalam mendeteksi kelainan sel pada mulut rahim. Selaiu itu, juga ada metode Koloskopy. Dan yang reiatif murah adalah IVA (Inspeksi Vagina dengan Asam Asetat]. IVA dapat diiakukan oleh bidan dan petugas medis Puskesmas.

 

5. Kurangi Kebiasaan Merokok

Tembakau mengandung nikotin dan zat karsinogenik lainnya. Kemudian asap rokok menghasilkan senyawa berbahaya, yaitu Polycyclic aromatic hydrocarbon hetarocyclic nitrosamines yang sangat berbahaya bagi sel-sel normal. Pecahan dari senyawa ini dapat mengganggu susunan senyawa DNA dan mengubah informasi sorta prosedur pernbelahan sel hingga tak terkontrol. 

Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk mengidap kanker/kanker rahim daripada Wanita bukan perokok.

 

6. Tidak Mencuci Vagina Terlalu Sering

Wanita yang peduli penarnpilan selalu ingin membahagiakan pasangan seringkali merawat bagian kelaminnya secara berlebihan. Keinginan untuk memiliki vagina yang selalu bersih dan Wangi tentu saja sebuah keinginan yang baik dan mulai bagi seorang istri. 

Tetapi Wanita tetap harus berhati-hati, uji penelitian rnenunjukkan bahwa produk pembersih vagina yang mangandung antiseptik dan deodoran berisiko menimbulkan iritasi pada permukaan jaringan lunak vagina. Iritasi ini dapat memicu reaksi sel kulit menjadi tidak normal dan berpotensi menjadi tumor atau bahkan kanker.

Risiko tersebut juga berlaku pada pernberian bedak antiseptik. Biasanya vagina rawan terhadap gangguan bakteri yang menyebabkan gatal. Iangan menggunakan bedak untuk mengatasi hal ini. Partikel bedak dapat tertarik oleh aairan vagina hingga masuk ke daerah ovarium. 

Sedangkan pada saat menstruasi, terjadi Iuka pada dinding ovarium. Akibatnya, butiran bedak yang masuk akan menempel di dinding yang Iuka tersebut dan memicu perubahan sel untuk tumbuh secara tidak normal.

Hindari kebiasaan ini kecua1iAnda sedang dalam proses pengobatan infeksi di wilayah kelamin. Itupun Anda harus berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum melakukannya.

 

7. Aturlah Pola Makan Anda

Mengatur pola makan sangat panting dalam upayamenghindari kanker. Tidak hanya pada kasus kanker rahim, terapi hampir sernua jenis kanker bisa dipengaruhi oleh pola makan yang tidak sehat. Makanan barlemak tinggi, daging yang dipanggang dengan api, serta daging asap dan goreng berpotensi menyisakan zat karsinogenik serta radikal bebas yang berbahaya bagi perkembangan sel tertentu.

Agar kita terhindar dari kanker, rnakanlah makanan sehat. Belum tentu makanan sehat tidak enak di lidah. Banyak sekali makanan sehat yang tidak kalah cita rasanya. Cermati daftar makanan terlampir di akhir buku ini.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Sekilas Tentang Kanker Rahim"

Posting Komentar